Julian Yang Plin-plan

"Tidak yah." jawab Julian cepat. David memandang putrinya yang tetap menundukan kepalanya.

"Kalau kalian memiliki masalah, cepat diselesaikan." saran David yang yakin jika keduanya memiliki masalah.

Wijaya menatap tajam anaknya. Sepertinya anaknya itu yang bermasalah karena tidak mungkin anak semanis Luna berbuat salah.

"kalau begitu, saya minta waktu bedua dengan Luna." pinta Julian tanpa menunggu jawaban, dia segera menarik tangan Luna dan membawa wanita itu pergi ke tempat yang dirasa aman untuk mengobrol.

Deon ingin sekali menyusul adiknya karena dia khawatir dan takut jika Julian menyakiti Luna. Tapi kedua pria tua itu malah menahannya disini.

Luna dengan kasar menarik tangannya dari genggaman Julian, mungkin dulu ini salah satu keinginannya yang tidak terwujud, tapi untuk sekarang, sebisa mungkin dia tidak terlibat dengan pria didepannya.

Julian terkejut saat wanita itu menarik kasar tangannya. keduanya sama-sama diam di pojok ruangan.

"Kau ingin bicara apa?, cepat aku sibuk." ujar wanita itu dengan nada ketus. Julian sendiri masih terkejut mendengar nada bicara Luna yang terasa asing ditelinganya.

Biasanya wanita itu mengeluarkan kata-kata manja saat bersamanya.

"Kau, ada apa denganmu?" akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut Julian.

Luna mengambil nafas dalam-dalam. "Apa maksudmu?"

Julian menatap tajam pada wajah Luna yang terlihat tidak suka berada didekatnya. Dulu dia yang merasa seperti itu, tapi sekarang gantian Luna.

"Kau menghindari ku." tuduh pria itu yang diangguki oleh Luna.

"Aku hanya menuruti semua permintaanmu." jawab Luna santai.

Pria itu terdiam. Dia kemudian mengingat dimana dia mengucapkan kalimat itu.

Flashback

"Ini untukmu." untuk kesekian kalinya, Luna membawakan bekal untuk pujaan hatinya.

Julian memandang remeh wanita didepannya. Sebenarnya Luna itu cantik dan cukup menarik, hanya saja dia muak dengan kelakuan wanita itu.

Prak....

Dengan kasar Julian menyentak tangan Luna hingga bekal yang disiapkan wanita itu untuknya langsung berhamburan di atas lantai.

Arthur sendiri terkejut dengan tindakan Julian yang menurutnya keterlaluan. Apa susahnya si menerimanya, jika tidak mau memakannya kan ada dia yang siap menghabiskan bekal itu.

Beberapa mahasiswa mulai menoleh ke arah mereka. Sebenarnya pemandangan seperti ini sudah biasa bagi mereka. Hanya saja tidak ada yang berani mengolok-olok Luna karena wanita itu bukanlah orang biasa.

Luna tidak menangis, dia hanya diam sambil tersenyum. "Besok akan ku buatkan lagi, mungkin kau tidak suka isinya." ucapnya sebelum pergi meninggalkan kekacauan itu.

"Tidak usah, aku tidak perlu bekal buatanmu, menjijikkan." ujar Julian yang terdengar sangat kasar.

Luna menghentikan langkahnya.

"Tapi aku membuatnya dengan penuh cinta." jawab wanita itu cepat.

Julian bejalan mendekati Luna. "Cinta?, berhenti mencintaiku karena aku tidak akan pernah menyukaimu, camkan itu."

"Bila perlu, kau pergi dariku, aku muak sekali melihat wajahmu itu." Julian menujuk jijik wajah Luna yang terlihat sangat kaget karena ini pertama kalinya pria itu berkata sangat kasar padanya.

Flashback end.

Sekarang Julian baru ingat kejadian hari itu.

Luna sendiri juga mengingat kejadian dimana bekal yang dia buat susah-susah malah di buang begitu saja oleh Julian, jika dulu dia mengabaikan ucapan kasar itu, sekarang dia benar-benar akan pergi dari pandangan Julian. Menuruti semua perintah pria yang dulu dia cintai.

Sebenernya perasaan itu masih ada. Tapi mengingat bagaimana Julian membunuh keluarganya tepat didepannya, benar-benar membuatnya sakit hati dan dia akan berusaha untuk tidak dekat-dekat dengan pria itu.

