Sari... " Lirih Ferdinand dan langsung di sambar bibirnya oleh sosok itu
Mereka saling beradu mulut sambil sesekali Ferdinand menggigit bibir bawah sosok itu dengan pelan.
"Hhahh... Akh.. Sari hentikan" ucap Ferdinand saat sosok itu mencoba melakukan hal yang lebih jauh
"Kenapa? Kak dinand tidak suka Sari seperti ini? Kak dinand tidak mencintai Sari lagi?" Tanya sosok itu terlihat sedih
"Bukan begitu Sari, tapi kita... Tidak boleh melakukan ini" jawab Ferdinand meski dirinya sudah mulai merasakan sesak di bagian bawahnya.
"Kalau begitu biarkan Sari pergi saja dari sini, tidak usah menerima Sari tinggal disini, biar Sari pergi saja" ucap sosok itu terlihat kecewa dan kembali masuk ke dalam selimutnya
"Sari aku mohon jangan begini, aku selalu mencintaimu sejak dulu, bahkan aku menikahi istriku karena ada nama kamu di dalam namanya, perasaanku ini belum pernah berubah sedikitpun meski aku juga mencintai istriku Kanaya" ungkap Ferdinand mengusap rambut sosok itu.
"Hiks... Lalu kenapa? Jika suamiku selingkuh, bukankah aku juga bisa melakukan itu, dan kak dinand yang Sari mau" jawab sosok itu
"Aku tidak menyangka Adrian sampai membuatmu berbuat nekat seperti ini Sari, tapi jangan lakukan itu" bujuk Ferdinand
"Aku akan melakukannya meski dengan pria lain agar mas Adrian merasakan apa yang aku rasakan" balas Sari dingin
"Jangan! Jangan pernah kamu mengatakan itu Sari!" Bentak Ferdinand menarik selimut yang menutupi tubuh sosok itu, dan mulai menindihnya
"Jangan pernah katakan itu lagi, karena aku bersedia jadi milikmu seutuhnya Sari" ucap Ferdinand kembali melumat bibir sosok itu tanpa memikirkan apapun, baginya yang terpenting Sari tidak melakukan itu dengan orang lain.
"Lakukan apa yang biasa kamu lakukan dengan Adrian" perintah Ferdinand menegakkan badannya
Sosok itu bangun dan mulai membuka kancing kemeja milik Ferdinand, sampai semua benang yang melekat di tubuh Ferdinand terlepas, dengan terus menatap matanya agar Ferdinand bisa dia genggam sepenuhnya
Setiap sentuhan sosok itu membuat Ferdinand seperti tersengat aliran listrik hingga membuat dia merinding
"Aku sudah tidak bisa menahannya lagi" bisik Ferdinand merebahkan sosok itu dan mulai melakukan apa yang sejak tadi dia tahan
"Arrgghh" Geraman Ferdinand merasakan kenikmatan yang sudah lama dia inginkan dari Sari, saat miliknya sudah menyatu dengan milik sosok itu
*********
Keesokan harinya.
"Eungh.. Sari dimana? Kenapa dia tidak ada" gumam Ferdinand saat dia menyentuh sisi kasur sebelahnya dan tidak menemukan sosok yang menyerupai Sari, tapi dia bisa melihat lukisan yang dia simpan di gudang justru ada di kamar itu.
"Kenapa lukisannya ada disana dan akkhh.. kenapa kepalaku pusing sekali" gumamnya lagi memilih untuk bangun meski dengan sempoyongan
Ceklek.
"Papa, papa ada disini? Ayo Katanya mau bawa baju ganti Untuk mama dan juga kak Vincent" ucap William saat melihat Ferdinand keluar dari kamar tamu
"Iya, maaf, kepala papa tiba tiba pusing dan papa tidur di kamar itu" jawab Ferdinand menutup kembali kamar itu dan menguncinya
Dia berpikir mungkin Sari sedang di kamar mandi, dan akan memberikan pakaian ganti juga makanan saat rumah sepi nanti.
"Kalau begitu papa di rumah saja, biar William dan pak supir yang pergi ke rumah sakit" jawab William khawatir
"Iya, kamu tolong bantu papa ya" jawab Ferdinand mengusap rambut William
"Papa juga pucat sebaiknya papa makan dan minum obat" ucap William.
Setelah William pergi, Ferdinand kembali ke kamarnya dan mandi, setelah itu dia sarapan dengan lahap karena entah kenapa perutnya terasa sangat lapar dan badannya juga terasa lemas.
"Bi nanti tolong masak daging sapi ya, saya mau makan sup daging" pinta Ferdinand.
