EPISODE 4

Senin, 03.30

"Nih pake," suruh Zee pada kelima orang didepannya. Siapa lagi kalau bukan Kaila, Vania, Zalfa, Rangga dan Cleo.

Zee menyerahkan paper bag, yang berisi seragam sekolah lengkap dengan atributnya.

Mereka saat ini tengah berada di mansion keluarga William. Zee yang menyuruh mereka untuk datang sepagi ini. Penghuni mansion juga masih tidur, mengingat jam segini masih terlalu pagi.

Kaila mendengus kesal. "Lo bangunin kita sepagi ini cuma buat nganterin seragam. Kejam lo, Zee," ucap Kaila kesal. Ia tak habis fikir dengan jalan fikir Zee yang terkesan memaksa.

Vania mengangguk setuju, membenarkan ucapan Kaila. "Gue lagi mimpi indah tiba-tiba lo telepon dan ngancem gue, kalo nggak dateng gue cincang-cincang badan lo! Astagaaa, kan bisa kirim ke bodyguard gue."

Zalfa, Rangga, dan Cleo hanya diam. Tidak protes, bangun pagi sudah menjadi rutinitas mereka. Jadi yaa, mereka sudah terbiasa.

"Udah? Yaudah balik," ucap Zee tanpa dosa.

Kaila dan Vania melototkan matanya ke arah Zee. Merasa jengkel dengan sifat Zee.

"Apa?" tanya Zee polos.

Cleo dan Zalfa sudah cekikikan melihat wajah kesal Kaila dan Vania, sedangkan Rangga hanya menggelengkan kepalanya.

"Udah, cepet balik lo semua. Mandi, terus siap-siap. Hari pertama gak boleh telat! Biar gue yang samper. Kita pake mobil gue. Berangkat bareng-bareng. Gue samper harus udah siap," ucap Zee tegas.

Mereka hanya mengangguk pasrah, mengiyakan saja perintah Zee.

"Good!"

****

05.45

"Semua udah siap kan, Dad?" tanya Zee pada William.

William menoleh ke arah Zee lalu tersenyum, "beres princess, kamu tinggal tanyakan kelas kamu sama pak Ahmad, dia kepala sekolahnya," jelas William. Zee tersenyum senang.

"Kamu yakin mau sekolah lagi princess?" tanya Satria meragukan.

Zee menoleh polos pada abang kesayangannya ini, "abang tenang aja, Zee bisa jaga diri. kan juga ada Kaila, Vania, sama temen-temen Zee yang lain. Jadi aman lah," ucap Zee santai. Hei tidak ada yang perlu ditakutkan, yang ia inginkan hanyalah pembalasan dendam pada kembaran dan keluarganya, sudah itu saja.

Satria mengacak-acak puncuk kepala Zee. "Tetep aja yang namanya sayang tuh khawatir," ucap Satria gemas. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Prim, Davin, dan Gavin yang tengah memakan sarapan pagi nya. "Gue serahin Zee sama lo bertiga."

Prim, Davin dan Gavin langsung menoleh ke arah Satria yang juga menatap kearah mereka, lalu mengangguk.

Terkadang Satria terlalu overprotektif, tapi Zee tau bahwa itu demi kebaikannya.

"Zee langsung berangkat aja ya, takut telat. Soalnya mau nyamperin yang lain dulu," pamit Zee. Mereka semua mengangguk.

Zee mencium pipi semua keluarganya, lalu mengambil kunci mobil yang masih tergeletak di Meja.

"Zee berangkat!" teriak Zee dari arah luar.

"Hati-hati, Princess!"

Zee menghampiri satu persatu mansion sahabatnya, mulai dari Kaila, lalu Vania. Lalu pergi ke markas untuk menghampiri Zalfa, Rangga, dan Cleo. Karena mereka bertiga tinggal di markas bukan di mansion keluarganya. Alasannya? Biar waktu yang menjawab.

"Udah siap kan?" tanya Zee saat mereka semua sudah masuk ke mobilnya.

Mereka mengangguk serempak, lalu bersorak. "GO TO SCHOOL!"

Zee menancap gas mobilnya menuju sekolah milik keluarganya, W'School. Atau yang sering dibilang High School Williams. Satu-satunya sekolah yang elit dan terlengkap fasilitasnya diseluruh Indonesia.

