Bab 10: Karena Terbiasa

VINA PLOT -

Ku buka mataku perlahan.. Langit-langit kamar adalah benda pertama yang terlihat oleh mataku.

Hmm... Kucoba gerakkan tangan dan kakiku, rasa sakitnya sudah jauh berkurang. Tak lagi sesakit hari kemarin. Aku coba kembali menggerakkan kepalaku, masih perlahan... Tengok kanan, kiri.. Rasanya lebih mudah. Masih ada rasa sakit kemarin, tapi sudah tak terlalu sakit dan tidak terlalu kaku. Senyumpun merekah dari bibirku.

Dengan begini, aku akan cepat pulih, pikirku! Hah... Betapa senang hatiku... Akan kuusahakan hari ini untuk keluar dari tempat ini, bagaimanapun juga!!

Pikiranku kini terbang ke perusahaan. Banyaknya jadwal yang terbengkalai.. Mereka semua pasti bingung dan mulai mencari keberadaanku. Pertama, mereka akan menghubungi handphoneku, karena tak bisa dihubungi, mereka akan menghubungi keluargaku.. Kemudian keluargaku panik.. Berita hilangku akan segera sampai ke uncle Farhan. Dan dia akan menceritakan perihal kepindahanku ke apartemen ini. Merekapun akan segera mengecek tempat terakhir keberadaanku. Dalam beberapa jam lagi, waktu hilangku sudah 48 jam! Dengan begitu polisi akan segera menyelidik, membuka kasus, dan mengecek cctv! Mereka pasti melihat, saat dimana si brengsek menarikku! Habislah kau!!! Aku tersenyum penuh dengan rasa kemenangan!!!

Hanya ada dua pilihan baginya, membiarkan aku pulang sekarang, atau berurusan dengan polisi sebentar lagi!

Sudah jelas agenda dalam benakku.. Setelah berhasil keluar dari sini, aku akan segera membuat perhitungan dengannya! Aku ga akan pernah meringankan tuntutanku.. Pokoknya, akan kubuat dia sengsara, membusuk dipenjara!!! Senyumku semakin melebar memikirkan ideku..

Hanya saja.. Ada yang aneh.. Hatiku seakan tak sependapat.. Logika dan hatiku bertolak belakang.. Melihat kebaikannya kemarin.. Rasanya ada rasa ga tega.. Aku yakin sekali, dia pasti patah hati sampai segila itu! Harusnya yang ku cari adalah wanita yang membuatnya patah hati, menghukumnya karena dialah penyebab lelaki biadab itu melakukan tindakan asusila!

Tapi.. Belum tentu salah wanita itu.. Dilihat dari emosinya yang ga stabil, sepertinya dia belum mature! Hah, childish.. Anak bungsu kesayangan.. Hufffff..

Sudahlah vin. Sekarang, fokus dulu ke tubuhmu, bantu tubuhmu untuk duduk dulu. Setelah berhasil, tahap selanjutnya adalah mencoba untuk jalan! Aku mencoba mengalihkan fokus dipikiranku, dari memikirkan balas dendam, ke memfokuskan kemampuan fisikku untuk bergerak seperti sebelumnya.

Aku coba memiringkan badanku, mencoba untuk duduk dengan sanggahan siku tanganku. Pelan pelan ku coba gerakkan, dan kukencangkan cengkraman tangan ke sprei tempat tidur, mengangkat badanku pelan-pelan. sakit dikepalaku masih ada.. Tapi ini lebih baik.. Aku berhasil membangunkan tubuhku 45 derajat dalam posisi miring yang sebelumnya dari posisi terlentang.

Ini kemajuan yang luar biasa! Sekarang, aku hanya harus berusaha 50 persen lagi untuk bisa duduk.

Klek

Pintu terbuka.. Dia melihatku dalam posisi setengah duduk, menghampiriku, menaruh piring dimeja samping tempat tidur, lalu memegang tanganku untuk membantuku duduk.

"aku tidak butuh bantuanmu!", kutepis tangannya dan menatapnya dengan tatapan marah

"vin... Maafkan aku.. Aku janji akan cerita semuanya padamu, kenapa aku seperti ini..", bujuknya

"aku ga peduli dan ga mau tahu!", jawabku lagi.. Memang aku tak ingin ikut campur lebih jauh tentang masalahnya. Dua hari bersamanya adalah hari terberat dalam hidupku. Cukup sudah! Aku tak ingin lagi memikirkannya, bertemu dengannya, dan melihatnya!!! Arggggggghhhhhh

"biar aku bantu kamu.. untuk kali ini aja..", pintanya. Dia pun memegang tanganku.. Tapi kutepis!!! Aku berusaha duduk sendiri, dan aku berhasil.. Wohoooooo.. Betapa senang hatiku!! Ini sudah sesuai dengan rencanaku..kepalaku sudah tak terlalu sakit, dan aku senang dengan kemajuan ini!!

Tapi, senyuman kegembiraanku harus tetap disembunyikan.. Karena dia masih disamping tempat tidur ini.

"gimana kepalamu, vin? Sudah mendingan?", tanyanya, sambil duduk disamping tempat tidurku. Tapi aku tak menjawab, hanya menatapnya dengan tatapan marah. Seharusnya dia tahu kondisiku membaik, lihat saja, kemarin aku ga bisa duduk sendiri, sekarang, aku bisa!

Dia mengalihkan pandangan ke piring di samping tempat tidurku, mengambilnya. Isi piring itu sangat menggoda..

Roti tawar, dengan smash avocado, telur rebus, sosis bakar, hmmm.. Breakfast kesukaaanku..

"makan dulu, vin..", dia hendak menyuapiku.

"xie xie, wo buxiang chi!! (terima kasih, aku tidak lapar!)", jawabku membuatnya menatapku, dan..

"hehe... Apa artinya, itu vin? Kamu bisa bahasa cina? Wah, keren banget!", dia tertawa begitu manis, ada apa dengan orang ini.. Kenapa dia tidak marah? Aku pakai bahasa asing, lho.. Bukan bahasa indonesia

Dia terus tertawa sampai pipinya merah, lalu dia pun diam sambil menahan tawanya..

"ehm.. Apa artinya, itu vin?", tanyanya..

"спасибо, я не хочу есть! (terima kasih, aku tidak lapar!)", kali ini dia cuman bengong.. Dan.. Kemudian tertawa, sangat lepas. Aku yang memperhatikannya ingin juga tertawa, tapi.. Aku tahan...

"itu apalagi artinya, vin?", tanyanya.. Kuperhatikan sekilas, moodnya bagus, hatinya sekarang sepertinya senang, dan .. Dia terlihat tanpa tekanan..

"thank you, i don't want to eat!!", dan jleb... Jawabanku ini menghilangkan senyum diwajahnya! Tatapannya kembali seperti tadi malam saat dia meninggalkan kamar ini.. Tatapan marah, benci, dan moodnya sangat jelek! Ditaruhnya piring di meja samping tempat tidur, dia diam sejenak. Akupun diam dan masih memperhatikannya, wajahku masih sama datar dan untung saja dari tadi aku bisa menahan senyumku dan tak ikut tertawa dengannya.

"kamu orang indonesia, apa sulitnya untuk berbahasa indonesia? Kenapa harus bahasa i..."

"apa kamu pikir 2 bahasaku sebelumnya bahasa indonesia?", aku memotongnya kalimatnya.. Aku tak bicara dalam bahasa indonesia.. Tapi dia tak masalah, bahkan dia tertawa, tapi.. Saat bahasa inggris..

PRANGGGGG!

Piring dengan makanan disamping meja tempat tidur sudah berada dilantai, pecah belah, berserakan berantakan. Jantungku berdegup cukup kencang karena kaget. Dan saat ini aku juga gemetaran..

"kenapa kamu selalu berusaha menyulut emosiku? Aku sudah berusaha baik padamu, tapi kenapa kamu masih saja mencoba membuatku marah, hah????!!!!",

"aaaaaw...", aku berteriak, tangannya memegang wajahku dengan sangat kencang! Kepalaku terasa pening.

"lle...lepaskaaaan!!!", pintaku, tapi dia tak melepaskanku, justru dengan cepat menempelkan bibirnya ke bibirku, menciumku dengan sangat ganas seperti kemarin. Membenturkan kepalaku kembali, untungnya tidak ditembok. Walaupun masih kerasa sakit, tapi ini di senderan tempat tidur, dan masih empuk.

Aku coba menggigit bibirnya sampai kurasa ada darah mengalir digigiku, yah.. Bibirnya berdarah, tapi itu tak membuatnya berhenti, tangan dan kakiku coba menendangnya, tapi justru membuatnya malah duduk diatas tubuhku, kembali, dia merobek baju piyamaku, merobek bra, aku coba memukulnya dengan tanganku, tapi justru dia mengambil robekan bajuku dan mengikat kedua tanganku dengan robekan baju itu. Sangat kencang.. Kencang sekali..

Kemudian dia merobek celanaku, mengikat kedua kakiku dengan posisi terbuka. Kaki kanan, diikat di tempat tidur bagian kanan, dan kaki kiri diikat ditempat tidur bagian kiri. Aku coba menendang, tapi sulit sekali.. Aku yakin, kali ini tindakannya bukan karena alkohol!

"mm..maafkan aku.. Tolong, tolong lepaskan aku!", pintaku, tapi dia tak menggubris, justru membuka baju dan celananya.

Saat ini sangatlah terang, jadi tentu saja aku melihat semuanya, termasuk tubuhnya. Aku ngeri sekali, bagaimana ini, pikirku.. Sejenak aku menyesal dengan tindakan yang kulakukan.. Andai aku tahu jadi begini, tak akan aku usik dia dengan menyulut emosinya dan membuatnya gila.

Dia menutup selimut dibelakang tubuhnya, lalu menindihku.. Sehingga tubuh kami tertutup oleh selimut. Dengan paksa, dia memasukkan benda tumpul panjang ke dalam daerah kewanitaanku. Aku berteriak sekuat-kuatnya,

"aaaargghh.. Sakiiiit.. Toloooong.. Siapa saja toloooong akuuu! Aaaakh...brengseeek.. Lelaki mesuuuum nenjauhkah darikuuuu.. Aaaaa", Berbagai kata kukeluarkan, tapi dia tetap tidak bergeming. Dia tetap melakukan apapun dia tas tubuhku semaunya.

Rasanya sakit.. Tapi.. Memang terasa aneh.. Tubuhku seperti menginginkannya. Ini aneh! Gila menurutku!! Apa sekarang aku sudah ikutan gila?

BRAAAAK!!!!

"Rangga!!!!", kudengar suara laki-laki membuka pintu, dan meneriakkan namanya..

Lelaki diatas tubuhku pun kaget, dia melihat kearah suara, aku juga ingin melihat, tapi terhalang oleh tubuhnya yang menindihku..

"pp..ppapa!!", hah??? Papa.. Lelaki diatas tubuhku memanggil lelaki dipintu itu papa? D.. Dia.. Anwar pranata?? Hah.. Belum sempat aku mencerna apa yang ada dipikiranku,

"papa, sedang apa disini?", ini giliran suara wanita, yang sudah familiar.. Dokter airin, yah kakak pria ******** yang masih ada diatas tubuhku.

"hah, Rangga, apa yang kamu lakukan???!", kali ini teriakan wanita itu histeris,

"pakai bajumu, dan jelaskan semuanya! Aku tunggu didepan!!", lelaki didepan pintu itu.. Meninggalkan pintu kamar dan melangkah keluar. Hanya menyisakan airin di pintu. Dia tidak pergi, dia justru masuk, kemudian menutup pintu kamar, berjalan ke arah lemari, mengambil handuk dalam lemari dan menyerahkannya ke pria yang saat ini sudah berpindah dari atas tubuhku ke sampingku, dengan masih menutup tubuh bagian bawahnya dengan selimut.

"pakai ini, bersihkan tubuhmu!", airin memberikan handuk kepadanya. Ia pun memasukkan handuk kedalam selimut, dan keluar dari selimut setelah memakainya, bergegas menuju toilet.

"kamu tidak apa-apa?"

"aku hampir mati karena adikmu!!", jawabku ketus kali ini

"dia akan merasakan akibatnya, papa pasti memberikan hukuman untuknya!", airin mencoba menenangkanku.

"mari kubantu!", dia mulai membuka ikatan ditanganku,

"hmm.. Pergelangan tanganmu memar dan beberapa luka pecahan yang kemarin mengeluarkan darah lagi..", Airin menjelaskan

"ini karena adikmu, psycho!!", aku makin kesal mendengar penjelasan airin. Tadi pagi perkembanganku sudah baikan, dan kini.. Hah.. Remuk lagi rasanya!!!

Klek

Pintu kamar mandi terbuka, aku dan airin menengok bersamaan ke arah asal suara

Dia terlihat kikuk..

"mm.. Aku cuma mau ambil baju dilemari!", matanya menuju ke airin kemudian menatapku, sepertinya mencoba memberi penjelasan, lalu dia berjalan ke lemari, mengambil baju, dan kembali ke kamar mandi.

Airin berjalan ke arah bawah tempat tidur, membuka ikatan di kedua kakiku. Saat ini aku masih menggunakan selimut sebagai penutup tubuhku.

"selesai!", mari kubantu bersih-bersih, ajak airin.

Klek

Pintu kamar mandi terbuka lagi, dan dia keluar. Kemudian bergegas meninggalkan kamar. Kali ini dia hanya menunduk tanpa melihat ke arahku.

Klek

Pintu terbuka lagi

"kak, papa panggil kamu!", Katanya kemudian, masih berdiri mematung di pintu.

"tunggu sebentar, ya vin..", airin bergegas keluar dari kamar.

Aku hanya mengangguk, mau bagaimana lagi, apa aku punya pilihan?

Aku berusaha untuk duduk, sebelum pergi, airin sudah menyiapkan jubah mandi yang diletakkan disisi tempat tidur.

Kali ini, aku berusaha mengambilnya, dan memakainya.

Klek

Pintu kamar terbuka lagi, sebelum aku sempat memakai jubah mandi itu. Baru satu tangan kananku yang masuk. Dan betapa kagetnya aku, lelaki itu yang ada dipintu, kemudian masuk ke dalam dan menutup pintu kembali.

"mau apa kamu??", tanyaku refleks.

Dia hanya diam

"mana airin?", tanyaku lagi, karena merasa pertanyaan pertama tak mendapatkan jawaban.

Lagi, dia hanya diam

"apa maumu?", aku masih berusaha mendapatkan jawaban atas keadaan sekarang.

Kali ini dia tak menjawab, hanya datang menghampiriku, membuka jubah mandi yang baru setengah ku pakai, aku coba menahannya, tapi tenaganya lebih kuat, dan belum sempat aku protes dengan tingkah lakunya, dia sudah mengangkatku, membawaku ke kamar mandi.

Menaruhku di toilet, menyemprotkan air, dan membersihkan dengan tangannya, lalu berdiri, mengambil kursi yang masih dikamar mandi, memindahkannya ditempat kemarin, dibawah shower. Dan berjalan ke arahku. Aku ingin bertanya, tapi enggan, ku ikuti saja maunya apa.. Dan saat ini, aku penasaran apa yang terjadi. Kemana anwar pranata dan airin??

Mau kubuka suaraku, tapi aku khawatir menyulut emosinya lagi. Aku coba bersabar sampai aku tahu kondisinya.

"sebentar!", kataku saat dia mau mengangkatku ke kursi dibawah shower.

"a.. Aku mau pipis. Dan perutku mules, sepertinya mau pup!", kataku, dengan suara pelan karena malu. Rasa mules ini baru saja terasa, tapi aku sudah menahan pipis dari sejak bangun tidur tadi.

Kutunggu.. Tak ada jawaban. Dia hanya berdiri dihadapanku. Lalu kuberanikan menatapnya. Dan kulihat dia juga menatapku.. Tapi tak bergeming.

Apa dia tidak dengar kalau aku ingin buang hajat?? Kenapa.masih didepanku?? Ah, absurb!!!!

"kamu bisa keluar.."

"lakukanlah, aku runggu disini!"

"hah?? Ga bisa.. Mana bisa buat pup kalau ada orang bersamaku!!", aku protes.

"lakukan.. Aku tetap tunggu disini! Seberapa lamapun kamu selesai!", katanya lagi.

"a..aku ga bisa! Ini memalukan dan bau!!", aku bersikeras.. "tolong keluarlah dulu.. ", pintaku.. Dia menatapku..

"kalau sudah selesai, aku nanti panggil kamu," kataku lagi

Dia hanya menatapku..

"i will not go anywhere! Just do it!", heh... Dia .. P.. Pakai bahasa inggris?? He speak english?? What the f*ck!!! Lelucon apa lagi ini!?? Psycho! Pikirku...

Hmm baiklah, rasa mulasku sudah hilang, akhirnya aku hanya pipis, tapi rasanya tambah perih dan sakiiiit. Dan adegannya kembali seperti kemarin, dia membantuku mengurangi rasa sakitnya.

Aku katakan padanya, aku ga jadi BAB, rasanya sudah hilang, akhirnya dia membawaku ke shower, memandikanku, kecuali bagian kepala, memberikan sikat gigi, membersihkan wajah, lalu membawaku ke kamar.

Sebelum memakaikan bajuku, dia merebahkanku dikasur, kemudian mengolesi cream disetiap luka dan memar yang kumiliki diseluruh tubuh. Setelah selesai, barulah membantuku memakai baju. Kemeja lengan panjang berwarna orange dan rok bahan panjang berwarna hitam. Untuk rambutku, dia coba menyisirkan, tapi sakit. Dia bertanya padaku harus bagaimana, ku minta biarkanlah berantakan begini. Karena setiap disisir, kepalaku memang sakit.

Jangan ditanya bagaimana perasaanku saat dia mengobati luka dan memakaikanku pakaian. Setiap sentuhannya, berhasil membuat saraf di tubuhku menegang. Semua itu kutahan. Aku beruntung bisa menahan hal yang semacam itu.

Setelah selesai memakaikan ku baju, dia bergegas ke lemari, mengambil baju ganti, yah karena bajunya basah.. Percikan air saat memandikanku membuat dia harus memakai baju kering yang baru.

Tak butuh waktu lama, kurang dari 1 menit dia telah selesai mengganti bajunya, Lalu datang menghampiriku. Sepatunya menginjak pecahan beling yang masih berserakan dilantai, tapi sepertinya dia tak peduli.

Dia mengangkatku ala bridal seperti biasa, dan berjalan menuju pintu.

Deg....

Anwar pranata.. Airin.. Mereka duduk di meja makan.

Apa-apaan ini? Airin ada disini, tapi kenapa bukan dia yang membantuku??? Kenapa harus lelaki ini? Aku sungguh tak mengerti.. Aku butuh jawaban dan penjelasan!!!

 

hai reader yang baik hati... terima kasih ya, sudah mampir ke novel pertamaku 🤩🤩🤩

untuk kalian yang suka dengan bab ini.. tolong bantu support Author dengan memberikan (like) 👍 dan comment yang membangun untuk author, ya!!!