"Baik tuan" jawab
"Dan saya minta makanan ini di kemas, di wadah, nasinya juga" ucap Ferdinand dan di patuhi asisten rumah tangga tersebut.
Ferdinand terus tersenyum sepanjang naik ke kamarnya, dia mengambil beberapa pakaian milik Kanaya yang masih baru dan belum pernah di pakai Kanaya, semuanya akan dia simpan di kamar sosok itu, bahkan dia juga mengambil beberapa lingerie milik Kanaya yang masih baru.
Ceklek.
"Sari... Kenapa gelap sekali, tirainya harus di buka agar cahaya bisa masuk"
"Jangan dibuka!" Teriak sosok itu yang sudah berada di belakang Ferdinand
"Kenapa? Kan supaya kamar ini lebih terlihat luas dan kamu juga tidak pengap ada di dalam gelap" tanya Ferdinand
"Aku sedang sembunyi, kalau tirainya di buka nanti aku ketahuan, mereka pasti sedang mencari ku" jawab sosok itu
"Kamu benar, kamu jangan sampai di temukan Adrian, kalau dia tahu kamu disini, nanti dia akan membawamu lagi dariku" balas Ferdinand memeluk sosok itu
"Itu ada makanan dan juga pakaian, pakailah agar kamu tidak terus terusan memakai selimut, aku bisa tidak tahan lagi nanti" bisik Ferdinand
"Genit" ucap Sari menggoda Ferdinand
"Aku senang Sari, aku senang akhirnya aku punya kesempatan untuk bersamamu juga, kita menikah ya setelah masa idah kamu selesai" bujuk Ferdinand
"Iya aku mau menikah denganmu, aku juga mencintaimu kak dinand" jawab Sosok itu tersenyum tapi sebenarnya itu adalah seringai keberhasilan karena dia berhasil menjerat Ferdinand.
"Aku harus pergi ke rumah sakit, kamu disini saja jangan sampai ada yang tahu kamu disini" ucap Ferdinand
"Iya, aku akan selalu disini menunggu kak dinand pulang" jawab sosok itu
"Kenapa kamu tidak terlihat tua Sari, kamu masih seperti dulu saat aku pertama melihatmu, bahkan semakin cantik" ungkap Ferdinand mengecup kening sosok itu.
"Kamu juga masih seperti dulu, masih penuh cinta saat menatapku" jawab sosok itu
"Kamu benar, ternyata perasaan ini masih sangat kuat untukmu Sari, aku akan bujuk Kanaya supaya dia bisa menerima kamu juga" ucap Ferdinand
"Kalau dia tidak menerimaku?" Tanya Sari
"Akan aku tinggalkan dia, karena bagiku kamu adalah segalanya Sari" jawab Ferdinand serius
"Terima kasih" ungkap sosok itu kembali memeluk Ferdinand dengan seringai menakutkan
Di rumah Sagara.
"Sekarang saatnya Yang, om Ferdinand akan pergi ke rumah sakit, kita bisa kesana dan memusnahkan jin itu" ucap Safira
"Tapi bagaimana kalau om Ferdinand tahu?" Tanya Sagara
"Kita bawa Aurora dan dua Angkasa bersama kita" jawab Safira
"Kalau begitu ayo kesana sebelum om Ferdinand tahu" jawab Sagara
"Om Ferdinand sudah masuk ke dalam jebakan nya, jadi kalau sampai dia tahu kita akan memusnahkan lukisan itu, dia pasti akan melawan kita" ucap Safira
Mereka melajukan mobil mereka setelah pamit terlebih dahulu pada Vania dan juga Chelsea untuk menjemput dua Angkasa dan Aurora.
"Om kenapa harus bawa William juga, William nggak pernah ganggu Ola ko" ucap William ketakutan karena dia di ajak dua Angkasa dan Aurora untuk bolos sekolah.
"Om ada perlu sama kamu, kamu bilang ada lukisan yang buat ibu kamu jadi sakit kan, nah om akan hancurkan lukisan itu, karena kalau di biarkan papa kamu juga akan sakit" jawab Sagara
"Oh.. iya benar om, papa pagi ini terlihat pucat dan juga demam, badannya juga lemas" balas William
"Kalau begitu ayo kesana sekarang, kita tidak punya waktu banyak, papa kamu mungkin akan marah kalau tahu kita akan memusnahkan lukisan itu" ucap Safira
"Baik Tante" jawab William
Mereka kembali melajukan mobilnya ke rumah Ferdinand dan sekarang mereka bisa bergerak lebih bebas setelah ada ijin dari William
Sampai di rumah Ferdinand
"Assalamu'alaikum..." sapa Sagara dan mereka yang masuk ke dalam rumah, tapi sudah di sambut lemparan patung kayu dari arah depan.
Brak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments