Bab 2

“Bangun lebih pagi dari istri?”

Aku menatap layar ponsel yang menampilkan misi pagi itu dengan wajah bengong.

Tulisan di layar muncul dengan gaya khas sistem:

[Misi Harian: Bangun lebih pagi dari istrimu dan siapkan sarapan!]

Hadiah: +15 Poin Kehangatan, +1 Skill Rumah Tangga (acak)]

Aku mengucek mata, memastikan aku nggak salah baca.

Jam baru menunjukkan pukul 04.47 pagi.

Biasanya jam segini aku masih jadi fosil di kasur, tapi entah kenapa aku kebangun sendiri.

“Sistem, kamu serius? Sarapan?”

[Benar. Ini kesempatanmu untuk menunjukkan inisiatif.]

Aku menghela napas panjang.

Oke, Raka. Kalau ini beneran sistem, berarti harus dijalani.

Tapi masalahnya satu: aku nggak bisa masak.

Mau bikin telur ceplok aja kadang hasilnya mirip arang.

Tapi ya udah lah. Aku jalan pelan ke dapur, mencoba nggak ribut biar Dinda nggak bangun.

Begitu buka kulkas, aku bengong.

Isinya cuma ada telur, sisa nasi, sambal teri kemarin, dan sedikit sayur yang udah mulai layu.

“Ya Tuhan, gimana caranya bikin sarapan romantis dari bahan beginian?” gumamku.

[Gunakan kreativitas. Sistem tidak menilai rasa, hanya niat.]

“Oh, gitu ya?” aku nyengir. “Kalau niat doang bisa dimakan, aku udah kenyang tiap hari.”

Tapi karena udah niat, aku mulai masak juga.

Aku nyalain kompor, panasin minyak, pecahin telur satu.

Praak!

Setengah cangkangnya ikut masuk.

“Oke, belum gagal. Masih bisa diperbaiki.”

Aku coba ambil spatula buat ngeluarin pecahan cangkang itu, tapi karena tanganku grogi, minyak malah muncrat.

“AUU!”

Aku lompat kecil sambil tiup tangan sendiri.

Sial, baru lima menit udah berasa kayak lagi perang.

Tapi akhirnya, setelah perjuangan konyol selama 20 menit, jadilah nasi goreng aneh yang bentuknya kayak habis dihajar dinosaurus, plus telur setengah gosong.

Aku taruh di piring paling bagus, kasih hiasan tomat yang kupotong miring-miring — hasilnya malah kayak senyum miring setan.

“Ya sudahlah,” aku menarik napas lega. “Yang penting niat.”

Sekitar jam enam, suara langkah kaki terdengar dari kamar.

Dinda keluar, rambutnya masih acak-acakan, tapi wajahnya… tetap cantik meski belum cuci muka.

Dia melihat ke meja makan dan mengernyit.

“Kamu… masak?”

Aku nyengir. “Surprise?”

Dia mendekat, matanya memindai nasi goreng itu dengan tatapan waspada, kayak polisi lagi periksa barang bukti.

“Ini aman dimakan, kan?”

“InsyaAllah aman,” jawabku cepat. “Aku udah tes rasa sedikit.”

“Oh, berarti kamu udah siap tanggung jawab kalau aku sakit perut.”

Aku ngakak kecil. “Hehe, nggak sampai segitunya lah.”

Dia akhirnya duduk dan ambil sendok.

Deg.

Aku jujur lebih deg-degan dari waktu dulu nembak dia.

Dia nyendok sedikit, tiup, dan makan perlahan.

Beberapa detik berlalu tanpa reaksi.

Lalu dia menatapku… dan senyum tipis.

“Rasanya…” dia berhenti sebentar, bikin aku hampir pingsan. “…lumayan. Nggak enak, tapi aku terharu kamu mau masak.”

Aku langsung ketawa lega. “Berarti aku lulus?”

Dia mengangguk kecil. “Lumayan. Tapi dapurnya jangan kayak kapal pecah lagi ya.”

Aku refleks nengok dapur — benar aja, kayak habis dilempar granat.

HP-ku bergetar.

[Misi Selesai! +15 Poin Kehangatan diperoleh.]

[Skill Baru Diperoleh: Masak Seadanya Lv.1]

Aku ketawa kecil tanpa sadar.

Dinda melirik. “Kamu ketawa sendiri, kenapa?”

Aku buru-buru jawab, “Eh, nggak, cuma lega aja.”

Dia geleng-geleng, lalu berdiri dan nyium pipiku cepat sebelum berangkat.

“Terima kasih udah usaha, ya.”

Dan jujur, ciuman itu terasa kayak reward yang paling berharga sejauh ini.

