Cia berjalan menyusuri jalanan yang sempit penuh lobang akibat aspal yang sudah retak, terlebih hujan semalam mengguyur, membuat jalanan berlubang itu di penuhi oleh air.
Sesekali dirinya menyapa tetangga yang melewati dirinya. Cia tersenyum walau mereka terkesan julid pada dirinya.
"Lihat itu Cia! Pasti mau foya-foya ke pasar. Aku tahu banget sifatnya itu. Suaminya setiap hari selalu lembur sampai malam atau kadang tidak pulang ke rumah. Di rumah mertuanya malah di suruh membersihkan rumah dan mencuci bajunya pula. Dasar anak orang miskin tidak tahu di untung," ucap salah satu tetangga Cia.
"Bu Anis kok tahu sih?" Salah satunya tidak percaya dengan perkataan yang dilontarkan oleh Anis, karena mereka lihat Cia ini anaknya baik.
"Aku lihat anaknya kalem begitu, enggak banyak tingkah. Pakai baju juga sederhana, enggak yang berlebihan. Dia juga tidak pernah memakai perhiasan emas, malah aku pernah lihat gelang emasnya Meri banyak loh,"sambungnya yang memang jujur apa adanya dan pernah melihat sendiri Meri memakai perhiasan emas.
Anis mendengus. "Itu Meri memakai emas karena di pinjemin sama Carlo. Kamu nggak tahu aja, Cia itu pelitnya minta ampun. Kata Meri putranya sampai mohon-mohon dulu sama Cia baru di kasi pinjem. Kalian nggak tahu saja bagaimana sifat perempuan itu. Di depan kita saja lagaknya lugu dan polos, di belakang mana tahu kita. Tuh kalian lihat!" Anis menunjuk-nunjuk ke arah Cia yang lewat beberapa meter dari mereka yang sedang bergosip.
"Bawa uang banyak, beli baju mahal, ganti baju, habis itu makan di tempat makan yang mahal, udah gitu jalan-jalan. Baru setelah itu pulang akting lagi deh. Aku berani bicara begini karena Meri sendiri yang cerita," kata Anis lagi.
Anis tersenyum puas saat melihat para ibu-ibu teman gosipnya termakan gosipnya. Mereka semua lalu mengghibah Cia kembali.
Cia yang mendengar suara ibu-ibu itu langsung mengelus dada. 'Ya Tuhan, tinggal di tempat seperti ini harus banyak-banyak punya stok kesabaran. Tuhan benar-benar sedang menguji diriku. Aku bingung bagaimana caranya agar bisa keluar dari keluarganya Carlo. Minta cerai, tapi Carlo tidak setuju. Aku sungguh bingung pada pria itu, katanya tidak mencintaiku tapi tidak mau menceraikanku. Apa dia sengaja menikahiku cuma untuk di jadikan pembantu? Kalau masalah hutang, aku juga bisa bekerja lalu mencicil hutang-hutang kakek sedikit demi sedikit. Bekerja di restauran dengan status masih menjadi menantu Meri sangatlah sulit mengumpulkan uang. Seperti sekarang, uang untuk belanja saja sengaja di kasi kurang agar aku yang menutupi sisanya. Kalau seperti ini terus aku tidak akan bisa mengumpulkan uang. Dia benar-benar licik. Mama dan Papa juga tidak percaya dengan apa yang aku katakan, mereka selalu di hasut oleh Meri. Mama dan Papa juga tidak tahu perihal hutang- hutangnya kakek, karena almarhum kakek tidak pernah menceritakan apapun pada mereka. Cuma Kakek Santoso yang mengetahui semuanya, sayangnya kakek Santoso sedang berobat ke luar negeri. Ya Tuhan, mudah-mudahan kakek Santoso segera pulang,' ucap Cia dalam hatinya.
Kakek Santoso adalah kakek Carlo. Gadis itu sempat mendengar kalau dua minggu sebelum Cia dan Carlo menikah, kakek Santoso tiba-tiba tidak sadarkan diri, karena itu lah beliau tidak hadir saat cucunya menikah
\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Cia meregangkan otot-otot tubunya saat sudah sampai di rumah. Perutnya terasa kram, akibat berjalan terlalu jauh menuju ke pasar.
