Erlangga mematung ketika riana pergi tanpa memperdulikannya.
Padahal biasanya riana selalu membujuknya walau Erlangga salah sekali pun.
riana juga manusia punya rasa lelah terus menerus mengalah dan meminta maaf padahal bukan dirinya yang bersalah.
Erlangga pun berlari mengejar riana yang sudah menjauh dari pandangan.
namun nihil keberadaan riana hilang dalam sekejap mata.
baru sekarang Erlangga merasakan keresahan yang selama ini dirasakan riana saat bersama dirinya.
Kalau saja riana tidak membutuhkan perlindungan keluarga Erlangga maka dari awal sudah menyerah. Dengan rumah tangga yang lumayan sedikit lama mereka bina.
riana lebih memilih pulang ke hotel dari pada rumah, karna sudah pasti Erlangga pasti mengejar, apalagi pasti sedang mengamuk tidak terima jika diceraikan riana.
padahal dari pada bersama tapi tersiksa lebih baik mereka berpisah secara baik-baik.
Apalagi pernikahan mereka berdua bukan karna di dasari cinta. Sudah pasti ujung-ujungnya bakal berpisah entah secara baik atau buruk, menunggu waktu berjalan.
_ _ _ _ _
Sangat sakit yang riana rasakan saat melontarkan kata kata seperti itu pada Erlangga mana lagi banyak orang disana tanpa riana sadari.
Kepalang malu riana langsung memilih kabur ke hotel dari pada dicerca banyak pertanyaan.
tidak terasa tangan riana menyentuh ponsel untuk melakukan panggilan telpon pada sang bunda yang amat dirindukan, riana terpaksa terpisah jauh dari bunda. Untuk melindunginya.
["ada apa sayang? kok lesu begitu suaranya?"] ucap yuna khawatir pada sang anak.
["bun, kapan pulang aku kangen."] lirih riana.
["maaf sayang bunda belum bisa pulang disini banyak banget pekerjaan yang harus diurus."] naya merasa bersalah pada sang anak, karna baru sekarang mereka berpisah lama.
Riana mengerti keadaan bunda yang terpaksa banting tulang dari dulu untuk dirinya, ingin rasanya riana berbicara tentang kesedihan dan rumah tangga yang dijalaninya tapi dia memilih mengurungkan niat tersebut.
Melihat riana terdiam murung tidak seperti biasa. naya menyimpulkan pasti ada masalah dengan Erlangga. Apalagi mengingat saat dulu mereka akan menikah Erlangga mati-matian menolak pernikahan mereka padahal itu semua hanya formalitas saja.
["kamu lagi ada masalah sayang? Gimana perlakuan Erlangga gak kasarkan sama kamu?"] cemas naya pada sang anak.
["gak kok bun, aku cuman lagi kangen kalian aja."] senyum riana tidak ingin bunda cemas.
["bunda gak bisa telpon lama-lama. maaf yah sayang, nanti bunda hubungin lagi kalo sudah senggang."] naya mematikan telpon setelah persetujuan sang anak.
"apa aku pulang aja yah."gumam riana agak khawatir juga .
Mengingat Erlangga sedang mabuk, takut juga jika Orang tua Erlangga tiba-tiba kerumah dan melihat keadaan anaknya yang acak-acakan.
tanpa banyak berpikir riana mengambil tas untuk segera pulang.
Baru hendak akan melangkah keluar memegang pintu kamar tiba-tiba hp riana berdering.
"kan, apa kata aku juga."
apa yang riana takutkan pun terjadi. Ibu Erlangga mengirimkan pesan pada Naira, untuk segera pulang.
Perasaan riana kian berkecamuk takut, melihat sikap papah dan mamah Erlangga sangat keras.
_ _ _ _ _
PLAK
riana mematung, begitu sampai rumah dia melihat Erlangga yang sedang ditampar oleh papahnya.
"PAH, STOP." naira berlari langsung memeluk Erlangga terduduk kesakitan.
"naira dari mana aja kamu sayang? Apa erlangga bikin masalah lagi." ucap mila mamah erlangga.
"EMANG GAK TAU DIUNTUNG ANAK SATU INI SELALU SAJA BIKIN MASALAH?!" emosi papah aryo yang terus memarahi Erlangga.
Riana yang mendengar ucapan yang dilontarkan papah aryo. Membuat dadanya sesak, sesakit ini kah yang selalu dirasan erlangga.
"pah maaf jika aku ikut campur tapi ini semua bukan salah kak Er, kalo aja aku gak ngajak ribut, keadaan kak Er gak bakal kayak gini." sungguh riana sangat sakit melihat erlangga yang duduk terdiam dengan tatapan kosong.
Mendengar perkataan riana aryo maupun mila terdiam saling lirik, ternyata mereka terlalu ikut campur bahkan tanpa segan menampar dan memarahi erlangga.
"khem. Ya sudah kalo seperti itu papah sama mamah pulang dulu." tanpa rasa bersalah aryo pergi.
Meli hanya terdiam menggelengkan kepala melihat kelakuan suaminya bukannya minta maaf malah langsung pergi.
"Er maafin papah yah dia takut jika kamu terus seperti ini, bagaimana nanti dengan masa depan kamu apalagi kamu punya tanggung jawab." meli berkata lembut sambil mengusap kepala sang anak.
"riana kami minta maaf atas semua perlakuan erlangga yang bikin kamu sakit hati. mamah tau kamu pergi bukan tanpa sebab, pasti ada sesuatu yang erlangga buat sehingga kamu sakit hati." ucap mila mengelus tangan menantunya.
"iya mah aku ngerti, maaf bikin kalian khawatir." jawab riana.
"sebenarnya kami baru sampai langsung kesini atas permintaan papah karna rindu dengan kalian berdua tapi ya sudahlah, mamah pulang dulu." setelah selesai berbicara meli pun langsung pergi.
"jangan pergi maaf hiks." pecah tangis erlangga dipelukan riana.
"iya iya maaf yang udah cup cup jangan nangis."mengusap air mata di pipi erlangga lembut.
"jangan minta cerai, maaf." erlangga mendongkak menatap riana dengan air mata terus mengalir.
"aigo kiyowo." mencubit kedua pipi erlangga.
"ayo bangun istirahat dikamar. udah malam." bujuk riana lembut agar sang suami beristirahat dikamar.
Mungkin efek mabuk Erlangga bersikap manja pada riana. apalagi tadi menangis seperti anak kecil, mana ini menurut pula saat disuruh pindah ke kamar dari pada duduk dilantai.
Hilang sudah amarah dan rasa kesal riana pada Erlangga, apalagi tingkahnya sangat menggemaskan.
Dari luar aryo dan mila tidak langsung pulang mereka sengaja menunggu didepan pintu sambil mengintip.
"syukurlah erlangga menerima keberadaan riana. Untungnya mereka berdua saling menerima sekarang." lega aryo.
"papah sih main tampar aja liat kasiankan erlangga, mana gak minta maaf lagi!" sewot mila. Membuat aryo cengengesan.
aryo akui bahwa dia salah seharusnya minta maaf pada sang anak namun gengsi sebagai orang tua lebih besar jadi memilih pergi daripada malu meminta maaf.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments