Bab 3 Jalan-jalan

    "Naiklah, Sayang."

     Dana akhirnya mempersilahkan Nala masuk ke dalam mobil, tapi sayang posisi duduknya yang biasa di depan, justru sudah ditempati Devana.

     "Aku duduk di mana, Mas?"

     "Hmmm. Devana, kamu pindah ke belakang, ya. Biar Nala yang duduk di depan bersamaku," usir Dana halus kepada Devana. Sebenarnya, tadi tanpa izin Dana, Devana langsung masuk dan duduk di depan di samping Dana, membuat Dana tidak enak jika mencegah.

     "Baiklah, aku pindah," balas Devana dengan wajah terlihat kesal, seraya menurunkan kakinya dari mobil dan pindah ke jok belakang. Nala kini masuk dan duduk di depan samping suaminya. Sejenak Nala melihat ke samping lalu ke belakang sekedar memberikan senyuman pada Devana maupun Raina, akan tetapi kedua orang beda generasi itu tidak membalas senyumannya. Hati Nala sedikit ngilu dan merasa kalau Devana tidak terima posisi duduknya terusir. Tapi Nala tidak peduli, baginya yang berhak duduk di samping Dana, hanya dia.

     Setelah semuanya siap, mobil Dana akhirnya berjalan dan melaju menapaki jalanan kota itu yang kini mulai ramai pengunjung.

     Sepanjang perjalanan, batin Nala bertanya-tanya penuh rasa heran. Dari sini perasaannya mulai was-was dan dilanda cemburu. Nala cemburu dan was-was terhadap keberadaan mantan istri dari suaminya, yang terlihat tidak canggung berada di samping suaminya, padahal mereka sudah mantan. Tapi, untuk sejenak, Nala berusaha mengembalikan perasaannya supaya kembali tenang dan tidak menaruh curiga berlebihan.

     "Mas, nanti mampir dulu di supermarket untuk beli makanan buat bekal di tempat wisata," pinta Devana tiba-tiba, terdengar seperti bukan orang lain, melainkan bak seorang istri yang meminta kepada suaminya. Hal ini membuat Nala dilanda kesal.

Nala menoleh ke samping melihat reaksi suaminya. Dana terlihat mengangguk. Perasaan dalam hati Nala semakin berkecamuk, harusnya dia yang mengatakan itu bukan Devana, tapi Devana dengan beraninya meminta Dana seperti itu.

"*Mbak Devana ini seperti tidak canggung lagi dengan Mas Dana, padahal mereka sudah mantan. Minimal tahu diri. Apakah dia tidak sadar kenapa perceraian mereka terjadi*?" dumel Nala dalam hati begitu kesal.

Mobil Dana pun tiba di sebuah swalayan, ia menoleh ke belakang seakan memberi kode pada Devana untuk turun, karena perempuan itu tadi yang mengatakan ingin membeli makanan untuk camilan di tempat wisata.

"Ayo, Pa. Kita sama-sama turun. Kita belanja dulu makanan," rengek Raina meminta sang papa untuk ikut turun belanja makanan di swalayan.

Nala menoleh dan menatap ke arah Dana lalu menahan lengannya untuk tidak turun. Dana paham dengan kode yang diberikan istrinya itu.

"Mas berikan saja uangnya pada Mbak Devana. Biarkan Mbak Devana dan Raina belanja makanan, agar mereka lebih santai belanjanya, bukankah mereka lebih tahu apa yang mau dibeli?" ujar Nala menahan Dana. Dana sepertinya setuju, lalu dia meraih dompetnya dan memberikan tiga lembar uang merah pada Devana.

"Raina belanja sama mama saja, ya? Papa tunggu di mobil," ujarnya seraya memberikan uang itu pada Devana. Raina merengut terlihat marah. Dibalas Devana yang memainkan bibirnya tanda protes dengan ucapan Dana. Terpaksa Devana meraih uang itu, lalu mengajak Raina turun menuju swalayan.

