Bos-nya tampan?

“Bagus sekali! Kalian selingkuh di belakang ku, ya!!” Ungkap Jun Yunho. Dialah orang yang mengganggu obrolan antara Tzuyu dengan Jeffdan tadi.

Lelaki paruh baya itu berkacak pinggang di depan pintu kamar Jeffdan. Menatap dua kesayangan nya dengan tatapan sinis.

Jeffdan dan Tzuyu saling pandang, mereka tak memedulikan ucapan Jun Yunho yang tengah kesal. Lantas kembali melanjutkan kegiatan sebelumnya.

“Mommy pernah bertemu dengannya?” Tanya Jeffdan dan Tzuyu mengangguk, tapi kemudian menggeleng. Membuat Jeffdan memincing kan sebelah alisnya bingung?

“YAKK!!”

“Kalian mengacuhkan ku?!”

Sang kepala rumah tangga lantas berteriak, namun kembali di abaikan oleh anak dan istrinya itu. Mereka malah semakin asik bercerita tanpa berniat mengajaknya bergabung.

“Dearr!”

Jeffdan berdecak sebal dengan Jun Yunho yang begitu berisik. “Diamlah, Dad! Pergi sana!” Usirnya.

“Tidak, tapi Mommy sudah pernah melihat fotonya.” Tzuyu menjawab, melanjutkan pertanyaan anak nya tadi.

“Sungguh? Bolehkan aku melihatnya, Mom??” Jeffdan bergerak menuju benda digital yang tengah menyala, menampilkan beberapa pesan masuk dari sekretaris sekaligus kepercayaan nya.

Tyuzu mengetukkan jari nya pada dagu, menyipitkan kedua matanya sembari berpikir. “Tidak!” Jawabnya setelah beberapa saat.

Jangan tanya kemana Jun Yunho! Karena pria paruh baya itu telah melenggang pergi sesaat dirinya berteriak kesal tadi.

“Kenapa?”

“Mommy pikir lebih baik bertemu besok saja sekalian, lagian kamu juga tidak pernah mengenalnya kan?!” Lantas Tzuyu berjalan menuju pintu kamar dan keluar, meninggalkan Jeffdan dengan beberapa pertanyaan yang bersarang di kepalanya.

‘Kenapa mommy malah berbicara sinis padanya? Apakah ada sesuatu yang salah?’ pikir Jeffdan bingung.

***

“Tani, kamu tau alamat perusahaan ini?” Tanya Peony ketika dia tengah berbaring santai di temani kakak sepupunya yang berada di samping nya. Tani sedikit menolehkan kepalanya, dia lantas merebut benda digital milik Peony.

Perempuan itu fokus membaca sebuah alamat kantor yang di tunjukkan Peony tadi, membacanya berulang-ulang kali, takut salah dugaan.

“Aku di perintah Ayah ke sana besok.” Lanjut si Nona muda manja itu, sedikit tak bersemangat.

Tani menggaruk pangkal hidungnya yang tak gatal, dia sedikit ... Err! Untuk apa Angkelnya memerintahkan Tani datang ke kantor tempatnya bekerja?

Pikir Tani kebingungan sendiri.

Tapi, tunggu. Jangan bilang ...

“Untuk apa?” Tani akhirnya bertanya. Setelah mengembalikan benda digital tadi kepada sang pemilik.

“Entahlah, sepertinya Untuk mendapatkan pekerjaan?” Sahut Peony dengan malas.

“What!!” Tani membola, dia sedikit tak menyangkal. Jika begitu, sudah pasti mereka akan bekerja dengan orang yang sama kan? Tapi! Apakah itu akan menjadi masalah?

... seperti nya tidak?

“Aku bekerja disana! Asal kamu tau!?” Tutur Tani, dia sedikit kesal. Kenapa mereka harus bekerja di tempat yang sama?! Jika begitu, sudah pasti Angkel Darius akan menitipkan Nona manja itu padanya. ‘bikin repot saja’ gerutu Tani dalam hatinya.

“Bagus dong.” Balas Peony, masih dengan wajah santainya yang membuat Tani semakin mendengus sebal.

“Bagus apanya!?”

Peony berpikir sejenak, dia sibuk berbalas pesan dengan dosen pembimbingnya. Hingga lengannya di senggol secara kasar oleh Tani, yang membuat benda digital di tangan nya oleng dan terjatuh ke atas lantai apartemen.

“Yak! Kamu ini kenapa?!” Tani berseru, dia terkejut dengan bunyi beda digital yang baru saja di jatuhkan oleh Adik sepupunya, larat!! Melainkan dirinya sendiri!

Peony menghela nafas pelan, lalu segera mengambil benda berbentuk persegi panjang yang tak sengaja ia jatuhkan tadi.

“Hei, wanita tua! Kamu yang menyenggol aku, kenapa malah marah padaku juga!?” Kesalnya, segera mengecek isi pesan yang baru saja di kirimkan oleh dosen nya.

Tani menyengir, lantas kembali menatap sinis Peony yang masih terlihat sibuk dengan dosen pembimbingnya.

“Ya habis nya kamu nyebelin, coba aja bukan anaknya Angkel Darius tercinta, udah aku buang ke lautan detik ini juga.”

Peony mendengus tak suka, dia sedikit mengeram kesal, “Kan Yah, Ayah dengar sendiri bukan, Si wanita tua ini berbicara apa?”

Damn!

Tani melototkan matanya panik, tidak mungkin kan jika Peony tengah berteleponan dengan ayahnya sekarang? Bisa mati dia jika Angkel nya yang begitu garang itu mengamuk!

“YAKK!!”

“HA HA HA, bercanda,”

“Ishh, hampir aja aku mati.” Tani berdecak kesal. Bagaimana mungkin dirinya mudah sekali di perdaya oleh sang adik! Adik sepupu lebih tepatnya.

“Kenapa tidak mati sungguhan.” Sahut Peony, dia kembali fokus pada mata pelajaran yang tengah di jelaskan oleh dosennya. Karena kuliahnya juga yang belum benar-benar selesai, jadi dia lebih memilih kembali kuliah secara Daring.

Tani semakin memajukan bibirnya kala mendengar ucapan tak berakhlak dari Peony, dia lantas menutup seluruh badannya dengan selimut.

Membiarkan si Nona pemalas itu menyelesaikan tugas beserta kuliahnya. Toh lagian sudah pukul delapan, biasanya memang sudah menjadi kebiasaan Tani tidur awal — jika tidak lembur atau semacamnya. Selain karena terlalu banyak bekerja, dia juga harus bolak-balik ke rumah nya dan ke rumah Angkelnya.

Melelahkan!

“Kak, bagaimana rupa dari bos mu itu? Apakah tampan?”

Tani membuka selimut yang menutupinya, dia menatap horor sang adik yang kini tengah menatapnya dengan ... Eumm.

... sedikit berbinar?

Mungkin!

“Tampan sih,, tapi—“

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!