Jade bersenandung pelan sambil menggendong Maximo. Wanita itu tersenyum hangat.
"Kau tahu, kau itu bayi yang tampan," katanya. Namun, Maximo hanya menatapnya dengan mata bulat yang jernih. "Kau lucu sekali. Andai putriku masih ada, aku akan kenalkan dia padamu."
Tiba-tiba Maximo mengangkat tangannya, menyentuh dagu Jade, seakan bayi itu merespon apa yang dikatakan oleh Jade.
"Tidak apa-apa, aku kuat menghadapi hidup ini," kata Jade, diakhiri kekehan pelan.
Maximo tersenyum lebar. Tangannya bergerak naik seakan ingin meraih wajah Jade lagi. Wanita itu segera mendekatkan wajahnya, membiarkan bayi itu menyentuh pipinya.
Jade tertawa, melihat Maximo sedikit mengobati luka hatinya setelah kehilangan Anastasia.
Tiba-tiba, pintu kamar dibuka. Adriano yang sebenarnya sudah berada di depan pintu, mengintip dari celah pintu itu, kini akhirnya melangkah masuk.
"Bagaimana putraku? Apa dia menangis?" tanya Adriano.
"Tidak, Tuan. Baby Max terlihat senang, aku sudah menyusuinya," jawab Jade.
Adriano mengangguk. Dia melirik jam dinding yang telah menunjukkan pukul 11 malam. "Sudah larut malam, putraku kenapa belum tidur?"
Jade tersenyum tipis dan menjawab dengan tenang. "Bayi tidak tidur tepat waktu, Tuan. Kadang bisa saat menjelang pagi. Bisa sore, atau malam. Kita tidak bisa memaksanya harus tidur ketika sudah pukul 11 malam."
Adriano mengerutkan keningnya. "Benarkah? Biasanya saat aku kembali larut malam, putraku sudah tidur. Pelayan di sini telah menidurkannya."
Jade terlihat bingung. "Apakah setiap kali begitu?"
Adriano mengangguk. "Ya, dari lahir hingga sekarang."
Jade menggeleng pelan. "Tuan, itu tidak wajar. Mana ada bayi yang bisa tidur tepat waktu, kalaupun ada juga sangat jarang."
Namun, saat Adriano baru saja akan mengatakan sesuatu, Maximo tiba-tiba menangis kencang, dan wajahnya mendekat ke d4da Jade.
"Baiklah, bayi kecil. Aku tahu kau lapar," ucap Jade, diakhiri kekehan pelan. Dia lalu duduk di tepi ranjang, dan langsung menyusui Maximo. Bayi kecil itu dengan rakus melahap bagian puncak d4da Jade.
Rahang Adriano mengeras. Pria itu langsung berbalik, sambil menelan ludah. Lalu, dengan cepat dia melangkah keluar dari kamar. suara pintu tertutup itu membuat Jade terkejut, dan baru menyadari keberadaan Adriano.
Jade menggigit bibir bawahnya. "Astaga, aku lupa kalau masih ada pria itu." Dia mendesis pelan, wajahnya terasa panas.
Sementara itu di depan pintu kamar, Adriano berdiri sambil mengusap wajahnya. "CK, apa dia sengaja menunjukkannya padaku? Dia pikir bisa menggodaku dengan cara seperti ini?"
Namun, pria itu berbalik dan memandang lagi pintu kamar tersebut dengan pandangan yang sulit diartikan. Hingga beberapa menit, akhirnya dia melangkah pergi, menuju kamarnya yang berada di ujung. Kamar dengan pintu berwarna hitam emas, dengan ukiran yang rumit di tengahnya.
*
Sementara di dalam kamar, Jade masih menyusui Maximo. Bayi itu menatapnya dengan mata yang bulat.
"Kau belum mau tidur, ya?" tanya Jade, sambil mengusap pelan dagu Maximo. Bayi itu tersenyum lebar. "Kau suka senyum, ya. Kau lucu sekali."
Namun, setelah beberapa saat, pikiran Jade kembali pada bayangan Adriano yang tadi sudah pasti melihatnya menyusui Maximo.
"Semoga saja dia tidak melihatnya dengan jelas," gumam Jade.
Beberapa menit kemudian, pintu kamar itu terdengar diketuk dari luar. Namun, tanpa menunggu respon Jade, pintu itu dibuka. Adriano melangkah masuk. Pria itu hanya mengenakan celana santai dan singlet hitam.
"Max belum tidur?" tanyanya, sambil melangkah mendekat ke ranjang.
"Belum, Tuan," jawab Jade dengan sedikit gugup.
Adriano lalu duduk di tepi ranjang. "Biar aku temani putraku. Kalau kau mau istirahat, silahkan."
"Aku akan menunggu di sana saja, Tuan," sahut Jade sambil menunjuk sofa. Adriano hanya menanggapi dengan anggukan.
Adriano menunduk, menatap tangan mungil bayinya yang bergerak ke sana kemari. Untuk sesaat, Adriano hanya terdiam, belum tahu harus bicara apa dengan bayinya.
Beberapa menit dalam keheningan, akhirnya Adriano berkata, "Kau pasti bosan, ya? Seharian ini apa kau menangis?"
Jade memperhatikan dari sofa. Wanita itu tersenyum tipis melihat interaksi yang begitu kaku antara ayah dan anak itu.
"Daddy bingung harus bicara apa denganmu. Kau pasti merasa Daddy sangat aneh, bukan?" tanya Adriano.
Jade menutup mulutnya menahan tawa. Dia ingin sekali mendekat dan memberitahukan Adriano supaya berinteraksi dengan benar.
Adriano menggaruk keningnya. "Astaga, aku benar-benar kaku," gumamnya.
Jade berdiri dari duduknya. Dia mendekat perlahan, dan berdiri di sisi ranjang. Meskipun masih sedikit gugup, Jade berusaha tetap terlihat tenang.
"Tuan, bukan seperti itu caranya berinteraksi dengan bayi. Ajak dia bicara, katakan dia sangat lucu, menggemaskan, atau kau ingin sekali menggigit pipinya."
Adriano mendongak dan menatap wajah Jade. "Hanya itu saja?"
Jade mengangguk. "Benar, Tuan. Cobalah."
Adriano tak menanggapi. Pria itu menoleh lagi ke arah putranya. Selama ini dia memang sangat sibuk dengan pekerjaan, sehingga jarang berinteraksi dengan putranya. Setiap kali dia pulang larut malam, Maximo pasti sudah terlelap.
Adriano mengulurkan tangannya dan mengusap pelan pipi Maximo. Bayi itu menggeliat, seakan merespon sentuhan lembut dari ayahnya.
"Kau sangat lucu, menggemaskan. Daddy jadi ingin menggigit pipimu," kata Adriano. Jade yang ada di belakangnya langsung menggigit bibirnya, menahan tawa yang sebenarnya sudah ingin lolos.
"Tuan, jangan kaku. Baby Max kan bayimu. Kau santai saja saat berbicara dengannya," ujar Max.
Adriano menarik nafasnya, lalu menghela dengan kasar. "Aku jarang berinteraksi dengan bayi. Aku tidak tahu caranya."
Jade tersenyum dan duduk di sisi ranjang. Sejenak, mereka terlihat seperti keluarga kecil yang hangat.
"Aku akan mengajarimu, Tuan," kata Jade dengan lembut. Dia meraih tubuh Maximo, lalu menggedongnya. "Seperti ini." Jade lalu berbicara pelan kepada Maximo. "Putraku Sayang, apa kabarmu hari ini? Apa kau senang mendapatkan ibu susu yang baru? Kau pasti tidak kesepian lagi, kan?" Suaranya yang lembut membuat Adriano tertegun.
Jade mendongak dan menatap Adriano. "Tuan mau mencoba menggendong Baby Max?"
Adriano tak langsung menjawab. Dia hanya menatap bayi itu. Hingga beberapa detik berlalu, pria itu akhirnya berkata. "Aku tidak tahu cara menggendong bayi."
"Tenang saja, aku bisa mengajarimu, Tuan," sahut Jade. Dia lalu meletakkan kembali Maximo ke atas ranjang dengan hati-hati.
Setelah itu, Jade mulai membantu Adriano supaya bisa menggendong bayinya. Dia memberikan instruksi dengan sabar, meskipun Adriano sering salah.
"Nah, seperti itu, Tuan. Sekarang kau bisa menggendong bayimu, bukan?"
Adriano hanya mengangguk. Tak ada ucapan terima kasih, dan lagipula Jade juga tak membutuhkan ucapan seperti itu. Dia senang bisa membantu pria itu menggendong bayi.
"Lihat, Baby Max sepertinya nyaman berada dalam gendongan ayahnya, bahkan mulai terlelap. Tuan harus sering-sering menggendongnya," kata Jade. Lagi-lagi Adriano hanya mengangguk menanggapinya..
Meskipun diam, dalam hatinya Adriano sangat bahagia karena untuk pertama kalinya, dia bisa menggendong bayinya. Semua itu berkat bantuan Jade.
'Dia wanita yang lembut.' kata Adriano dalam hati, sambil mencuri pandang ke arah Jade.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
zillenia Safar
Luv...luv... Dady Adriano 😅😅😅🤭
2025-10-07
0
yunidarwanti2
𝘶𝘣𝘶𝘳 𝘶𝘣𝘶𝘳 𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘦𝘭𝘦 𝘣𝘭𝘮 𝘢𝘥𝘢 𝘯𝘢𝘮𝘱𝘢𝘬 𝘳𝘦𝘢𝘥𝘦𝘳𝘴 𝘥𝘪 𝘨𝘤 wehh😩😩😩
2025-10-08
0
yunidarwanti2
𝘥𝘳 𝘥𝘭𝘶 𝘮𝘢𝘩 𝘥𝘶𝘥𝘢 𝘴𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯 𝘯𝘨𝘢𝘭𝘢𝘩𝘪𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘫𝘢𝘬𝘢 woyy😜😜😜
2025-10-08
0