Setelah Devana dan Raina menjauh dan menuju swalayan, Nala segera berbicara di depan Dana sebagai bentuk protes.

"Mas, kok bisa-bisanya Mbak Devana bersikap seolah-olah antara kalian tidak pernah terjadi apa-apa. Bahkan Mbak Devana tidak canggung lagi berbicara dengan Mas Dana. Bukankah antara kalian hanya mantan istri, dan Mas bilang perceraian kalian juga dipicu Mbak Devana yang banyak menuntut dan terbukti selingkuh?" protes Nala dengan wajah ditekuk.

"Sayang, jangan berprasangka buruk dulu. Sikap Devana seperti tadi, hanya untuk memperlihatkan kepada Raina bahwa kami tetap menjalin komunikasi yang baik meskipun hubungan kami sudah mantan. Dan lagi kalau aku bersikap kaku, aku tidak mau Raina merajuk dan selamanya menolak bertemu aku. Raina anak satu-satunya yang selama ini tidak Devana bolehkan bertemu aku. Jadi, saat inilah kesempatan aku untuk berusaha meraih hati dan memanjakannya."

"Raina sudah kehilangan sosok papa akibat perceraian kami, dan kali ini aku tidak ingin Raina merasa kehilangan papanya lagi. Untuk itu, inilah kesempatan aku untuk meraih hatinya, agar dia tidak kembali menjauh dari aku. Aku sudah merindukannya selama lima tahun, dan baru kali ini dia mau tinggal bersamaku," lanjut Dana mengharapkan pengertian Nala sang istri.

Nala setuju dengan apa yang dikatakan Dana barusan, tapi ada hal lain yang dia tidak setuju, yaitu mengenai sikap Devana yang menurutnya harus tahu batasan. Walaupun semua demi Raina anak mereka, tapi Nala ingin Devana tetap bersikap sewajarnya dan tidak berlebihan, sebab Nala tidak suka.

"Aku setuju dengan sikap Mas Dana. Yang tidak aku suka ialah, sikap Mbak Devana yang sok akrab sama Mas Dana. Mas juga harus tegas dong Mas, jangan merasa senang saat sengaja didekati Mbak Devana. Mas itu seorang aparat, harusnya tegas dan punya batasan. Dia itu mantan, dan mantan tidak boleh sok akrab sepeti tadi. Terlebih tadi dia duduk di samping Mas Dana, seolah-olah dia istri Mas Dana," protes Nala lagi tidak suka.

"Sayang, kamu jangan salah paham dulu. Sikap aku seperti tadi hanya demi Raina, masa iya di depan Raina aku harus jutek dan judes pada mamanya. Lagipula Devana tadi duduk di samping aku, justru tanpa sepengetahuan aku. Padahal aku sudah menyuruhnya di belakang bersama Raina, tapi aku tidak ...." Ucapan Dana terpotong, karena Nala terlanjur memotongnya.

"Karena merasa tidak enak untuk mengusirnya? Begitu, kan?" Nala mendengus lalu memalingkan muka.

Tidak berapa lama dari perdebatan Nala dan Dana, Devana dan Raina sudah menuju mobil, lalu memasukinya. Di dalam mobil, Devana melihat Dana dan Nala seperti terlibat perang dingin. Hati Devana senang, bahkan dia berharap situasi ini berlanjut sampai nanti.

Senyum tipis tersungging di bibir Devana, dia gembira melihat Nala dan Dana yang diam-diaman.

"Mas, uangnya habis, tadi dibelikan makanan kesukaan Raina semua," lapor Devana membuat Nala yang mendengar malah muak. Entah kenapa, Nala menjadi sensitif ketika mantan istri Dana tiba-tiba harus hadir kembali, terlebih jika ingat akan dirinya yang belum bisa memberikan anak untuk Dana, perasaan sedih itu semakin merajalela.

Terpopuler

Comments

Puput Assyfa

Puput Assyfa

percuma jd guru tapi tampang pelak0r dan mata duitan km Devana

2025-10-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!