3. Wonderful Girl!

Hari ini sudah hampir 1 jam Radit menunggu dikamarnya, tapi Putri belum juga muncul. Apakah mungkin Putri mengundurkan diri karena ancaman Radit kemarin?

Entahlah, yang pasti sampai menjelang senja Putri belum juga muncul dan Radit mulai gelisah. Kalau sampai Putri sakit hati dan berhenti mengajar, itu artinya Radit harus mengucapkan good bye untuk dunia yang sedang dia geluti sekarang. Dia tidak tahu akan jadi apa dirinya kalau dia tidak dapat melukis lagi, karena melukis adalah satu-satunya hal yang dia bisa.

Radit melirik jam tangan mewahnya, 2 jam lagi dia ada janji dengan klien langganan lukisannya, dia harus buru-buru menyelesaikan masalahnya sebelum Herman tahu. Radit segera menyambar jaket kulitnya dan turun kekebun anggrek bundanya.

“Bun… aku berangkat!”

Resti keluar terburu-buru, “Mau kemana Dit? Kak Putri belum datang, ya?”

Radit mengangguk, “Iya, ini aku kerumahnya!” jelas Radit sambil berlari kegarasi mengambil motornya digarasi. Dia lebih memilih menggunakan motor dari pada mobil, selain lebih efisien, lebih mudah cari celah dari padatnya jalanan Surabaya.

Motor merah besar itu seakan sama dengan keangkuh dirinya. Radit membawanya berpacu dengan angin, motor itu dengan cepat melewati celah-celah mobil yang semakin banyak setiap harinya, entah berapa banyak unit mobil yang terjual tiap hari. Namun yang jelas setiap hari jalanan yang dia lewati semakin padat saja.

Setelah berputar-putar sebuah kompleks didaerah Benowo dan bertanya sana sini, akhirnya Radit sampai didepan kontrakan sederhana dengan taman melati kecil yang terkesan rapi dari depan kontrakan.

Radit turun dari motornya dan berjalan melewati taman kecil itu. Dia mengetuk pintu sampai 3 kali tidak ada yang menjawab, namun saat tidak sengaja menarik menarik gegang pintu ternyata pintu langsung terbuka. Tidak terkunci.

“Ceroboh, biarpun daerah pinggiran ini tetap Surabaya,” gumamnya sambil melangkahkan kaki masuk kedalam kontrakan Putri.

Bau harum khas melati tercium saat Radit memasuki kontrakan Putri. Hampir disetiap ujung ruangan ada beberapa kelopak melati berserakan yang menciptakan parfum alami sempurna.

“Kak Putri!” Radit berusaha mencari sang pemilik. Namun tidak ada jawaban. “Kak Putri…!” Radit memekik dan langsung berlari kearah Putri yang terkulai lemas di lantai.

Saat memegang pundak Putri untuk membalikkannya, Radit tahu satu hal, sekarang Putri demam. Cepat-cepat Radit mengangkatnya dan meletakkannya dikursi panjang milik Putri yang terbuat dari kayu ukiran.

Seperti gerakan spontanitas, Radit melepas jaketnya dan memakaikannya ketubuh Putri kemudian dia bergegas mengambil air dalam baskom dan kain untuk mengompresnya.

Sebenarnya walaupun papanya seorang dokter, Radit belum pernah merawat orang sakit, jadi wajar jika kali ini dia bingung apa yang harus dia lakukan setelah mengompres. “Obat?” seperti teringat sesuatu, Radit segera bergegas mencari obat diwarung.

Setelah mendapatkan obat, buru-buru dia meminumkan obat penurun panas yang sudah ia haluskan dan ia campur dengan air, kemudian Radit duduk kembali dikursi depan Putri dan memungut salah satu melati yang berserakan diatas meja. Baunya benar-benar harum, seakan menghipnotis dirinya untuk meminta keharuman lebih.

Radit melirik jam tangannya, hampir jam 18.00 WIB. Dia ingat janjinya dengan salah seorang klien. Saat dia akan beranjak, matanya tidak sengaja menangkap satu buku agenda dibawah meja yang kemarin sempat Putri bawa saat mengajar. Sebenarnya Radit bukan tipikal seorang yang punya sifat ingin tahu dengan urusan orang lain, tapi entah kenapa kali ini buku agenda itu menggelitik rasa ingin tahunya untuk segera membuka dan membaca isinya.

Daily Activity

04.30-07.00 Buat kue dirumah Bu Reni dan mengantar ke warung-warung

08.00-10.00 Kuliah

10.30-14.00 Mencuci baju-baju

15.00-17.00 Private Radit Monster Sombong

17.30-20.00 Seterika

20.00-20.30 Mengantar baju

20.30-selesai Belajar

Dia tidak tau kenapa sama sekali tidak ada kekesalan dalam hatinya padahal jelas-jelas Putri mengganti namanya dengan dua kata yang mengintimidasi, dia malah menyunggingkan senyum kecil sambil melirik Putri yang masih terlelap.

