“Jadi ...?”
“Ayah akan memutuskan dua pilihan untuk kamu, sweetie ... Yang pertama adalah— kamu menerima perjodohan yang Ayah tentukan! Atau ... Kamu Ayah tantang untuk pergi dari rumah ...” Ucapnya sengaja menggantung.
“Dan hanya bisa pulang jika kamu bisa mengumpulkan uang senilai sepuluh juta dollar.” Lanjut Darius, dia tersenyum miring melihat tatapan terkejut anak tunggalnya itu.
“Ayah jika berniat mengusirku, tidak perlu memakai alasan konyol seperti ini!” Sahut Peony dengan sengit.
Berbeda dengan Peony yang berwajah masam, Tani justru tersenyum semringah, dia lantas angkat bicara, “Angkel, jika taruhannya hanya uang senilai 10 juta Dollar, itu gampang. Dia bisa saja meminjam kepada seseorang, lalu kembali ke rumah dan mengatakan dia berhasil.” Ucap Tani. Membuat Peony seketika protes.
“Yak!! Apa kau buta?! Ayah selalu mengurung ku di dalam rumah ini, bagaimana cara aku bisa meminjam uang pada orang lain! Hah!!” Seru Peony, kesal dan pasrah.
“Sepertinya aku perlu membawa mu ke rumah sakit jiwa.” Lanjutnya, mencebik kan bibir kesal.
“Ya ya ya, itu bisa saja terjadi Angkel, bukankah Nona muda pemalas ini pandai merayu orang? Apa lagi dengan parasnya yang terbilang cukup lumayan, jadi siapa pun pasti akan memanfaatkan kesempatan, lalu mendekati Peony kita dengan alibi meminjamkan uang padanya.” Tutur Tani, dia sepertinya tengah berusaha mengusir Nona muda Peony dari kerajaannya sekarang.
Darius memikirkan perkataan keponakannya barusan, ada benarnya juga; bisa saja Peony malah meminjam uang kepada orang, itu bisa saja terjadi kan? Bagaimanapun juga anaknya itu gadis manis dan cantik tentu saja, jadi tidak ada alasan seseorang tidak membantunya.
“Baiklah, sudah Ayah putuskan, terima kasih Tani. Ternyata kamu berguna juga tinggal lama-lama di sini.”
...•TUAN & NONA•...
Sore harinya, Peony benar-benar di kirim ke sebuah apartemen kecil yang sekiranya hanya bisa muat untuk ditinggali dua orang. Setelah keputusan untuk mencari uang senilai 10 juta dolar atau setara 166.794.542.000,00 kalau di rupiahkan.
Rasanya mustahil sekali uang sebanyak itu bisa Peony dapatkan hanya dalam waktu enam bulan. Tapi tak apa, setidaknya dia akan berusaha. Meskipun mustahil.
Barang bawaan Peony hanya sedikit. Dia sengaja tidak membawa semuanya karena terlalu banyak.
Membuka kopernya, Peony mendengus dengan wajah horor. Tak percaya jika Darius akan membawakan pakaian lamanya, sedangkan pakaian yang masih baru di tinggalkan di rumah.
Ini semua gara-gara kakak sepupunya itu, Tani. Dia yang telah memonopoli Ayahnya agar mempersulit Peony. Sudah tidak di beri uang, kini dirinya juga dilarang membocorkan identitas aslinya.
Kata Tuan Darius yang terhormat, hal itu dilakukan agar tidak membahayakan keselamatannya! Tapi nyatanya itu malah semakin mempersulit Peony sendiri!
“Kenapa Kakak Tua itu malah mempersulit hidupku sih!? Seharusnya dia membantuku!”
“Apa dia juga yang menyuruh Ayah merencanakan perjodohan-perjodohan kolot dengan anak temannya?"
“Dan merencanakan untuk mengusir ku juga?”
Peony terus mengoceh sembari membereskan pakaiannya. Berkali-kali dia berdecak kesal, sembari memasukan lipatan-lipatan pakaiannya ke dalam lemari. Hal yang tidak pernah Peony lakukan sendiri, ternyata melipat pakaian sangat menguras tenaganya!
Hari sudah mulai gelap, Peony memutuskan untuk segera membersihkan dirinya. Lagi-lagi wajahnya berkerut tak suka dengan bentukan kamar mandi yang sangat berbeda jauh dengan miliknya di rumah.
Rasanya Peony seperti jatuh miskin.
Besok Peony juga di perintah agar datang ke kantor, entah milik siapa. Yang jelas itu perintah Ayahnya sendiri. Mungkin untuk mendapatkan pekerjaan.
Gadis dengan rambut blonde itu keluar dari dalam kamar mandi, hanya di balut dengan setelan sederhana berupa celana pendek dan kaos berwarna putih dan handuk kecil yang menggantung di kedua bahunya.
Dia berjalan menuju sofa kecil yang tersedia di apartemen yang kini menjadi miliknya. Ruangan yang cukup kecil baginya, bahkan tidak bisa menandingi besar kamarnya yang berada di mansion. Haah! Sudahlah, jangan di bahas.
Hghhh ... Peony lagi-lagi mendengus sebal ketika perutnya berbunyi nyaring. Sekarang sudah jam enam, tetapi Peony belum mengisi perutnya sama sekali. Biasanya dia tak pernah menyiapkan makananya sendiri, terbiasa di layani membuat Peony kepayahan.
Gadis itu memutuskan untuk pergi ke minimarket depan saja, membeli makanan yang sekiranya bisa dia makan. Saat keluar dari area apartemen, dia sedikit tercengang. Merasa baru dengan suasana ini.
Ya, ini adalah kali pertama Peony keluar rumah sendirian. Bahkan untuk pengucapan keluar rumah pun baru kali ini. Dia masih merasa baru, suasananya cukup ramai di depan sana. Jalanan kota yang di penuhi kendaraan yang berlalu lintas.
Dia berjalan menuju zebra cross untuk menyebrangi jalan. Di rasa sudah sepi, gadis itu pun segera berlari menuju minimarket di depan apartemen nya.
Masuk ke dalam dan segera mencari apa saja yang dia inginkan. Beruntung Bundanya itu memberinya sedikit uang saku —tentu nya tanpa sepengetahuan Darius— Jika tidak? Entah bagaimana nasib nya itu?.
BRUKH!
Peony sedikit tersentak kala seseorang di belakang menabrak punggung sempitnya, hingga membuat keranjang belanjaannya sedikit oleng dan tumpah. Dia memungut kembali makanan ringan pilihannya, memasukannya kembali ke dalam keranjang.
Lalu segera pergi menuju kasir, tanpa menoleh sedikit pun. Bahkan pria yang menabraknya pun belum sempat meminta maaf?
“Kenapa, Tuan Muda?”
Seseorang berbadan tegap dengan seragam hitam tiba-tiba datang, dia menanyakan hal apa yang membuat Tuan-nya itu terdiam.
“Tidak apa-apa, ayo segera kembali." Jawabnya. Dia segera berlalu ke luar minimarket itu, dan membiarkan bodyguardnya yang membayar belanjaannya.
Saat di luar, dia kembali melihat sosok yang di tabrak nya tadi. Dia ingin meminta maaf, “Permisi, nona?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments