"Aku juga tidak tahu, tapi lukisan itu terus melihat ke arahku bahkan senyumannya itu sangat menakutkan" jawab Kanaya terus terisak
Kamu tenang dulu, biar aku beri kamu obat ya, kamu pasti lupa minum obat kamu" bujuk Ferdinand
Dia mengira mungkin istrinya itu kelelahan atau depresi karena terlalu sibuk bekerja dan juga mengurus rumah, hingga dia meminta Kanaya untuk berhenti bekerja dan istirahat di rumah, tapi semua itu justru malah memperparah kondisinya, setiap hari Kanaya akan histeris di waktu waktu tertentu
"Ini kamu sudah makan tadi, dan kamu minum obatnya ya" bujuk Ferdinand
"Kamu jangan tinggalkan aku mas, aku takut" rengek Kanaya
"Iya, aku tidak akan kemana mana, William sedang mengerjakan tugas sekolah, dan aku di minta untuk jadi tutor mereka untuk tugas ini, aku ada di bawah, atau kamu mau ikut aku ke bawah, kamu bisa tiduran di sofa sambil lihat anak anak belajar" ucap Ferdinand
"Aku ikut kamu saja, aku takut sendirian" jawab Kanaya
"Ayo" jawab Ferdinand lembut
Dia menuntun Kanaya dengan hati hati, dan mendudukkan Kanaya di sofa, dekat dirinya menjelaskan tugas sekolah anak anak itu
"Kalian teman temannya William, apa satu kelas?" Tanya Kanaya
"Iya Tante kami satu kelas" jawab Aurora mengusap tangan Kanaya
Sseerrr..
Kanaya merasa lebih tenang dan mulai tertidur, wajahnya yang pucat juga sudah terlihat segar kembali
"Efek obatnya mungkin, Tante kalian sedang kurang sehat, jadi ingin di temani terus, makanya om nggak ke rumah sakit hari ini" ungkap Ferdinand mengusap rambut Kanaya
"Iya om, kalau Tante sakit jangan di biarkan sendirian" ucap Gafi
Aura lukisan itu kini berubah gelap, itu bisa di rasakan Aurora dan juga Gafi yang terus saling berpegangan tangan agar bisa melindungi penghuni rumah disana
"Bagaimana jika jin itu marah? Dan kita sedang tidak ada?" Tanya Aurora
"Kalau saja jin itu menunjukkan diri, Abang bisa pegang di agar menghilang, tapi dia terus sembunyi dan ini bukan rumah kita" bisik Gafi
"Ayo segera selesaikan tugasnya, kita harus pulang sebelum Maghrib" ucap Yudhistira
Mereka kembali mengerjakan tugas mereka hingga pukul lima mereka selesai setelah sebelumnya istirahat untuk shalat ashar
"Alhamdulillah... " Ungkap semuanya
"Abang sudah telepon om Langit, katanya akan segera jemput kesini" ucap Yudhistira
"Kalian makan saja disini" bujuk Kanaya yang sudah terlihat segar, Ferdinand sampai heran dengan perubahan itu dan membuatnya senang
"Maaf Tante, kami harus pulang soalnya Daddy dan mommy kami pasti khawatir" jawab Gafi
"Sayang sekali, ini kalian bawa ya untuk orang tua kalian, dan sampaikan salam kami juga" ucap Ferdinand memberikan kue yang dia beli sebelum mereka datang
"Wah bolu pisang" ucap Bulan berbinar
"Bulan suka bolu pisang?" Tanya Ferdinand
"Iya om, Bulan ini titisannya Oma Sari, pecinta bolu pisang" jawab Yudhistira dan Ferdinand tersenyum manis
"Kalian juga harusnya panggil Om ini Opa saja, kami juga kan seumuran dengan Adrian dan Sari" ungkap Ferdinand
"Tapi William seumuran kami om" jawab Gafi terkekeh
"Nggak apa apa pa, supaya terlihat masih muda" jawab William
"Kamu ini, papa sudah usia kepala lima loh" ucap Ferdinand tertawa
"Tapi masih terlihat muda ko om" jawab Aurora
"Pintar menghibur, terima kasih ya, kalau kalian ada waktu, main main kemari, jangan sungkan" ucap Ferdinand
"Insya Allah om" jawab semuanya
"Pa, Vincent ijin ke rumah teman ya, nanti Vincent pulang jam sembilan" ucap Vincent turun dari kamarnya
"Kamu nanti saja keluarnya, makan dulu di rumah" bujuk Kanaya
"Vincent senang mama seperti ini, jangan sakit lagi ya, iya Vincent akan makan malam di rumah" jawab Vincent tersenyum lembut memeluk Kanaya
"Iya, kamu sering seringlah makan di rumah, supaya mama kamu tidak khawatir" bujuk Ferdinand
"Vincent kan sudah besar pa, malas kalau makan di rumah, maunya nongkrong" jawab Vincent terkekeh
"Kak Vincent manis juga ternyata kalau di depan mamanya" ungkap Yudhistira
Tid. Tid.