Sekarang, Radit menatap gadis didepannya, diam-diam dia merasa kagum dengan gadis itu. Sebagian besar waktunya digunakan untuk mencari uang. Bahkan sampai rela menjadi buruh cuci. Entah bagaimana, dia juga tidak yakin seorang Radit Herman Syah yang selama ini bersikap tidak peduli dengan sekitar terlihat menyesal dengan sikapnya kemarin, tuduhan-tuduhannya pada Putri yang tidak kompeten, tidak professional dan yang paling menyakitkan menurutnya adalah menuduh Putri bisa mengajarnya bukan karena kemampuan tapi karena orang yang berdiri dibelakangnya.

Melihat bagaimana isi kontrakan Putri yang didomisili oleh berpuluh-puluh piala dan medali penghargaan olimpiade matamatika, Radit kembali mengingat ucapan Rafi tentang betapa hebat guru private nya.

Radit beranjak kebelakang kontrakan, jemuran hari ini bahkan belum diangkat. Jemuran yang disendirikan berdasarkan pemiliknya. Radit mengangkatnya dan sesegera mungkin menyiapkan setrika.

Biarpun dirumah Radit sama sekali tidak pernah menyentuh pekerjaan seperti sekarang ini, tapi dia sudah sering melihat pembantunya mengerjakann semua pekerjaan rumah yang sekarang ada dihadapannya, namun sebelum dia mengerjakan pekerjaan Putri, Radit terlebih dahulu mengeluarkan lollipop dari kantong celananya kemudian memasukkan kedalam mulutnya.

Setelah hampir 3 jam, Radit sudah menyelesai semua seterikaan dihadapannya. Dia mengangkat kedua tangannya, merenggangkan otot-otot badannya yang terasa kaku. Dia tidak tahu jika melakukan pekerjaan sepele seperti ini ternyata sangat melelahkan.

Radit duduk disebelah Putri yang masih tertidur pulas, mungkin efek obat yang tadi dia minumkan.

Masalahnya sekarang ada pada baju laundry yang terbungkus rapi, bagaimana mengantarkan baju-baju itu pada pemiliknya, padahal dia sama sekali tidak tahu pemilik baju-baju didepannya.

Tiba-tiba seorang wanita setengah baya masuk kedalam kontrakan Putri tanpa mengetuk pintu dengan membawa jajanan pasar. “Radit? Radit yang pelukis terkenal itu?” seru wanita itu senang.

Radit hanya mengangguk bingung sambil menggosok belakang lehernya, tidak nyaman dengan reaksi berlebihan wanita itu.

“Si Putri kenapa?” tanya wanita itu sambil menatap Putri.

“Demam, tante!” ujar Radit.

“Oh ya, saya Reni, saya ini teman dekatnya Putri, setiap hari Putri itu kerumah saya!” tuturnya sok kenal sok dekat langsung mengapit lengan Radit, “Jangan panggil tante lah!”

“Yang buat kue jajanan pasar itu ya? Yang setiap jam setengah 5 itu, kan?” tanya Radit yang tadi sempat membaca jadwal Putri.

Reni hanya tersenyum genit pada Radit.

“Oh ya tante, buat ibu-ibu yang laundry… e… tante kenal orang-orang sekitar sini, kan? E… bagimana kalau saya minta bantuan tante, minta antar…” pinta Radit tidak enak hati.

“Tidak mau ah, kamu panggilnya tante terus!”

Radit tersenyum canggung, “Lalu saya harus panggil apa? Kan tidak sopan panggil orang seumuran bunda saya hanya dengan namanya saja!”

“Ya sudah kalau begitu, senyamannya kamu saja dan saya juga akan mengantarkan kamu kemana saja, saya siap mengantar!” ucapnya bersemangat sambil mengerling kearah Radit, yang membuat Radit kesusahan menelan ludah.

Mereka berdua mengantarkan baju-baju itu kerumah warga dan setiap disatu rumah, Reni selalu mengumumkan kalau yang bersamanya ini Raditya Herman Syah, pelukis terkenal yang kini popularitasnya dapat disandingkan dengan artis ibu kota karena berbagai nilai plus yang dia miliki, terutama ketampanannya.

Butuh waktu hampir 20 menit sampai semua baju-baju itu sampai ketangan kepemiliknya.

“Sudah ya tante, saya harus pulang!” pamit Radit, setelah pekerjaannya selesai dan Reni masih terus menempel dilengannya.

“Rumah tante itu, yang bercat kuning, kapan-kapan mampir ya?!” ucapnya yang masih enggan melepaskan lengan Radit.

Radit hanya menggeleng kecil dan berusaha melepaskan lengannya. “Iya, kalau ingat, tante!”

...***...

Terpopuler

Comments

cabe2an

cabe2an

moduuussss

modus banget Radit, suka bilang suka bang...

2021-01-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!