"Tapi tidak harus bolos kuliah." kata Julian yang terdengar sangat tidak masuk akal.

Sejak kapan pria itu perduli dengan pendidikannya. Dulu saja pria itu selalu mengabaikan keberadaanya.

Lucu sekali.

"Luna tidak bolos kuliah, tapi dia pindah jurusan." Deon berjalan mendekat ke arah Luna dan Julian yang sepertinya sedang berseteru di ujung ruangan.

Luna mendesah lega saat ada kakaknya disini. Jujur berduaan dengan Julian membuatnya sesak.

"Pindah?, kenapa?" Julian masih tidak percaya dengan ucapan Deon.

"Intinya Luna ingin menata masa depannya dan juga menjauh darimu mungkin." kata Deon asal, dia sendiri belum tahu ada masalah apa adiknya dengan Julian. Tapi yang pasti, Luna sudah tidak mau berada dekat dengan pria itu.

Dan sebagai kakak yang baik, dia akan berusaha menjaga adiknya dari pria menyebalkan yang berdiri didepannya. Sebenarnya dulu dia sudah bilang kepada adiknya untuk tidak terlalu obsesi pada seorang pria. Tapi Luna yang dulu sangat bebal dan keras kepala, bahkan dia pernah melihat bagaimana perjuangan adiknya itu untuk mendapatkan Julian, tapi pria sombong itu bahkan tidak perduli dengan keberadaan adiknya.

Tapi dia bersyukur akhirnya adiknya itu kembali waras.

"Ayo, kita sambut tamu yang lain." dengan cepat Deon menarik tangan adiknya, membawa wanita itu pergi dari Julian yang tetap mematung ditempatnya.

Seharusnya dia senang karena wanita yang terobsesi padanya akhirnya menyerah. Tapi kenapa dia tidak terima.

Tidak mungkin kan dia menyukai Luna?.

....

Acara pembukaan cabang hotel keluarga David berjalan dengan baik. Bahkan banyak kolega yang memuji keberhasilan pria itu, bukan hanya sampai disana, Wendy yang terkenal dengan desainer juga mendapatkan pujian.

Deon menari turunkan alisnya. "Kau dengar tadi, aku tampan." ucapnya sambil bergaya didepan Luna yang ingin sekali meludahi pria itu.

Deon dan sifat percaya dirinya adalah maut.

"Mereka sudah tua, mungkin pandangan mereka kabur." kata Luna yang membuat Deon jengkel setengah mati. Adiknya itu benar-benar menyebalkan.

"Bilang saja iri karena tidak ada yang memujimu." Deon menatap remeh Luna yang terlihat tidak terima dengan pujian yang datang untuk kakaknya.

"Sudah kubilang mereka itu rabun, tidak bisa melihat kecantikan ku." ucapnya asal. Dia merutuki kolega ayahnya yang hanya memuji keberhasilan Deon yang membantu ayahnya untuk mengembangkan hotel milik mereka. Sedangkan dia hanya berdiri di samping kakaknya tanpa ada yang mau memujinya.

Tapi tidak masalah, dia juga tidak butuh pujian receh seperti itu. Yang penting kata ayahnya dia cantik.

...

Sepulangnya dari acara milik David. Wijaya mendudukan anaknya diruang tamu. Yuri sendiri memilih untuk mandi dan segera tidur.

"Apa yang kau lakukan pada Luna?" tanya Wijaya yang sedang mengintrogasi anaknya.

Julian diam dan menunduk, dirinya merasa sedikit bersalah karena sudah memperlakukan Luna dengan buruk selama ini.

"Aku hanya memintanya untuk sedikit menjauh yah." ucapnya sedikit jujur.

Wijaya menghela nafas panjang. "Awalnya ayah pikir bisa bekerjasama dengan David melalui pertunangan kalian, melihat Luna yang menyukaimu, tapi sepertinya gagal karena kamu tidak menyukainya." ucapnya sedikit memelas.

Julian mengangkat wajahnya. Dia memandang ayahnya dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

"Aku mau pertunangan itu."

Terpopuler

Comments

Sribundanya Gifran

Sribundanya Gifran

hohoho sudah terlambat
lanjut up lagi thor

2025-10-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!