Luna memejamkan matanya dan menikmati hembusan angin pagi yang menyapa wajahnya. Tenang.
Sejenak dia melupakan masalahnya. Ternyata atap gedung Seni tidak seburuk yang dia duga.
"Hey kau."
Luna tersentak kaget, lalu menoleh ke belakang. Seorang pria turun dari atas atap lalu perlahan mendekatinya.
Pria itu mendekatkan wajahnya ke arah Luna. Membuat wanita itu memundurkan tubuhnya perlahan.
"Kau baru?" pria tadi bertanya pada Luna karena tidak pernah melihat wanita itu sebelumnya.
Dengan ragu Luna mengangguk.
"Aku Justin." pria itu memperkenalkan dirinya lalu pergi turun meninggalkan Luna sendirian disini.
"Aneh sekali orang itu." gumamnya lirih.
....
"Kak." Arthur mengangkat sebelah tangannya saat melihat Deon, kakak tingkat mereka.
Deon menoleh dan mendapati Julian juga Arthur duduk di kursi kantin.
"Kenapa kalian ada di kantin managemen perhotelan?" tanya Deon heran, padahal gedung mereka terpaut cukup jauh.
Arthur menyenggol lengan Julian, meminta pria itu menjawab pertanyaan Deon.
Julian menoleh ke arah kakaknya Luna. Sejujurnya dia tidak terlalu akrab dengan Deon, tapi rasa penasarannya benar-benar tidak bisa terbendung lagi.
"Luna kenapa tidak masuk kuliah kak?" akhirnya pria itu berhasil bertanya.
Deon menghela nafas panjang. "Kalian ada masalah?" tanyanya sambil menatap tajam ke arah Julian.
Dia tahu jika pria didepannya ini tidak menyukai adiknya, dia juga tahu jika adiknya selama ini memiliki kisah cinta bertepuk sebelah tangan. Alias kecintaan sendiri.
Tapi sebagai kakak dia tetap tidak terima jika Julian menyakiti adiknya. Se menyebalkan apapun Luna, wanita itu tetap adiknya, keluarganya.
kening Julian mengerut. Dia merasa tidak memiliki masalah apapun dengan wanita itu. "Tidak ada kak, bahkan terakhir kali dia tetap membawakan bekal untukku."
"Meskipun ku buang." sambungnya dalam hati. Bisa kacau jika pria didepannya tahu kalau selama ini dia memperlakukan Luna dengan buruk.
"Aneh sekali." Deon mengaduk makanannya pelan.
"Aneh kenapa kak?" tanya Arthur penasaran. Matanya melirik ke arah Julian yang terlihat gusar. Apa pria itu menyakiti Luna, hingga akhirnya wanita itu menyerah.
Siapa orang yang tidak tahu bagaimana kelakuan Julian pada Luna. pria itu bahkan tidak menoleh sedikitpun pada wanita itu. Bahkan Julian sering dengan sengaja membentak atau berucap kasar pada Luna yang memang suka mengekorinya.
Julian risih, dia tidak suka karena wanita itu terlihat berambisi padanya, dia bahkan sampai tidak memiliki teman wanita karena takut akan dihabisi oleh Luna.
Dia juga sering mendengar ada beberapa wanita yang diberi pelajaran oleh Luna karena lancang mendekatinya.
Arthur saja bilang jika Luna itu terobsesi padanya.
"Ah sudahlah, aku sedang tidak mood bercerita." ujar Deon yang membuat rasa penasaran Julian semakin besar. Pasti ada sesuatu yang terjadi.
Luna tidak mungkin bisa jauh darinya, tapi sekarang sudah tiga hari wanita itu tidak muncul dihadapannya.
"Apa dia sakit kak?" Tanya Julian yang berharap mendapatkan jawaban dari pria didepannya.
"Iya, otaknya bermasalah."
Arthur menatap pria itu tidak percaya. Yang benar saja.
....
Setelah puas menikmati angin pagi, Luna memutuskan untuk turun dan mencari kelasnya, dia tidak mau usaha kakaknya sia-sia, pasti pria itu sudah menghabiskan banyak uang demi memindahkannya ke jurusan seni.
Klek...
Dosen yang sedang mengajar langsung menoleh ke arah pintu. Beberapa mahasiswa juga menoleh ke arah Luna yang baru masuk ke dalam kelas.
"Cepat duduk." ujar dosen itu dengan sabar. Luna mengangguk lalu berjalan menuju bangku paling belakang, dan dia menatap heran pria yang sedang tertidur di bangku paling pojok, apa tidak ada dosen yang memarahinya?.
"Jadi minggu depan kita akan UAS dan untuk mahasiswa baru, silahkan pinjam catatan temanmu untuk belajar." kata dosen itu yang mengarah pada Luna.
Srek...
Sebuah buku sudah mendarat dimeja Luna.
"Pakailah bukuku." ucap Linda sambil tersenyum ramah. Luna jadi tidak enak karena tadi sempat berkata ketus pada wanita itu
"Terimakasih."
...
Julian merasa aneh dengan dirinya saat ini. Seharusnya dia senang karena tidak ada lagi wanita yang mengekorinya kemanapun dia pergi. Tapi semua malah menjadi kacau, bahkan sekarang bukan hanya satu wanita yang mengikutinya, melainkan ada berpuluh-puluh wanita yang berusaha untuk menyentuhnya.
Arthur sendiri kuwalahan saat menjaga Julian. entah apa yang dipakai pria itu hingga dikerumuni oleh para wanita.
Tampan.
Julian itu sangat tampan, selain itu, Julian adalah putera tunggal dari CEO Wijaya furniture. siapa yang tidak kenal dengan keluarga hebat itu.
Makanya, Luna sangat menyukai Julian. Mereka sebenarnya sama-sama kaya, sama-sama keluarga kalangan atas. Hanya saja Julian cukup risih dengan tingkah Luna yang kadang seenaknya sendiri.
Dulu Luna selalu menjaganya dari kerumunan wanita yang menyukainya, tapi semenjak wanita itu hilang, kerumunan itu kembali merecoki hidupnya.
Julian dengan cepat masuk kedalam mobilnya dengan Arthur, mereka langsung melesat pergi meninggalkan kampus.
Dari jauh, Deon dan juga Luna melihat semuanya.
"Kau yakin tidak ingin mengejarnya lagi?" tanya pria itu penasaran.
Luna mengangguk yakin. "Dia tidak menyukaiku, jadi aku akan mencari seseorang yang menyukaiku saja." jawabannya sembarangan. Sebenarnya dia ingin mengatakan yang sebenarnya pada kakaknya itu. Tapi jelas Deon akan menganggapnya gila, halu dan sebagainya.
Mana ada orang yang percaya jika dia kembali dari masa depan dan mengatakan bahwa keluarga mereka akan di bantai habis-habisan oleh Julian. Yang ada dia bisa di kurung di rumah sakit jiwa.
"Ayo jalan kak, aku ingin tidur."
"CK, kau pikir aku supir mu, besok kau bawa mobil sendiri, aku malas menunggumu pulang." kesal Deon yang hari ini terpaksa menunggu kelas adiknya hingga selesai. Tadi dia sebenarnya sudah selesai di jam dua siang, sayangnya dia harus menunggu adiknya yang baru selesai pukul lima sore.
"Iya-iya, bawel sekali, kau mirip dengan bibi di."
"Depan rumah kita." sahut Deon cepat. Dia sudah hafal dengan kalimat sarkas adiknya itu.
...
Makan malam keluarga Wijaya terlihat begitu hening dan tenang.
Hingga akhirnya mereka selesai dengan acara makan malam itu.
"Besok kita pergi ke pesta pembukaan hotel baru milik keluarga David, kau harus ikut Julian." ucap Wijaya pada sang anak yang selalu menolak ajakannya bertemu dengan keluarganya Luna.
Julian diam. Jika biasanya dia akan menolak tapi untuk kali ini dia akan datang. Dia ingin tahu kemana perginya Luna selama ini. bukan karena dia rindu, hanya penasaran saja.
"Baiklah."
Wijaya tersenyum lebar saat anak itu menyetujui ajakannya. Disana dia sudah menyiapkan acara pertunangan Julian dengan Luna, dia sudah berdiskusi dengan David tentang acara pertunangan anak mereka, dia yakin Luna pasti senang jika di jodohkan dengan Julian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments