Bab 5: Aku Sangat Lelah

TING TONG

Suara bel apartemenku berbunyi, seakan mimpi..

TING TONG

Lagi.. Hufff, kali ini Aku buka besar-besar mataku, kembali ke posisi duduk, kutatap jam di dinding kamarku, jam 11 malam.. Oh, cukup lama Aku tertidur.. Seingatku, Aku sampai ke kamarku jam tujuh malam.

TING TONG

Hmm.. Siapa yang datang tengah malam begini, sih? Keluhku.. Aku melangkah keluar dari kamarku, menuju pintu utama, melihat dilayar monitor, siapa yang datang. Dan betapa kagetnya Aku.. Lelaki itu.. Mmm...mau apa Dia ke apartemenku malam-malam begini? Pikirku menyelidik dan juga kaget..

TING TONG

Lagi! Ia menekan bell.. Tapi Aku masih enggan untuk membuka pintu. Hmm.. Tak akan.. Aku ga akan buka pintu! Atau Aku telepon saja security apartemen dan mengadukan stalker? Ah, ide bagus.. Aku tak ingin berurusan dengannya. Tapi belum sempat Aku menjalankan ideku,

TING TONG

Dia sekali lagi menekan bell..

"Vivi, Aku tahu Kamu ada didalam. Sudah lima kali Aku menekan bell.. Aku yakin saat ini Kamu menatapku, dan mendengar apa yang Aku katakan.", Lelaki itu mulai berbicara, tak seperti sebelumnya hanya menekan bell

"Long time no see, Vi.. Semoga Kamu sehat selalu, Aku datang hanya untuk menanyakan kabar. Dan ini, Aku bawakan martabak keju Bang Saleh. Tadi Aku kebetulan lewat selepas pulang kantor. Kalau Kamu mau, Kamu bisa ambil disini." Dia meletakkan bungkusan didepan pintuku, dan meninggalkan apartemenku menuju lift.

Kudengar suara lift, sepertinya Dia sudah turun. Ah... Martabak! Hufff... Kali ini, Aku tak tahu apa yang kurasakan.. Harus senang atau sedih. Hatiku sakit.. Martabak Bang Saleh, Dia masih ingat..

----- flash back on ----

"Vivi, coba liat apa yang ku bawa..", Kak Doni memasuki kamarku, dan langsung menyerahkan bungkusan, yang dari wangi harum mentega, Aku tahu apa yang Dia bawa.

"Martabak Bang Saleh!!!", Jawabku bahagia. Kebetulan, Aku juga memang sedang pingin cemilan.. Tanpa pikir panjang, kubuka bungkusannya, dan melahap satu demi satu martabaknya.

"Pelan-pelan, nanti tersedak!", Kak Doni mengingatkan.

"Enak banget ini Kak, hmmm... ", Dia hanya tersenyum melihat tingkahku. Seperti biasa, senyumannya begitu manis, bikin Aku betah berlama-lama menatapnya..

"Makasih, Kak.. Udah bawain martabak Bang Saleh.", Aku mengapresiasi apa yang Dia berikan kepadaku, karena sedari tadi, Aku lupa, malah asyik menikmati martabak dan nyuekin Kak Doni.

"Hmm.. Makasih doang?"

"Iya, emang mau apa lagi?"

"Air.. air, ga dapet gitu? Dari tadi namu dianggurin aja!", Keluhnya.

"Ke dapur aja kak. Ada Bi Minarti dibawah, pasti dikasih air, hehe", Jawabku iseng.

"hemmmm... Ga mau, mau nya bikinan kamu aja, moccacino ya Vi!", pintanya, sembari merebahkan badannya di kasurku.

"Ih, emang disini cafe!!!", Aku protes, tapi tetep berdiri, dan berjalan ke arah dapur untuk membuat secangkir moccacino untuk Kak Doni.

Ga butuh waktu lama, kurang dari 5 menit, Aku sudah kembali dengan moccacino pesanan Kak Doni, dan menaruhnya disisi meja di kamarku.

"Thank You, Vi.. Hmm.. It's so tasty."