Langit ternyata sudah berada di depan rumah Ferdinand sejak setengah jam yang lalu dan sengaja menunggu mereka disana.
"Itu om Langit" ucap Gafi
"Cih.. dasar sombong, nggak mau turun" cibir Vincent sinis
"Kami pamit ya Om, terima kasih sudah di bantu tugasnya, dan Tante juga terima kasih sudah menemani kami belajar" ungkap Yudhistira
"Iya sama sama, terima kasih juga karena sudah datang dan berteman dengan William" jawab Ferdinand tulus
Mereka keluar dari gerbang dan langsung masuk ke dalam mobil Langit, Langit juga sempat memberikan salam berupa lambaian jari tengah ke arah Vincent sambil tersenyum mengejek.
"Bang, itu jinnya" teriak Aurora menunjuk atap rumah Ferdinand
"Semoga dia tidak membahayakan Tante Kanaya, dia sepertinya terus mengincar Tante Kanaya" jawab Gafi
"Aamiin" jawab Aurora
Setengah jam setelah Maghrib.
Brak. Brak. Brak.
Suara berisik terdengar dari arah ruang keluarga
"Suara apa itu?" Gumam Kanaya yang sedang menyiapkan makan malam di meja makan
"Bi, bibi dengar suara berisik tidak?" Tanya Kanaya
"Tidak nyonya" jawab asisten rumah tangga tersebut juga sibuk menyiapkan makanan
Brak. Brak. Brak.
Suara itu terdengar lagi dan semakin nyaring di telinga Kanaya
"Ko semakin kencang sih, apa William sedang bermain dengan Vincent" gumam Kanaya yang akhirnya memilih untuk melihat dan memeriksa apa yang terjadi.
Kanaya mulai berjalan ke arah ruang tamu, disana ternyata sepi dan tidak ada siapapun, bahkan semuanya terlihat rapi dan tidak ada benda yang jatuh.
Tapi saat dia menatap lukisan yang terpajang di dinding ruang keluarga itu, matanya langsung terbelalak dengan mulut terbuka karena terkejut.
Brak. Brak. Brak.
"Hihihihi...... Kamu harus jadi budakku, suamimu harus jadi milikku" bisik perempuan dalam lukisan itu menyeringai dengan mulut mengeluarkan darah dan terus bergerak dalam lukisan itu.
"Aakhhh!" Teriak Kanaya
Bruk.
Kanaya terjatuh dan tak sadarkan diri dengan wajah pucat dan juga tubuh sedikit membiru. Tubuhnya tiba tiba saja terasa seperti di hantam sesuatu yang keras sampai dia tidak sadarkan diri.
"Hahaha.. Aku tidak akan membiarkan suamimu itu membuangku, apalagi baginya aku adalah wajah dari cinta masa lalunya" ucap sosok perempuan itu.
Sosok itu tiba tiba saja masuk kembali ke dalam lukisan dan tidak meninggalkan jejak apapun di sana, sampai asisten rumah tangga datang karena mendengar teriakan Kanaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
anaa
woaaah kerasa seramnyaaa😭
2025-10-18
0