Bab 4. Rencana Perjodohan

"Mereka tinggal di mana Ted? Kau bilang Asila tinggal di apartemen ini. Kok sepi?"

Tepat pukul 16.40 wib Wijaya bersama putra sulungnya Teddy tiba di sebuah apartemen yang ditunjuk oleh temannya. Tapi setibanya di tempat itu terlihat begitu sepi, bahkan di sekitarnya tak ada orang yang berlalu lalang. Mungkinkah teman Teddy telah membohonginya?"

"Menurut teman aku dia tinggal di sini. Ini jelas alamatnya, tapi apakah mungkin dia sudah pindah lagi?"

Teddy berkali-kali menghafal alamat yang ada di handphonenya. Sangat jelas alamat yang dituju, tapi di situ ia tak mendapati keberadaan adik perempuannya.

"Sia-sia kita datang jauh-jauh tapi nggak bisa ketemu sama Asila. Coba deh kamu tanya sama penghuni apartemen di sekitar sini. Kali aja mereka tahu keberadaan adikmu!"

"Yaudah, Papa tunggu sebentar di sini. Aku coba mau cari informasi mengenai Asila. Semoga saja alamatnya benar di sini, dan semoga saja kita nggak sia-sia datang ke sini."

Teddy langsung mencari bantuan dari penghuni apartemen yang ada disekitarnya. Ia berharap kedatangannya membuahkan hasil. Kasihan Ayahnya yang sudah tua harus ikut mencarinya. Di situ ia sadar, ternyata kasih sayang orang tua sepanjang masa.

Ada sebuah pintu terbuka, Teddy langsung mengetuk pintu saat mendapati seorang wanita paruh baya tengah duduk sembari menonton acara televisi.

"Permisi, maaf mengganggu waktunya sebentar Bu?"

"Iya, silahkan masuk mas! Sekiranya mau meminta bantuan apa?" Wanita itu langsung beranjak untuk menyambutnya. Karena Teddy tak ingin masuk maka wanita itu yang keluar menemuinya.

"Jadi begini Bu, kedatangan Saya kemari ingin mencari informasi mengenai adik saya yang bernama Asila. Ini fotonya Bu, barangkali Ibu mengenalinya atau bahkan dia tinggal di sekitar sini tolong dikasih tahu ya Bu? Soalnya adik saya pergi dari rumah sekitar  enam tahun yang lalu."

Teddy mmbuka galery foto di handphonenya lalu menyodorkannya pada wanita paruh baya itu. Hanya itu salah satu cara yang bisa menunjukkan di mana keberadaan adiknya saat ini.

"Oh.... Bukannya ini Asila? Ya, dia sudah cukup lama mengontrak di sini, kurang lebih sekitar tiga tahunan. Dia juga memiliki anak kembar, tapi sampai saat ini belum tahu siapa suaminya. Selama saya tinggal di sini saya hanya tahu Asila tinggal bertiga dengan anak-anaknya."

Teddy tercengang mendengar penjelasan wanita tua itu. Jadi benar apa yang dikatakan oleh temannya, Asila tidak tinggal sendirian, melainkan bersama dengan anak kecil, hanya saja temannya tak pernah bilang Asila memiliki anak kembar.

"Jadi maksud ibu adik saya memiliki anak kembar? Dia sudah menikah? Bu, kalau boleh tahu di mana tempat tinggalnya? Saya ingin bertemu dengannya."

"Kalau kontrakannya itu, ada Bapak-bapak yang berdiri di depan pintunya. Entah dia ada di rumah atau tidak, biasanya jam segini rumahnya rame sama anak-anaknya, tapi dari tadi kulihat masih sepi. Atau mungkin mereka sedang pergi keluar."

Teddy menarik nafas, antara lega dan kecewa. Dia lega karena pada akhirnya tahu di mana adiknya berada, namun dia kecewa karena adiknya menanggung masalah besar tanpa ada yang mengetahuinya, terlebih lagi dia sudah memiliki anak yang tidak diketahui siapa Ayahnya.

"Yaudah Bu, kalau begitu saya permisi, terimakasih banyak atas informasinya. Bapak-bapak itu ayah saya, beliau memang sedang melakukan pencarian terhadap putrinya, dan kami mendapatkan informasi dari salah satu teman saya."

Teddy kembali menemui ayahnya. Ia ragu-ragu memberitahu kondisi adiknya saat ini, tapi ia juga bisa tinggal diam dan membuat orang tuanya syok saat tahu ternyata Asila sudah memiliki anak.