"Cuma moccacino sachset, Kak.. Hihi", Jawabku sekaligus berusaha ga ge-er mendengar pujian Kak Doni.

"Tetep aja, ini kan buatan kamu Vi.. Jadi special buatku.. Setelah kita menikah nanti, Aku mau minum kaya gini setiap pagi. Minum moccacino buatan Kamu, hehe", kata-kata Kak Doni benar-benar membuatku tambah ge-er!

"Ga sehat dong, Kak! Kata Mommy, tiap pagi minum peresan jeruk lemon, itu yang bagus buat pencernaan.", lagi-lagi Aku coba mengalihkan obrolan ke petuah Mommy untuk menghilangkan rasa ge-er yang bergemuruh di dadaku.

"Hmm.. Aku suka kamar kamu, Vi... girly. Nanti kalau Kita nikah, Aku mau punya anak cewek, dan Aku mau buat kamarnya seindah istana."

Aku mengangguk setuju, karena Aku juga ingin punya anak cewek. "Tapi tetep Kak, Aku mau anak pertamaku cowok, nanti Aku mau kasih dia nama Vido, Vina and Doni, hihi.. pokoknya harus anak cowok.. Supaya bisa lindungin adek-adeknya."

-------- flash back off -----

Vi.. Vido...

Aku menutup mulutku dengan jemari tanganku. Seakan ga percaya, Vido.. Nama itu.. Nama bocah kecil tadi, yang kutemui di pintu masuk lobby..

Vido

Dia menamakan anak lelakinya dengan nama itu.. Nama yang.. Tak sanggup Aku memikirkannya lagi, hanya air mata yang mengalir, lagi dan lagi dan sungguh menyiksa batinku.

Banyak sekali pertanyaan didalam diriku. Kenapa harus nama itu.. Apa Dia masih mengingat kenangan Kita.. Apa Dia masih mencintaiku.. Ah.. No no... Aku memukul mukul kepalaku dengan kedua tanganku..

"Sadar Vi... Sadar!!!", Aku berharap logikaku jalan lagi.. bagaimanapun, Dia suami orang, masih teringat jelas bagaimana drama keluarga bahagia itu di basemen malam kemarin, dan kini.. Karena nama bocah itu, apa Aku berharap mendapatkan cintanya kembali?

Oh no... Aku harus melupakannya!!! Dan.. Ini menjadi semakin sulit karena Dia kini berada satu atap apartemen denganku, bahkan Dia tahu dimana apartemenku.. Haishhhhh... Pikirku semakin tak tenang..

Aku harus pindah.. Tapi kemana? tak mungkin ke rumah daddy.. Sama saja pindah dari sarang singa ke sarang buaya! Mommy akan lebih sering mengenalkan Aku ke banyak eksekutif muda, menawarkanku bagai perawan tua yang butuh kekasih..

Aku menggelengkan kepalaku. Noo... Not Daddy's home.. Tapi.. Tapi kemana???? Pikirku lagi..

Ah, sejenak Aku ingat.. Uncle Farhan memiliki apartemen didekat apartemenku. Memang tidak di penthouse dan semewah apartemenku, tapi untuk saat ini, kupikir akan lebih aman kalau Aku tinggal di apartemennya.

Tanpa pikir panjang, Aku segera berlari ke sofa, membuka handbag-ku, mengambil handphone, dan segera membuka kontak Uncle Farhan. Tak butuh waktu lama, dua kali dering, Dia sudah mengangkat teleponku.

"Yes, can I help you, Vi?", Tanya suara diujung telepon.

"Uncle, can I borrow your apartement for a few days? I'll rent it!", Pintaku tanpa basa basi.

"What's wrong with your apartement?"

"Just.. Small problem.", Aku menolak menjelaskan..

"Ok, Vi.. Kapan Kamu mau pakai?"

"Malam ini!", Jawabku pasti.

"Hah??! Seriously?", Tanyanya tak percaya.

"Ya, dimana Aku bisa ambil kuncinya?"

"Ehm... Wait Me in the apartement lobby. In 30 minutes i'll be there."

"Ok", klik. Aku memutus kontak telepon, langsung mengambil handbag dan kunci mobilku, dan sesegera mungkin keluar meninggalkan apartemenku menuju basemen.

Pintu lift sudah terbuka. Aku keluar dari pintu dan segera berjalan menuju mobilku. Perlahan tapi pasti, Aku starter mobilku, dan berlalu meninggalkan basemen.

Tak sampai 20 menit, Aku sudah sampai di apartemen Uncle Farhan. Aku parkir mobilku dibasemen apartemen, dan menuju ke lobby, menunggu Uncle Farhan.

15 menit kemudian, sosok lelaki yang sudah kukenal berdiri dihadapanku sambil menyerahkan kunci apartemen. Aku mengambil kunci itu, dan ingin langsung menuju kamar apartemen, untuk menghindari berbagai macam pertanyaan. Tapi sepertinya, usahaku kurang berhasil.

"Kenapa mendadak, Vi?"

"Ehm.. Keran apartemenku bocor Uncle. Aku.. Ga bisa tidur.", jawabku sekenanya.

"Hmmm..", Lelaki itu hanya bergumam.. Dia penuh menyelidik, dan Aku yakin Dia tidak percaya dengan yang Aku katakan barusan. Tapi kali ini Dia tidak menyusahkanku.

"Ok, Vi. Uncle pulang dulu, selamat beristirahat.", Dia melangkah pergi meninggalkanku. Dan tanpa menjawab apapun, Aku melangkah menuju lift. Memencet nomor lantai yang kutuju. Hanya Aku didalam lift. Dan tak butuh waktu lama, pintu lift terbuka dilantai yang Aku tuju.

Kondisi disini berbeda dengan kondisi di apartemenku.. Banyak sekali kamar-kamar. Ada 10 kamar dilantai ini. Dan.. Apartemen Uncle Farhan ada dipaling ujung koridor ini. Aku menempelkan kartu kunci, dan pintu pun terbuka.

Kunyalakan lampu, dan huffff... Bagaimana Aku bisa tidur???? Sepertinya kamar apartemen ini sudah lama tak ditempati. Agak berdebu..

"Uncle, berapa lama sudah tak dibersihkan?", Aku langsung menelpon Uncle Farhan, dan sedikit jengkel karena melihat kondisi apartememnnya.

"baru dibersihkan hari minggu lalu, Vi. Uncle menyewa orang untuk membersihkannya seminggu sekali..." Uncle menjelaskan,

Hmm.. Aku menutup teleponnya tanpa menunggunya selesai bicara. Seminggu sekali? Gerutuku.. "what the f*ck!!" dan sekarang Aku harus tidur dengan debu ini? Kuingat lagi, hari ini adalah dini hari jum'at. Berarti sudah 4 malam kamar ini tak dibersihkan. Owh....

Apa Aku harus kembali ke apartemenku? Hmm.. No no.. Dia bisa datang lagi, dan mengganggu ketentraman jiwaku, Aku menggelengkan kepala, dan.. Mungkin malam ini Aku harus menerima tidur disini. Pikirku.

Aku menuju kamar, apartemen ini sangat kecil. Mungkin 1/4 ukuran apartemenku. Tapi, tak apalah.. Aku akan mencari apartemen baru nanti, dan sementara ini, Aku akan bertahan disini.

Aku duduk diatas bed, kemudian mengeluarkan smartphone-ku, lalu mengetik alamat apartemen ini, dan Aku kirim ke Dinda juga Metha. Memastikan supaya besok Metha menjemputku disini, dan Dinda membersihkan apartemen ini.

Ha.. Hatchiiiiiim..

Hidungku mulai bereaksi. Sedari kecil, Aku memang alergi debu. Sedikit debu menempel sudah membuatku bersin-bersin dan kadang, bisa membuatku sampai pilek demam.

Kubuka hand bag ku.. Mencari obat alergi, tapi nihil.. Hmm.. Barang-barang pentingku semua ada di apartemenku. Karena buru-buru, Aku sedikit ceroboh, dan tidak mempersiapkan dengan teliti apa yang harus kubawa.

Ha.. Hatchiiiiim..

Lagi.. Arkkkhhhh.. Aku segera menuju lemari, mengambil selimut baru, dan mencopot selimut lama, meletakkannya dibawah lantai. Selimut baru tak berdebu, sepertinya ini bisa menyelamatkanku. Aku letakkan di atas kasur selimut tersebut dan kurebahkan badanku diatas kasur. Karena sudah sangat lelah, Aku tak mau banyak berpikir lagi.

Yang kuinginkan hanya tidur. Tidur pulas sampai pagi. Melupakan semua yang terjadi hari ini.

.... 300 domba, 301 domba, 302 domba, akhhhhh... Aku tak bisa tidur!!! Pikiranku masih carut marut mengingat semua peristiwa hari ini ... Kak doni.. Hufff.. Dadaku sesak setiap kali aku mengingat masa lalu.

Tapi pikiranku seakan tak mau bekerjasama. Semua hanya berisi kenangan masa laluku bersamanya. Sepertinya komputer di otakku sudah mulai hang, sehingga tak habis habisnya memutar kembali setiap kenangan itu.

Segala cara sudah Aku lakukan untuk membuat otakku bekerja normal, dan Aku bisa tidur.. Tapi.. Tetap saja! Hufff.. Semuanya berulang.. Andaikan Aku tak bertemu dengannya tadi pagi, mungkin Dia tak akan tahu dimana Aku tinggal. Argghhh.. Ini semua gegara tukang tagih itu!! Rangga.. Yaa,, karena Dia!! Kalau Dia ga datang ke apartemenku demi tujuh puluh lima ribunya, tentu saja Aku masih aman dan bisa tidur di apartemenku yang nyaman.. Pikiranku semakin kesal.

Kurubah posisiku, dari tidur menjadi duduk. Aku melirik sekilas smartphone-ku, jam sudah menunjukan pukul 2 dini hari. Dan Aku masih terjaga!! Owh.... 2 hari Aku begadang ga jelas, pikirku.

Kruuuuk kruuuuk.

Hah, perutku terasa lapar. Aku baru ingat, hanya smoothies dan perasan air lemon yang Aku makan kemarin, itupun tak habis karena kedatangan si tukang tagih.! Urggghh, Aku menggerutu kesal! Kemarin Aku terlalu sibuk dan tak sempat untuk lunch. Malamnya, Aku terlalu lelah dan melewati dinnerku. Owh, kupegang perutku, rasanya seperti perih. Asam lambungku mungkin meningkat.

Seingatku, Aku tak pernah punya penyakit maag. Tapi sepertinya, terlambat makan, stress dan kurang tidur yang kulalui dalam 2 hari ini membuatku mengalami peningkatan asam lambung.

Hmm.. Mau bagaimana lagi, Aku melangkah ke dapur, membuka kulkas dan.. Tak ada yang kutemukan didalamnya.

Bahkan air putihpun tak ada!!! Owh.... Bagaimana ini.. Keluhku. Saat ini Aku benar-benar lapar! Sesaat Aku teringat martabak dipintu kamar apartemenku.. Hmm.. Andai tadi kubawa kesini, setidaknya Aku punya cemilan.. Ah.. Kutepis pikiran itu dengan menggelengkan kepalaku. Bodoh, Aku ga boleh memakannya! Logikaku mengingatkan untuk melupakan martabak dari penjual yang sudah 10 tahun tak pernah kusantap.

Apa pesan delivery online saja, ya? Pikirku kemudian. Aku segera mengambil smartphone-ku, dan membuka aplikasi delivery makanan online. Mencari restoran yang masih buka disekitar apartemen ini. Dapat!!! Aku memesannya, dan kemudian menunggu makananku tiba.

Bip bip.. Bip bip..

Smartphoneku berdering. Akupun beranjak, untuk mengangkatnya

"Iya hallo!"

"Mba, Saya pengantar makanan, Saya tunggu Mba di lobby. Karena tidak diizinkan naik oleh security.", Penjelasannya.

"Apa??? Ah, baiklah. Tunggu sebentar!"

Sedikit kesal, tapi mau bagaimana lagi, mungkin memang peraturan disini seperti itu. Aku sudah sangat lapar! Akhirnya Aku keluar menuju lobby, mengambil makananku, lalu bergegas kembali ke lift, memencet nomor lantai apartemenku.

Ting

Pintu lift terbuka pas di lantai yang kutuju. Akupun keluar. Hoaaa.. Perutku sudah benar-benar lapar! Tak ada lagi yang kuharapkan selain segera masuk ke kamar apartemen dan menikmati makananku. Aku berjalan agak cepat, Aku melewati kamar-kamar dikoridor itu menuju apartemenku. Tepat satu pintu sebelum apartemenku,

Aku mendengar suara pintu terbuka, dan tampak seorang dibalik pintu itu

"Kamu sudah datang!",

"A.. Apa???"

Tanpa menjawab pertanyaanku, Dia menarik tanganku begitu kuat, hingga Aku hampir terjatuh, menutup pintu kamarnya, dan menguncinya

"Hey!!!!", Jawabku karena kaget.. Masih belum bisa Aku merespon otakku, Dia.. Dia menutup pintu??? Aku mencoba melepaskan genggaman tangannya pada tangan kananku dengan melempar bungkusan makanan yang ada ditangan kiriku. Tapi sepertinya dia tidak merasakan apapun

"Kamu datang!! Jangan coba-coba melawan!", katanya lagi,

"let me goo!!! ****!!" Aku memukulnya dengan tangan kiriku. Tapi kemudian tangannya memegang tangan kiriku. Lalu mendorongku ke dinding apartemen dengan sangat keras, sampai Aku merasakan benturan dikepalaku begitu sakit.

"Kita ada di Indonesia, jadi bicaralah bahasa Indonesia! Dan Aku sudah membayarmu.. Maka puaskan Aku!", katanya dan kemudian tanpa aba-aba ******* bibirku. Masih kurasakan nafasnya yang bau alkohol, sepertinya orang yang ada dihadapanku sedang sangat mabuk.

"Ehmmm... Aku menggigit bibirnya, lalu menendang selangkangannya dengan kakiku, dan berhasil melepaskan tangannya dari tanganku, dan tampak dia kesakitan. Aku bergegas berlari menuju pintu. Dan belum sempat Aku meraih gagang pintu,

Praaang!!!!

Sesuatu seperti mendarat dikepalaku, dan tetesan air seperti mengalir dari kepalaku. Aku tak dapat melihat warna cairan itu, karena kamar ini begitu gelap, tak ada cahaya diruangan ini, tapi indra penciumanku masih berfungsi baik. Aku tahu dan sadar ini bau darah.

"beraninya kamu.. Jangan coba-coba pergi dariku!"

"Arrrrghh.. Lepaskan!!", Lagi-lagi Dia menjambak rambutku dengan sangat kencang, dan sakit di kepalaku pun belum sepenuhnya hilang karena pecahan benda diatas kepalaku tadi.

Tak sempat Aku berpikir apa yang terjadi, Dia sudah menyeret rambutku, kemudian melemparkan badanku di lantai,

"Aaakhhh..", sakit sekali seluruh badanku, belum sempat Aku membenarkan posisiku. Tubuhnya sudah berada diatasku, mengikat kedua tanganku dengan kencang, bukan dengan tali, tapi menggunakan kabel dan mengikatnya dikaki lemari yang ada dibelakangku, sehingga tanganku tak bisa lagi bergerak

"Lepaskaaaaaan!!!!", Teriakku lagi, kali ini Aku benar-benar panik dan ketakutan. Entah apa yang harus kulakukan, tapi.. Kejadian ini benar-benar sungguh tak pernah terlintas dalam benakku.

"Jangan berharap j*l*ng!! Malam ini Kamu harus memuaskanku!! Kreeek!!", Tangan laki-laki itu langsung membuka kancing kemejaku dan berhamburan entah kemana, merobek bajuku, menyisakan hanya bra yang kukenakan. Kemudian dia berlanjut membuka celana panjangku. Aku berusaha menghentikannya, tapi tak ada usahaku yang berhasil. Tenaganya begitu kuat, sampai Aku tak bisa lagi mengingat apa yang Dia lakukan. Kepalaku pening, dan akhirnya, Aku tak sadarkan diri

 

 

hai reader yang baik hati... terima kasih ya, sudah mampir ke novel pertamaku 🤩🤩🤩

untuk kalian yang suka dengan bab ini.. tolong bantu support Author dengan memberikam (like) 👍 dan comment yang membangun untuk author, ya!!!

terima kasih, happy reading 😘😘😘

visualisasi

apartemen uncle farhan

Terpopuler

Comments

Casmuroh Casmuroh

Casmuroh Casmuroh

Kira" siapa ya yg menarik Vina??

2023-06-23

0

magdalenasuyatik@gmail.com suyatik

magdalenasuyatik@gmail.com suyatik

Ternyata beneran Vina Doni ya,,,

2021-03-28

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Keputusanku Sudah Bulat
2 Bab 2: Kembali
3 Bab 3: Terluka Kembali
4 Bab 4: Spion Motor
5 Bab 5: Aku Sangat Lelah
6 Bab 6: Pingsan
7 Bab 7: Bertanggung jawab
8 Bab 8: Membantu
9 Bab 9: Butuh Istirahat
10 Bab 10: Karena Terbiasa
11 Bab 11: Jawaban
12 Bab 12: Milikku
13 Bab 13: Mulai Tak Sabar
14 Bab 14: Menuntut
15 Bab 15: Tunggu Disini
16 Bab 16: Aku Sudah Kembali
17 Bab 17: Aku Sayang Kamu
18 Bab 18: Ceritakan Semua Kepadaku
19 Bab 19: Menutup Mata
20 Bab 20: Dia Sangat Mencintaiku
21 Bab 21: Aku Janji
22 Bab 22: Jangan Menangis, Cinta!!
23 Bab 23: Bebas
24 Bab 24: Mengingatkan
25 Bab 25: Semua Menjadi Gelap
26 Bab 26: Meninggalkanku
27 Bab 27: Bergantung Pada Takdir
28 Bab 28: Ikut Denganku
29 Bab 29: Cemburu Buta
30 Bab 30: Terlihat Bodoh
31 Bab 31: Mendengar Tangisannya
32 Bab 32: Suamiku...
33 Bab 33: Pertemuan tak diharapkan
34 Bab 34: Cukup Tersiksa
35 Bab 35: Meninggal Dunia
36 Bab 36: Alamatnya
37 Bab 37: Dennis
38 Bab 38: Tersangkanya
39 Bab 39: Apa Kamu Baik-Baik Saja?
40 Bab 40: Kenangan
41 Bab 41: Penuh Tekanan
42 Bab 42: Sayang
43 Bab 43: Sudah Waktunya
44 Bab 44: Kerajaan Bisnis
45 Bab 45: Menyeramkan
46 Bab 46: Siapa Kamu?
47 Bab 47: Aku Hamil?
48 Bab 48: Luka - Luka
49 Bab 49: Kesembuhanmu
50 Bab 50: Bagaimanapun Caranya
51 Bab 51: Ketemu Kakek
52 Bab 52: Adikku Yang Bodoh
53 Bab 53: Jackpot
54 Bab 54: Selama Dia Mencintaimu
55 Bab 55: Geram
56 Bab 56: Menjauh
57 Bab 57: Butuh Waktu
58 Bab 58: Kekasih Hati
59 Bab 59: Berhenti
60 Bab 60: Makan Bersama
61 Bab 61: Ketanggungan
62 Bab 62: Habis Terbakar