Setelah dia pergi, aku duduk di ruang tamu, buka HP.

Sekarang sistemnya punya tampilan baru.

Nama: Raka Pradana

Level: 2 (Suami Pemula)

Poin Kehangatan: 25

Hubungan: Stabil (61/100)

Skill:

- Empati Lv.1

- Masak Seadanya Lv.1

“Wah, naik level,” gumamku. “Kayak main game beneran.”

[Selamat, pengguna. Kamu resmi naik ke Level 2. Fitur baru terbuka: Toko Poin.]

“Toko?”

Layar berubah, muncul daftar item:

Voucher Makanan Enak (50 poin)

Mood Booster Istri (100 poin)

Insting Romantis Lv.1 (150 poin)

Kartu Penghapusan Kesalahan (200 poin)

Aku melongo. “Kartu penghapusan kesalahan? Ini apa, kayak cheat minta maaf otomatis?”

[Benar. Tapi item tersebut hanya bisa digunakan sekali.]

Aku ngakak kecil. “Wah, kalau gitu aku butuh 100 kartu, Sistem.”

[Silakan bekerja keras, Suami Pemula.]

Hari itu aku ngerasa aneh tapi semangat.

Mungkin sistem ini beneran bantu aku berubah.

Aku mulai bersihin dapur, cuci piring, nyapu, bahkan buang sampah — hal-hal yang dulu sering aku tunda-tunda.

Pas sore Dinda pulang, dia agak kaget ngeliat rumah udah rapi.

“Kamu bersihin rumah?”

“Hmm,” jawabku santai, “aku cuma nggak mau kamu pulang capek terus liat rumah berantakan.”

Dia senyum lagi, tapi kali ini lebih tulus dari biasanya.

Aku tahu, hubungan kami pelan-pelan mulai pulih.

Tapi malamnya, sesuatu yang aneh terjadi.

Sekitar jam sebelas malam, aku duduk di ruang tamu sambil main HP.

Tiba-tiba sistem muncul lagi.

[Peringatan: Anomali terdeteksi.]

[Sumber: Perangkat pengguna lain di radius 200 meter.]

“Apa maksudnya, Sistem?”

[Ada sinyal sistem lain yang mirip dengan milikmu.]

Aku spontan berdiri. “Tunggu, maksudmu… ada orang lain juga yang punya sistem kayak aku?”

[Kemungkinan besar, ya.]

Aku ngerasa bulu kudukku berdiri.

Sistem lain?

Di sekitar rumah ini?

Aku jalan ke jendela, lihat ke luar. Lingkungan sepi, cuma suara jangkrik dan lampu jalan yang temaram.

Tapi entah kenapa, aku ngerasa kayak ada seseorang yang memperhatikan dari kejauhan.

[Rekomendasi: Tetap tenang. Sistem tidak mendeteksi ancaman langsung.]

Aku duduk lagi, menatap layar yang kini menampilkan notifikasi baru.

[Misi Rahasia Terbuka: Cari tahu pemilik sistem lain di sekitar rumahmu.]

Hadiah: +20 Poin Kehangatan, +1 Petunjuk tentang Asal Sistem.]

Aku menelan ludah.

Baru aja aku mikir hidupku mulai normal…

Ternyata sistem ini nggak sesederhana yang kukira.

Besok paginya aku bangun lebih cepat dari alarm — mungkin efek sistem juga.

Dinda masih tidur, dan entah kenapa aku sempat menatap wajahnya lama-lama.

Ada rasa hangat yang susah dijelaskan.

Tapi di dalam hati kecilku, mulai tumbuh rasa penasaran bercampur takut.

Kalau aku punya sistem, dan ternyata ada orang lain juga…

Apakah itu berarti aku bukan satu-satunya “eksperimen”?

Dan kalau ada “pemilik sistem lain”…

Apakah mereka juga menjalani misi-misi yang sama — atau justru punya tujuan yang bertentangan denganku?

Aku menatap layar HP yang kini hanya menampilkan teks tenang:

[Hari baru, tantangan baru. Tetaplah menjadi suami yang lebih baik, Raka.]

Aku menutup layar itu, lalu menarik napas panjang.

“Baiklah, Sistem,” gumamku.

“Aku siap. Tapi kalau nanti kamu mulai aneh-aneh, aku nggak bakal diem aja.”

[Tercatat.]

Dan tanpa sadar, perjalanan hidupku yang aneh baru saja benar-benar dimulai.

Terpopuler

Comments

Uryū Ishida

Uryū Ishida

Wah, seru banget nih, thor jangan bikin penasaran dong!

2025-10-12

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!