Mobil Sport merah Zee memasuki halaman parkiran pemilik sekolah. Membuat siapapun yang melihatnya takjub. Sport merah yang terlihat mewah dan masih kinclong tentunya. Karena Zee baru dibelikan oleh dady nya minggu kemarin.

Mereka turun dengan angkuhnya. Dagu dinaikan keatas, Rok 5cm diatas lutut, rambut diuraikan. Sedangkan Rangga dan Cleo melepaskan kacamata yang bertengger dihidungnya, membenahkan rambutnya yang turun ke dahi, tasnya masing-masing di selempangkan ke bahu.

Semua murid melihat kearah mereka sambil berdecak kagum. Banyak yang memberikan pujian untuk mereka.

'Gila gilaa, cantik plus cool banget.'

'Gak sia-sia gue sekolah disini.'

'Iya, gak percuma gue masuk nih sekolah pake jalur money.'

'Couple goals.'

Sedangkan Zee dkk agak risih diperhatikan seperti itu. Namun mereka mencoba untuk biasa saja.

Zee dkk berjalan beriringan menuju Kantor kepala sekolah. Kata-kata pujian tak henti-hentinya berhenti disepanjang jalan mereka.

Brak.

Seorang laki-laki menabrak Zee. Teman-teman Zee yang melihatnya langsung mencoba menghampiri Zee karena panik. Tapi Zee mengangkat tangannya, mengisyratkan untuk mereka diam saja.

"Maaf g-gue gak sengaja," ucap laki-laki tadi minta maaf.

Zee memperhatikan murid itu dengan datar. Nerd. Itulah yang ada di fikiran Zee.

"Cabut," Zee kembali melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan laki-laki itu.

"Huh selamat," gumam laki-laki itu lega.

Zee dkk masuk ke ruang kepala sekolah setelah mengucapkan salam.

"Dengan Zeline Zakeisha Zovanka Williams, Kaila Glori Fernando, Vania Aisha Gabriel, Zalfa Putri Lexa, Rangga Kalvin Ardana, dan Heandro Cleo Putra?" ucap Pak kepala sekolah itu, mengabsen satu persatu nama lengkap mereka yang ribetnya naudzubillah.

Zee dkk mengangguk.

"Baiklah, kalian masuk kelas XI IPA 2. Atas permintaan tuan Williams dan Ny. Williams, kalian di kelaskan dalam kelas yang sama.

Perkataan pak kepala sekolah itu membuat Zee dkk tersenyum senang dalam hati. Ingat dalam hati! Bukan langsung.

"Perkenalan dulu, saya Ahmad Ariwijaya. Kalian bisa panggil saya Pak Ahmad" ucap pak Ahmad memperkenalkan diri. Zee mengangguk saja.

"Mari saya antarkan ke ruang kelas kalian," ajak Pak Ahmad. Kebetulan mereka juga tidak tau ruang kelasnya dimana.

Pak Ahmad mengantarkan mereka berlima ke depan pintu kelas yang sudah tetutup. Betanda bahwa pelajaran memang sudah dimulai.

Tok...tok...tok

Pak Ahmad mengetuk pintu bernuansa hitam itu, terbukalah pintu itu, menampilkan perempuan paruh baya yang kira-kira sudah berkepala tiga. Walaupun seperti itu masih terlihat cantik.

"Ada apa pak?" tanya Guru itu yang dikenal sebagai Bu Asih, guru Biologi.

"Saya titip mereka berlima. Mereka murid baru, jaga mereka baik-baik. Kalau tidak bersiap menerima Sanksi." ucap Pak Ahmad dingin. Bu Asih meneguk saliva nya kasar. Ia tahu betul karakter Pak Ahmad seperti apa. Pak Ahmad terkenal dengan sifat dinginnya, ia tak segan-segan memecat guru walaupun kesalahan yang diperbuat hanya seujung kuku. Oleh karena itu, ujian untuk guru-guru yang ingin mendaftarkan dirinya disini sangatlah sulit. Tapi walaupun begitu, gaji untuk para guru disini melewati dari garis batas normal. Satu guru digaji sebesar 13jt perbulan.

"B-baik, Pak."

"Sekarang kalian bisa masuk, saya tinggal dulu. Permisi," pamit Pak Ahmad. Dibalas anggukan mereka berenam.

"Mari masuk," ucap Bu Asih ramah.