63 Bab 63: Muntah Darah
64 Bab 64: Semanis Gulali
65 Bab 65: Pulang
66 Bab 66: Kembali Ke Jepang
67 Bab 67: Bertemu Mom and Dad
68 Bab 68: Bangun Sayang
69 Bab 69: Duduklah Disini
70 Bab 70: Bagianku
71 Bab 71: Mengenalnya
72 Bab 72: Kejutan
73 Bab 73: Resepsi Pernikahan
74 Bab 74: Hana dan Dennis
75 Bab 75: Mendengarkan Kata Hati
76 Bab 76: Fitting Baju
77 Bab 77: Lea Bridal Boutique and Salloon
78 Bab 78: Menentukan Pilihan
79 Bab 79: Tuxedo
80 Seafood
81 Yacht Pribadi
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Bab 1: Keputusanku Sudah Bulat
2
Bab 2: Kembali
3
Bab 3: Terluka Kembali
4
Bab 4: Spion Motor
5
Bab 5: Aku Sangat Lelah
6
Bab 6: Pingsan
7
Bab 7: Bertanggung jawab
8
Bab 8: Membantu
9
Bab 9: Butuh Istirahat
10
Bab 10: Karena Terbiasa
11
Bab 11: Jawaban
12
Bab 12: Milikku
13
Bab 13: Mulai Tak Sabar
14
Bab 14: Menuntut
15
Bab 15: Tunggu Disini
16
Bab 16: Aku Sudah Kembali
17
Bab 17: Aku Sayang Kamu
18
Bab 18: Ceritakan Semua Kepadaku
19
Bab 19: Menutup Mata
20
Bab 20: Dia Sangat Mencintaiku
21
Bab 21: Aku Janji
22
Bab 22: Jangan Menangis, Cinta!!
23
Bab 23: Bebas
24
Bab 24: Mengingatkan
25
Bab 25: Semua Menjadi Gelap
26
Bab 26: Meninggalkanku
27
Bab 27: Bergantung Pada Takdir
28
Bab 28: Ikut Denganku
29
Bab 29: Cemburu Buta
30
Bab 30: Terlihat Bodoh
31
Bab 31: Mendengar Tangisannya
32
Bab 32: Suamiku...
33
Bab 33: Pertemuan tak diharapkan
34
Bab 34: Cukup Tersiksa
35
Bab 35: Meninggal Dunia
36
Bab 36: Alamatnya
37
Bab 37: Dennis
38
Bab 38: Tersangkanya
39
Bab 39: Apa Kamu Baik-Baik Saja?
40
Bab 40: Kenangan
41
Bab 41: Penuh Tekanan
42
Bab 42: Sayang
43
Bab 43: Sudah Waktunya
44
Bab 44: Kerajaan Bisnis
45
Bab 45: Menyeramkan
46
Bab 46: Siapa Kamu?
47
Bab 47: Aku Hamil?
48
Bab 48: Luka - Luka
49
Bab 49: Kesembuhanmu
50
Bab 50: Bagaimanapun Caranya
51
Bab 51: Ketemu Kakek
52
Bab 52: Adikku Yang Bodoh
53
Bab 53: Jackpot
54
Bab 54: Selama Dia Mencintaimu
55
Bab 55: Geram
56
Bab 56: Menjauh
57
Bab 57: Butuh Waktu
58
Bab 58: Kekasih Hati
59
Bab 59: Berhenti
60
Bab 60: Makan Bersama
61
Bab 61: Ketanggungan
62
Bab 62: Habis Terbakar
63
Bab 63: Muntah Darah
64
Bab 64: Semanis Gulali
65
Bab 65: Pulang
66
Bab 66: Kembali Ke Jepang
67
Bab 67: Bertemu Mom and Dad
68
Bab 68: Bangun Sayang
69
Bab 69: Duduklah Disini
70
Bab 70: Bagianku
71
Bab 71: Mengenalnya
72
Bab 72: Kejutan
73
Bab 73: Resepsi Pernikahan
74
Bab 74: Hana dan Dennis
75
Bab 75: Mendengarkan Kata Hati
76
Bab 76: Fitting Baju
77
Bab 77: Lea Bridal Boutique and Salloon
78
Bab 78: Menentukan Pilihan
79
Bab 79: Tuxedo
80
Seafood
81
Yacht Pribadi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!