Mau naik ojek, tapi Cia tidak punya uang. Setiap hari dia selalu di suruh menutupi uang belanja yang kurang. Kalau seperti ini kapan dia bisa mengumpulkan uang.
"Sepertinya aku harus mencari pekerjaan lain lagi," batin Cia dengan sedih.
Padahal tubuhnya sudah sangat lelah, dan dia ingin sekali berbaring di atas ranjang, namun semua itu hanya angan-angannya saja. Cia yakin ketika dirinya beristirahat ibu mertuanya akan datang dan langsung memarahi dirinya.
Sudah biasa, dan hal itu sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Cia.
Cia mengusap peluh keringat yang ada di dahinya, wanita berambut panjang yang diikat asal itu langsung duduk lesehan di atas lantai, sesaat setelah selesai memasak.
"Wow, enak banget, aromanya wangi banget, dek Cia masak apa nih?" celetuk Ira, istri dari kakaknya Carlo. Jadi Meri memiliki tiga orang anak, yang pertama bernama Dimas, kedua adalah Carlo lalu yang terakhir adalah anak perempuan bernama Ruri.
Cia tersenyum simpul. "Masak ayam kecap kak, silahkan di cicipi."
Ira mengangguk, lalu menarik kursi dan duduk di sana.
"Ra, makanlah yang banyak. Kamu harus makan yang bergizi biar cepat hamil. Mama udah nggak sabar lho ingin menimang cucu," ucap Meri lalu datang sambil membawa sepiring buah-buahan dan diletakkan di depan Ira.
Ira memang belum hamil-hamil. Padahal Ira dan Dimas sudah menikah hampir tujuh tahunan.
Ira tersenyum manis, sambil meraih nasi dan juga lauk pauk yang ada di atas meja. "Iya, Ma. Mama tenang saja, sebentar lagi aku pasti bakalan hamil. Mama doain saja ya, ini juga lagi usaha kok. Tenang saja, nanti mama pasti bisa menimang cucu," sahut Ira tersenyum.
"Senang sekali Mama mendengarnya, Ra. Mama selalu berdoa agar kamu bahagia, dan kamu bisa cepat punya anak." Meri mengusap perut rata milik Ira dengan lembut.
Cia yang melihat pemandangan itu hanya bisa tersenyum kecut. Ira begitu dimanja oleh keluarga suaminya. Cia bahkan tidak pernah mendapatkan kasih sayang sedikit pun dari ibu mertuanya.
Lain dengan Ira yang selalu mendapatkan kasih sayang dan perhatian penuh dari ibu mertuanya.
Miris sekali rasanya nasib Cia. Tiap hari selalu sibuk mengurus rumah dan juga bekerja, namun dia tetap tidak dianggap oleh ibu mertuanya.
"Oh iya, harusnya mama minta cucu juga sama Cia," ucap Ira di sela kunyahan makannya.
Meri berdecak tidak suka saat mendengarnya. "Malas! Kamu nggak tahu apa kalau mama itu tidak suka sama dia. Mama nggak peduli bagaimana dia. Mau dia nantinya punya anak atau tidak, itu bukan urusan mama. Alasannya, Karena dia berasal dari keluarga miskin, sedangkan kamu berasal dari keluarga orang kaya. Mama juga nggak sudi mendapatkan cucu dari wanita miskin seperti dia."
"Andai mama bisa menolak perjodohan itu, sudah pasti mama tolak. Carlo juga ingin menolak, tapi kakek tidak akan memberikan harta yang dia punya pada semua cucu-cucunya jika cucunya tidak menikah dengan wanita miskin itu. Siapapun cucunya yang menikah dengan Cia, maka kakek akan memberikan warisan lebih banyak dari cucunya yang lain. Padahal dia cantik, sayangnya dia berasal dari wanita miskin," ujar Meri lagi lalu menunjuk ke arah Cia yang tengah duduk lesehan di lantai sambil menundukkan kepalanya.
Akhirnya Cia mengerti kenapa Carlo tidak mau menceraikannya, ternyata karena harta warisan.
"Mereka benar-benar jahat," batin Cia.
Terima kasih ya krn sudah mampir🙏, jangan lupa like dan komentarnya ya kakak2, biar author tambah semangat nulisnya😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Gede Merta
Semangatttt 💪
2025-10-21
0