"Teddy, bagaimana? Apakah kamu mendapatkan informasi mengenai adikmu?"

Wijaya penuh harap. Sudah sekian tahun ia tak pernah tahu seperti apa kondisi putrinya. Bahkan selama itu juga ia kehilangan kontak putrinya.

"Benar Pa, ini apartemen yang disewa oleh Asila. Dia memang tinggal di sini, tapi tidak sendirian."

Wijaya mengerutkan keningnya. "Maksud kamu dia sudah berumah tangga?"

Ragu-ragu Teddy menggeleng. "Kalau soal itu aku kurang tahu, bahkan orang-orang yang ada di sini juga tak tahu siapa suaminya Asila, yang mereka tahu Asila memiliki anak kembar."

"Apa? Anak kembar? Apa jangan-jangan kepergiannya dari rumah karena dia tengah mengandung? Terus kalau dia nggak ada suami berarti dia~~

Seketika itu Wijaya syok. Dia lemas tak bertenaga. Anak yang disayanginya telah membuat masalah besar dan membuat aib keluarga. Ia yakin kepergian Asila karena takut kehamilannya bakalan diketahui oleh keluarganya.

"Di mana dia sekarang? Aku harus meminta penjelasan darinya!"

Teddy berusaha meleram kemarahan ayahnya. Ia tak ingin ayahnya khilaf dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.

"Papa tenang dulu! Kita bisa bicara baik-baik. Asila pasti akan memberikan penjelasan, tapi tolong jangan sampai membuatnya takut. Apalagi sekarang dia sudah memiliki anak, kalau sampai Papa marah-marah sama Asila, yang ada anaknya bakalan takut dan itu bisa mengganggu mentalnya. Ingat Pa, anak kecil tidak tahu dosa orang tuanya. Kalau harus disalahkan, salahkan saja Asila, jangan sampai melukai perasaan anak-anaknya."

Wijaya menarik nafas yang menyesakkan dada. Sungguh ia tak pernah mengira kepergian Asila ternyata ada masalah besar. Ia juga tidak yakin Asila menikah tanpa restu dari keluarga. Bahkan bisa dikatakan gadis itu cukup menurut, tidak pernah neko-neko. Hanya saja ia terlalu memberinya kebebasan untuk memilih jalan hidupnya. Tak pernah ia ketahui, setelah memutuskan untuk tinggal di kontrakan, gadis itu memiliki pekerjaan seperti apa.

"Benar apa yang kamu katakan, anak kecil tidak tahu apa-apa, mereka tidak pantas untuk disalahkan, tapi keberadaan mereka menjadi penghalang hubungan kita dengan keluarga Aditama. Aku sudah melakukan perjanjian bisnis dengan keluarga Aditama. Dengan menjodohkan Asila, aku memiliki kesempatan untuk bisa bergabung dengan keluarga Aditama. Selama ini aku sudah banyak mendapatkan dukungan dari pak Arga, bagaimana aku bisa mengecewakannya?" Wijaya memijit pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut. Ia bingung, bagaimana jika keluarga Aditama menolak putrinya saat tahu ternyata Asila bukanlah seorang gadis perawan, tapi sudah memiliki dua anak tanpa diketahui asal usulnya.

"Papa sih, main-main jodohin. Berbisnis itu nggak harus mengorbankan anak. Belum tentu Asila setuju menikah dengan keluarga Aditama. Dia punya kehidupan sendiri, kita sebagai keluarga nggak memiliki hak untuk mengekangnya, kasihan Asila, Pa!"

Teddy tak begitu setuju dengan pemikiran orang tuanya. Ia tidak ingin membuat adik perempuannya kecewa dengan adanya perjodohan bisnis, bahkan di situ Asila juga tidak mengenal siapa calon pria yang akan dijodohkan dengannya.

Sangat disayangkan, kehidupannya maupun adiknya telah ditentukan oleh orang tuanya. Ia tak memiliki kesempatan untuk memilih pasangannya sendiri.

"Teddy, semua ini Papa lakukan untuk kebaikannya. Bukannya Papa nggak sayang sama dia, justru Papa memikirkan masa depannya. Tapi entahlah... Apa tanggapan keluarga Aditama saat tahu ternyata putriku sudah memiliki anak. Mungkinkah mereka masih mau menerimanya?"

Terpopuler

Comments

tia

tia

lanjut thor

2025-10-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!