terima kasih, happy reading 😘😘😘

Terpopuler

Comments

Casmuroh Casmuroh

Casmuroh Casmuroh

💖💖

2023-06-24

0

Lely kristanti

Lely kristanti

hyyy kakak aku mampir... semngat kakak

salam dari Aera

2020-11-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Keputusanku Sudah Bulat
2 Bab 2: Kembali
3 Bab 3: Terluka Kembali
4 Bab 4: Spion Motor
5 Bab 5: Aku Sangat Lelah
6 Bab 6: Pingsan
7 Bab 7: Bertanggung jawab
8 Bab 8: Membantu
9 Bab 9: Butuh Istirahat
10 Bab 10: Karena Terbiasa
11 Bab 11: Jawaban
12 Bab 12: Milikku
13 Bab 13: Mulai Tak Sabar
14 Bab 14: Menuntut
15 Bab 15: Tunggu Disini
16 Bab 16: Aku Sudah Kembali
17 Bab 17: Aku Sayang Kamu
18 Bab 18: Ceritakan Semua Kepadaku
19 Bab 19: Menutup Mata
20 Bab 20: Dia Sangat Mencintaiku
21 Bab 21: Aku Janji
22 Bab 22: Jangan Menangis, Cinta!!
23 Bab 23: Bebas
24 Bab 24: Mengingatkan
25 Bab 25: Semua Menjadi Gelap
26 Bab 26: Meninggalkanku
27 Bab 27: Bergantung Pada Takdir
28 Bab 28: Ikut Denganku
29 Bab 29: Cemburu Buta
30 Bab 30: Terlihat Bodoh
31 Bab 31: Mendengar Tangisannya
32 Bab 32: Suamiku...
33 Bab 33: Pertemuan tak diharapkan
34 Bab 34: Cukup Tersiksa
35 Bab 35: Meninggal Dunia
36 Bab 36: Alamatnya
37 Bab 37: Dennis
38 Bab 38: Tersangkanya
39 Bab 39: Apa Kamu Baik-Baik Saja?
40 Bab 40: Kenangan
41 Bab 41: Penuh Tekanan
42 Bab 42: Sayang
43 Bab 43: Sudah Waktunya
44 Bab 44: Kerajaan Bisnis
45 Bab 45: Menyeramkan
46 Bab 46: Siapa Kamu?
47 Bab 47: Aku Hamil?
48 Bab 48: Luka - Luka
49 Bab 49: Kesembuhanmu
50 Bab 50: Bagaimanapun Caranya
51 Bab 51: Ketemu Kakek
52 Bab 52: Adikku Yang Bodoh
53 Bab 53: Jackpot
54 Bab 54: Selama Dia Mencintaimu
55 Bab 55: Geram
56 Bab 56: Menjauh
57 Bab 57: Butuh Waktu
58 Bab 58: Kekasih Hati
59 Bab 59: Berhenti
60 Bab 60: Makan Bersama
61 Bab 61: Ketanggungan
62 Bab 62: Habis Terbakar
63 Bab 63: Muntah Darah
64 Bab 64: Semanis Gulali
65 Bab 65: Pulang
66 Bab 66: Kembali Ke Jepang
67 Bab 67: Bertemu Mom and Dad
68 Bab 68: Bangun Sayang
69 Bab 69: Duduklah Disini
70 Bab 70: Bagianku
71 Bab 71: Mengenalnya
72 Bab 72: Kejutan
73 Bab 73: Resepsi Pernikahan
74 Bab 74: Hana dan Dennis
75 Bab 75: Mendengarkan Kata Hati
76 Bab 76: Fitting Baju
77 Bab 77: Lea Bridal Boutique and Salloon
78 Bab 78: Menentukan Pilihan
79 Bab 79: Tuxedo
80 Seafood
81 Yacht Pribadi
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Bab 1: Keputusanku Sudah Bulat
2
Bab 2: Kembali
3
Bab 3: Terluka Kembali
4
Bab 4: Spion Motor
5
Bab 5: Aku Sangat Lelah
6
Bab 6: Pingsan
7
Bab 7: Bertanggung jawab
8
Bab 8: Membantu
9
Bab 9: Butuh Istirahat
10
Bab 10: Karena Terbiasa
11
Bab 11: Jawaban
12
Bab 12: Milikku
13
Bab 13: Mulai Tak Sabar
14
Bab 14: Menuntut
15
Bab 15: Tunggu Disini
16
Bab 16: Aku Sudah Kembali
17
Bab 17: Aku Sayang Kamu
18
Bab 18: Ceritakan Semua Kepadaku
19
Bab 19: Menutup Mata
20
Bab 20: Dia Sangat Mencintaiku
21
Bab 21: Aku Janji
22
Bab 22: Jangan Menangis, Cinta!!
23
Bab 23: Bebas
24
Bab 24: Mengingatkan
25
Bab 25: Semua Menjadi Gelap
26
Bab 26: Meninggalkanku
27
Bab 27: Bergantung Pada Takdir
28
Bab 28: Ikut Denganku
29
Bab 29: Cemburu Buta
30
Bab 30: Terlihat Bodoh
31
Bab 31: Mendengar Tangisannya
32
Bab 32: Suamiku...
33
Bab 33: Pertemuan tak diharapkan
34
Bab 34: Cukup Tersiksa
35
Bab 35: Meninggal Dunia
36
Bab 36: Alamatnya
37
Bab 37: Dennis
38
Bab 38: Tersangkanya
39
Bab 39: Apa Kamu Baik-Baik Saja?
40
Bab 40: Kenangan
41
Bab 41: Penuh Tekanan
42
Bab 42: Sayang
43
Bab 43: Sudah Waktunya
44
Bab 44: Kerajaan Bisnis
45
Bab 45: Menyeramkan
46
Bab 46: Siapa Kamu?
47
Bab 47: Aku Hamil?
48
Bab 48: Luka - Luka
49
Bab 49: Kesembuhanmu
50
Bab 50: Bagaimanapun Caranya
51
Bab 51: Ketemu Kakek
52
Bab 52: Adikku Yang Bodoh
53
Bab 53: Jackpot
54
Bab 54: Selama Dia Mencintaimu
55
Bab 55: Geram
56
Bab 56: Menjauh
57
Bab 57: Butuh Waktu
58
Bab 58: Kekasih Hati
59
Bab 59: Berhenti
60
Bab 60: Makan Bersama
61
Bab 61: Ketanggungan
62
Bab 62: Habis Terbakar
63
Bab 63: Muntah Darah
64
Bab 64: Semanis Gulali
65
Bab 65: Pulang
66
Bab 66: Kembali Ke Jepang
67
Bab 67: Bertemu Mom and Dad
68
Bab 68: Bangun Sayang
69
Bab 69: Duduklah Disini
70
Bab 70: Bagianku
71
Bab 71: Mengenalnya
72
Bab 72: Kejutan
73
Bab 73: Resepsi Pernikahan
74
Bab 74: Hana dan Dennis
75
Bab 75: Mendengarkan Kata Hati
76
Bab 76: Fitting Baju
77
Bab 77: Lea Bridal Boutique and Salloon
78
Bab 78: Menentukan Pilihan
79
Bab 79: Tuxedo
80
Seafood
81
Yacht Pribadi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!