Zee dkk masuk ke dalam kelas. Tampak riuh saat mereka masuk, membuat kepala Zee serasa ingin pecah.

'Ck ck. Bidadari jatuh dari khayangan ini mah.'

'Yawloo itu yang lagi lipet tangan ganteng banget.'

'Astaga siapin kain kafan, gue sesek napas.'

'Mau mati lo?!'

"Perkenalkan diri kalian."

"Zee."

"Kaila."

"Vania."

"Zalfa."

"Rangga."

"Cleo."

Semua dibuat ternganga dengan perkenalan sangat singkat dari mereka. Sama halnya dengan Bu Asih yang masih bengong dengan tatapan tak percayanya.

"Bu?" panggil Kaila mencoba sopan.

Bu Asih mengerjapkan matanya berulang kali. Mencoba untuk fokus kembali.

"Ah? Iya. Saya Asih Dewi. Kalian bisa panggil saya Bu Asih. Saya guru biologi sekaligus wali kelas. Sekarang kalian duduk di bangku belakang sana," ucap Bu Asih kikuk. Menunjuk kelima bangku yang masih kosong. Letaknya di belakang, pojok kanan, dekat jendela. Anti mainstream sekali.

Sebelum berjalan mendekati bangku Zee tersenyum manis ke arah Bu Asih. Itu memang sengaja ia lakukan untuk menghargai Bu Asih sebagai guru. Sedingin-dinginnya orang, Zee juga masih punya tata krama.

Senyuman dari Zee membuat kelas kembali ramai.

Astagaaa senyum nya manis banget gilakk!

Leleh hati abang, dek.

Alay lo!

Zee dkk langsung menuju kearah bangku tersebut, sejurus kemudian mereka sudah duduk rapi.

Tanpa Zee sadari, sedari tadi ada seseorang yang memperhatikannya dengan senyum tipis dibibirnya.

Manis.

Pelajaran dimulai, pelajaran yang sangat-sangat sudah dimengerti oleh Zee dkk, kecuali Cleo. Dia memang belum tamat SMA. IQ nya terlalu rendah untuk disebut sebagai seorang siswa.

****

Kring...kring...kring

Bel istirahat

"Baiklah cukup sampai disini, minggu depan kita lanjutkan lagi. Terimakasih." ucap Bu Asih lalu pergi keluar kelas diikuti siswa lainnya.

Zee dkk menuju kearah kantin. Masih banyak orang-orang yang mengumbar kekagumannya. Bukannya apa, hanya saja Zee terlalu risih di perhatikan seperti itu. Kalau saja ini bukan hari pertamanya, sudah ia robek mulut siswa-siswi itu.

Zee dkk terduduk di salah satu bangku yang pas sekali ada 6 bangku dan satu meja.

Zalfa mengedarkan pandangannya seolah mencari sesuatu. Pandangannya terhenti saat melihat gadis dengan rambut kuncir kuda.

"Eh! Lo!" panggil Zalfa pada gadis itu.

Yang merasa terpanggil pun hanya menoleh dengan tatapan polosnya.

"Ss..saya, kak?" tanya gadis itu.

Zalfa memutar bola matanya malas, "iya lo."

Gadis itu menghampiri meja Zee dkk dengan takut-takut.

"Nama lo siapa?" tanya Zalfa langsung.

"Ti...tika, kak," ucap gadiz itu gugup.

"Titika?" ulang Rangga heran.

"Tika," koreksinya cepat.

"Ah ya, Tika, pesenin kita makananya ya," ceplos Zalfa seenaknya.

"I..iya."

"Lo pada mau pesen apa?" tanya Zalfa pada teman-temannya.

"Bakso ada gak?" tanya Vania pada Tika.

"Ada kak," ucap Tika lagi.

"Lo biasa aja bisa gak sih? Tenang kita gak gigit kok, Kita cuma minta tolong buat pesenin makanan buat kita. Lo gak masalah kan?" tanya Cleo yang justru semakin membuat Tika takut. Pertanyaan Cleo seperti suruhan tegas bagi Tika.

"Bakso ada gak?" ulang Vania.

Tika mengangguk polos.

"Nah, udah Bakso 6, es teh nya 6. Punya gue gak pedes. Oke!?" ucap Kaila.

"Ck. Gue kan belum pesen!" protes Rangga.

"Udah elah. Kasian bocahnya. Nunggu kelamaan. Udah lo cabut pesenin kita." suruh Kaila.

Tika langsung segera pergi dari sana dan segera memesankan.

"Ck. Padahal gue pengen banget mie ayam!" keluh Rangga.

"Lah elo bang bukannya bilang dari tadi."

Rangga mendelik kesal pada kaila, "lagian gue kan belum pesen udah main nyuruh pergi aja tuh bocah."

"Ya maap. Lo nya kelamaan!" Kaila tak mau disalahkan.

"Zee lo kenapa diem aja sih?" tanya Vania. Sedari tadi ia memperhatikan Zee yang tidak seperti biasanya. Kali ini apa ya, seperti Zee sangat tidak bersemangat.

Kaila dan Rangga yang tadinya beradu argumen kini menatap ke arah Zee.

"Ada masalah?" tanya Cleo.

Zee menggeleng pelan, "gue ketemu abang gue," ucap Zee lirih.

"Bang Davin? Apa bang Gavin?" tanya Kaila.

Zee menggeleng lagi, "Abang kandung gue!"

Mereka semua kaget.

"Mana? Mana? Mana orangnya. Lo diapain sama dia? huh," seru Cleo heboh.

"Ck. Yo! Diem bentar bisa gak sih?" kesal Rangga. Sedangkan Cleo hanya cengengesan tak jelas.

"Dia natap gue. Tapi langsung ngalihin gitu aja. Apa gue terlalu menjijikan buat mereka? Apa mereka emang belum tau kebenarannya? Gue ngerasa kayak ada di novel-novel. Gue kira, mereka udah tau kebenarannya. Ternyata,,," Zee tersenyum hambar.

Kaila dan Vania langsung memeluk bahu Zee erat. "Kita akan selalu bersama lo. Jangan lemah hanya karena sampah. Gunanya sampah untuk dibuang bukan dikenang."

"Tapi dimata mereka, sampahnya itu gue! Gue yang mereka buang! Gue yang bukan mereka kenang! Gue hanya sampah dimata mereka!"

"Suatu saat, sampah itu akan didaur ulang menjadi barang yang sangat berharga. Dan mereka akan menyesal karena telah mebuang sampah itu," ucap Zalfa bijak. Perkataan Zalfa membuat Zee tenang. Ia senang memiliki sahabat seperti mereka. Mungkin hidupnya disini, bukan dikeluarga kandungnya.

"Gue gak tau kalo gak ada kalian. Thanks, kalian sahabat terbaik gue!" ucap Zee tulus.

"Aaa jadi sad begini. Jadi kapan lo mau balas dendam? Perlu help?" tanya Kaila.

Zee mengangguk senang, "oh tentu. Kebahagiaan harus dibagi. Besok gue akan mulai. Gue kangen sama kembaran gue yang satu itu," Zee tersenyum miring. Senyum yang mengerikan.

"Uh she up. Kapan pun lo perlu bantuan kita akan bantu." support Vania dan Zalfa.

"I-ini kak makanannya," tiba-tiba Tika datang dengan membawa nampan besar beserta dengan Mangkuk bakso nya.

"Minumnya mana?" tanya Vania dingin.

"Nan-nanti dianterin sama Mbak Dian."

"Oh yaudah, kalo gitu lo bisa pergi!" ucap Zalfa dingin. Tak ada rasa berterimakasih nya sama sekali. Hal itu membuat Tika menyimpan kesal dihati.

"Thanks," ucap Zee singkat.

Tika tersenyum senang. Setidaknya usahanya dihargai. "iya kak. Sama-sama. Kalo gitu aku pamit dulu ya."

"Hm."

Mereka mulai menyantap makanannya. Tiba-tiba ada seseorang yang menganggu acara makan mereka.

"Hey, kembaran!" Ada suara di belakang Zee. Zee hapal betul ini suara siapa, suara yang membuat ia ingin membunuh siapapun.

Kaila, Vania, Rangga dan Cleo menoleh kearah belakang Zee. Matanya menajam. Satu pertanyaan yang sama di benak mereka, 'siapa perempuan itu? mengapa ia mirip sekali dengan Zee?'

Zee tidak menoleh, menurutnya hanya membuang waktu meladeni orang itu.

"Hey, sombong sekali ya? Udah jadi kaya lo? Dipungut siapa?" Perempuan itu tersenyum miring, membuat Kaila menggebrak mejanya.

"Jangan cari masalah!" ucap Kaila dingin.

Kini ia menatap Kaila dengan tatapan polos, seolah ia adalah manusia terpolos di muka bumi ini, dan itu membuat Rangga muak.

"Lo.pergi!"

"Hey gu-"

"Pergi!" ucap Cleo dingin.

"Oke oke, Hey kembaran, gue pergi dulu ya, jangan kangen! HAHAHA!" perempuan itu pergi dengan tawa puas nya seolah ia berhasil membuat mereka kesal. Diikuti antek-antek nya, Resa dan Salsa.

"Siapa itu, Zee?" tanya Vania cepat. Mereka menatap Zee dengan penuh tanda tanya.

"Jangan natap gue gitu," ucap Zee tetap santai, ia masih menikmati makanannya.

Zalfa berdecak kesal, "lo tuh ya, bisa gak sih serius dikit! Makannya entar dulu," ucap Zalfa kesal.

Zee meneguk minumannya hingga tandas. Teman-temannya tetap menatap Zee dengan raut wajah mengintimidasi.

"Dia perempuan," ucap Zee singkat.

Cleo mendelik malas, "gue tau dia perempuan, maksudnya dia itu siapa lo! Kok nyebut lo dengan kembaran? Apa dia yang lo maksud?" tanya Cleo.

"Hm."

"Zee..." mereka menatap Zee geram.

"Iya, dia kembaran gue, dia orang yang gue maksud, dia adalah Zaline dan dia sasaran gue! Puas!"

Mereka berempat masih bengong dengan penjelasan Zee.

Cleo yang tersadar duluan, melirik ke mangkok milik Rangga. Masih ada 3 bakso. Dengan senang hati ia mengambilnya, semumpung mereka belum tersadar.

"Rejeki seorang Ceo bernama Cleo!"

Bakso gue, *******!

◻◻◻

"Gue ketemu, Zeline," ucap Dika pada Dito.

Dito yang sedang mencatat catatannya kini memberhentikan kegiatannya. Menatap Dika dengan intens.

"Dimana?" tanya Dito.

"Di sini, disekolah. Katanya dia murid baru. Lo tau? Zeline sekarang udah gede, cantik, tapi digin," Ucap Dika lirih. Alasan Dika mengabaikannya saat bertemu Zee adalah, kerena Dika tidak ingin mengenang masa lalu itu. Dimana ia menampar wajah adiknya. Mengingatnya pun sudah terlalu sakit untuknya apalagi yang merasakannya. Tapi bagaimana pun Zee tetap salah! Zee yang membunuh Oma-opa nya. Ia berhak dapat hukuman! Dia sudah melakukan hal yang benar. Tapi ia tak menyukai hal itu.

"Gue kangen dia," ucap Dito tiba-tiba. Dito juga menyesal, mengapa saat itu ia tidak menahan adik kecilnya untuk pergi.

Dito adalah abang yang paling dekat dengan Zee. Namun untuk apa menyesalinya? Toh, tidak ada gunanya.

"Gue pengen dia balik, tapi gimana? Gue masih gak terima, kenapa Zeline harus bohong? Itu yang gue kecewain!" ucap Dika lirih.

Mereka sama-sama menghembuskan nafas berat. Berat. Sangat berat. Andaikan waktu bisa diulang, andaikan oma-opa nya masih hidup, andaikan adik kecilnya itu masih ada disisi mereka, mungkin sekarang, tawanya masih berada di sekeliling mereka?

Dan itu semua hanya kata seandainya.

Namun faktanya? Waktu tidak akan bisa diulang. Waktu tidak mingkin kembali. Terkadang waktu adalah orang yang paling jahat. Waktu adalah takdir. Dan takdir tidak bisa diubah. Tapi, selagi waktu masih terus berjalan. Waktu bisa mengubah takdir.

Terpopuler

Comments

achaaa_AlisyaJeslynchaniago

achaaa_AlisyaJeslynchaniago

guru gue dibawa bawa mna sama lagi ngajarnya biologi juga

2021-12-23

0

achaaa_AlisyaJeslynchaniago

achaaa_AlisyaJeslynchaniago

woyy guru gue tu BU ASIH

2021-12-23

0

Besok sekolah🍁

Besok sekolah🍁

lo terlalu bego goblok

2021-04-26

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!