Jam pulang sekolah sudah lima belas menit berlalu. Tapi Odi tetap berada dibangkunya sambil menempelkan kepala di atas meja. Nyeri luka cakaran di wajahnya masih terasa. Dia masih mencari alasan untuk dikatakan pada nenek agar beliau tak marah. Pulang dengan keadaan babak belur dan berantakan seperti ini, bukan keputusan yang tepat. Nenek pasti akan merasa khawatir. Belum lagi surat skors dari sekolah, jelas menambah rasa bersalahnya pada nenek. Odi tak pernah sekalipun berulah, apa lagi sampai mendapat sanksi seperti ini.
Rani tahu isi hatinya. Dia yang sedari tadi menemani Odi berkata, "Yuk, pulang ke rumah gue aja, Di."
Odi menatap Rani. Mendengar ajakan Rani, dia tersenyum dan mengangguk pelan. "Makasih, Ran."
Rani dan Odi bergegas keluar kelas. Di koridor arah pintu keluar sekolah, terlihat Gery sedang menunggu seseorang. Pandangan laki-laki berkacamata itu menabrak mata Odi kemudian menghampirinya. Melihat keadaan Odi yang kacau, dia tahu bahwa kabar itu memang benar. Gery yang sudah menganggap Odi seperti adik, tampak cemas.
"Eh, Bang Ger," sapa Odi.
"Gue dengar lo berantem sama Bella. Kirain hoax, ternyata beneran, ya?" komentar Gery.
Odi mengangguk beberapa kali. "Iya seperti yang lo liat, Bang." Odi memasang wajah kusut.
"Tapi lo nggak apa-apa, Di?" sambung Gery sembari mengecek badan dan wajah Odi.
Odi meringis. "Iya, hehehe. Gue nggak apa-apa, Bang. Cuma lecet-lecet doang, kok."
"Tapi jangan bilang nenek, ya, gue abis berantem," tambahnya lagi.
"Iya, gue enggak bilang ke nenek. Tapi emang nenek enggak curiga? Liat aja wajah lo, tuh."
"Gue enggak pulang ke rumah dulu, Bang," ujar Odi.
Gery mengerutkan pelipis. "Lho, terus lo mau pulang kemana, Di? Lo mah kabur dari rumah?"
"Odi mau ke rumah gue." Bukan Odi, tapi Rani yang menjawab. "Udah, deh. Pokoknya Bang Gery kalo ditanyain nenek, bilang aja Odi lagi di rumah gue. Lagi ada kerja kelompok," imbuhnya.
Gery melepas kacamata, membersihkan kedua lensa menggunakan kain khusus yang dikeluarkan dari saku celana, kemudian berkata, "Berarti gue bohong, dong." Lalu memakainya kembali.
"Please, Bang Ger. Bohong buat kali ini aja. Gue nggak mau nenek khawatir," pinta Odi memelas.
"Iya, deh. Kenapa lo berantem sama Bella, sih? Lo di-bully? Cepet cerita sama gue."
"Nggak." Odi mengibaskan tangan. "Udah, ah. Nggak usah bahas itu. Gue lagi nggak mood. Ntar kalo udah baikan gue ceritain."
"Ya udah, kalo lo ada apa-apa bilang aja sama gue. Oke?"
"Siap, Bang."
"Ya udah. Pulangnya ati-ati." Gery mengelus pucuk kepala Odi.
Odi tersenyum. "Iya, Bang. Udah sonoh buruan masuk kelas."
Gery meninggalkan mereka karena masih ada kelas tambahan. Maklum saja, Gery kelas dua belas. Persiapan Ujian Nasional katanya.
Ketika sedang menunggu angkutan kota, dia melihat Bella bersama Rio. Mereka tampak akrab. Sepertinya Rio hendak mengantar Bella pulang. Lihat, Rio membukakan pintu mobil untuk Bella. Romantis. Mereka sangat serasi, sama-sama populer. Terbesit rasa iri dalam hati Odi. Dia juga ingin seperti itu. Apalagi perlakuan itu dari Rio.
"Uh, lama banget angkotnya." Rani beberapa kali menyeka keringat. "Di, kayaknya kita naik taksi online aja, deh."
Tak ada jawaban.
"Di, kita pesen taksi online aja, deh," ulangnya sedikit menaikan volume suara.
Rani mengibas-kibaskan tangan ke arah wajah, berharap mengurangi hawa panas. "Ntar gue yang bayar, deh. Panas, nih."
Lagi-lagi Odi tak merespon.
Rani melirik lalu menyenggol tangan Odi. "Di, lo denger nggak, sih?"
Odi tersentak. "Iya gimana, Ran?"
"Lo kenapa, sih?" Rani melihat arah pandangan Odi. "Hm, Kak Rio lagi."
"Sorry, Ran. Tadi lo bilang apa?"
Rani cemberut. "Tadi gue bilang, kita pesen taksi online aja."
"Oh, iya gue pesenin, nih."
***
Setelah berganti pakaian, Odi membersihkan dan mengobati luka di wajahnya. Dia tak habis pikir. Gadis secantik dan selemah lembut Bella, jika sedang dalam keadaan marah, bisa berubah menjadi seberingas itu. Cakaran dan pukulan Bella benar-benar meninggalkan bekas di wajah Odi.
Odi memandang lurus ke luar jendela. Dia masih memikirkan tantangan dari Bella. "Apa gue bisa ngalahin Kak Bella?"
Tak sengaja Odi menyentuh luka itu terlalu keras. Nyerinya malah makin menjadi. "Aw!"
Rani datang dengan membawa banyak cemilan. Amunisi menonton youtube dan vlive katanya. Idol K-pop favorit mereka, BTS mengeluarkan video klip baru. Mereka wajib menonton music video serta mendengarkan lagu terbarunya.
"Nih, daripada lo ngelamun nggak jelas." Rani menyodorkan sebungkus keripik kentang. "Lo udah telepon nenek?"
"Udah. Tadi gue bilang lagi di rumah lo. Nginep sampe besok."
"Terus nenek bilang apa?"
"Untung nenek nggak curiga, jadi ngebolehin. Lagian besok weekend."
"Ran, sebelum nonton, coba browsing, deh. Cari gimana caranya jadi populer secara instan," ujar Odi.
"Nggak ada yang bener-bener instan, Di. Mie instan aja harus direbus dulu," celoteh Rani.
"Iya gue tau, tapi gue kepikiran terus, nih."
"Ya elah, dari tadi lo mikirin itu? Santai aja, gue cariin artikelnya."
Setelah menekan tombol enter, keluarlah beberapa artikel. Dipilihlah artikel yang teratas. Lalu Rani membacanya.
"Nih, lo harus aktif kegiatan ekskul. Emang lo ikutan ekskul apa? Kayaknya lo nggak ikut ekskul apa-apa deh, Di," ujar Rani sambil mengunyah keripik kentang.
"Iya belum ikut, bukan nggak ikut."
"Iya sama aja. Berarti gue nggak salah, dong?"
"Iya-iya."
"Terus lo mau ikut ekskul apa?"
"Harus yang banyak anggota hitsnya. Menurut lo ekskul apa, Ran?"
"Di, gimana kalau ekskul cheers aja?"
"Wah, ide bagus. Kebetulan Kak Rio anggota tim basket, siapa tahu bisa lebih deket. Kalo ada tim basket pasti ada tim cheers juga, dong."
"Ih, Kak Rio mulu, sih. Lagian Kak Rio lagi PDKT sama Kak Bella. Kalau lo deketin Kak Rio, sama aja lo cari perkara lagi. Belum cukup lo babak belur dan diskors kayak gini?" Rani memberi nasehat.
"Nggak apa-apa, dong. Gue jadi cepet tenar."
"Iya, lo emang cepet tenar. Tapi sama aja lo membenarkan tuduhan Kak Bella. Lo cuma mau panjat sosial lewat dia."
"Terus gue harus gimana, Ran?"
"Lo harus bener-bener diakui, buktiin ke Kak Bella. Lo tuh bisa jadi populer secara prestasi bukan sensasi, Di."
"Caranya?"
"Nah, itu yang perlu lo pikirin."
"Gue bingung, Ran." Odi mengambil sebungkus keripik kentang di depannya.
"Mikirnya ntar aja, deh. Mendingan fokus streaming BTS dulu."
"Tapi lo bantuin gue kasih ide biar gue bisa ngalahin Kak Bella."
"Iya-iya. Gue yakin lo bisa ngalahin dia, kok."
"Oke. Pokoknya gue harus bisa populer!" seru Odi bersemangat.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
PotatoYubitisfira
😂😂😂😂
2020-07-19
1
Sashen
We dukung lo populer di
2020-06-11
0
Alex efron
semangat thor... udah aku bom like... back ya
2020-05-27
0