Troublemaker My Ice Girl

Troublemaker My Ice Girl

EPISODE 1

Ketika mata tak mampu melihat.

Bibir tak mampu berucap.

Dan tubuh hanya bisa bergetar ketakutan.

Iblis dalam wujud manusia.

Itulah aku.

Itulah jiwa ku.

Dan itulah kebenaran ku.

-Troublemaker My Ice Girl-

Manusia juga punya hati.

Ia memiliki perasaan yang rapuh.

Sekuat apapun fisiknya.

Namun batinnya sangat rentan.

Kasih sayang, itu yang aku inginkan.

Dapatkah aku memiliknya?

Sakit hati yang terus menumpuk membuat rasa dendam kian membuncak.

Membuatku terjebak dalam tautan iblis.

Kesenangan awal yang memuaskan hati.

Bertahan hanya sementara.

Tapi bagai candu untukku.

EPISODE 1

Tuk...tuk...tuk

Sepasang sepatu milik sang gadis berusia 16 tahun itu seakan menggema di dalam loby kantornya. Tatapannya lurus dan datar namun terkesan dingin.

Semua karyawan menunduk hormat sekaligus takut melihat sang bos lewat.

Langkah kakinya terhenti tepat di depan meja resepsionis yang tengah berdandan dengan kaca kecilnya.

Ia berjalan mendekati resepsionis.

"Ehem!" batuknya disengaja. Resepsionis itu yang tadinya fokus pada cermin kecil yang ia pegang. Kini menoleh kearah sumber suara.

Prank!

Kaca yang dipegangnya jatuh terpecah belah.

Gadis itu melihat ke arah name tag miliknya. Rika Asefany. Nama yang bagus, tapi sayang kelakuannya kayak ******.

"Peraturan!" ucapnya singkat namun menusuk.

Rika menunduk takut, mati dia. Semua karyawan melirik takut, tak ada yang berani mendekat.

"Pergi!"

Mata Rika melebar kaget, "Ja...jangan pecat s...saya nona, saya mi...minta ma...maaf, tolong am...ampuni saya," ucap Rika. Bahkan ia sampai berlutut dan mencium sepatu milik sang bos!

Semua mata menatap Rika iba.

Brak!

Lagi dan lagi, semua karyawan dibuat nya terkejut atas tindakan gadis itu. Ia menendang wajah Rika dengan sangat keras. Bahkan hingga sudut bibirnya berdarah!

"Pergi!"

"Ta-"

"GO!"

Rika langsung bangkit dan mengambil tasnya, lalu pergi dengan terpincang-pincang akibat tendangannya.

"MAU GUE COLOK TUH MATA!"

"KERJA!"

Semua karyawan yang tadinya melihat, kini cepat-cepat mengalihkan pandangannya ke arah yang lain. Mencoba menyibukkan diri nya dengan kembali bekerja. Sebelum mereka yang jadi korban selanjutnya.

"Dimana kak Gia?" tanya nya pada salah satu karyawati.

"G...Gia ada di ru-ruangannya, Nyonya."

Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, ia segera melangkah menuju lift khusus pemilik dan menekan tombol 23. Tempat ruangan kantornya berada.

****

Zeline Zakeisha Jovanka Williams. Atau yang biasa dipanggil Zee, oleh orang sekitarnya. Gadis berusia 16 tahun yang sudah mendirikan perusahaanya hingga mencapai rekor terkaya nomor 2 didunia!

Aneh bukan? Diumurnya yang terbilang muda. Bukan...bukan muda, tapi sangat muda, sudah mendirikan perusahaan. Dengan IQ nya yang diatas rata-rata.

Terdengar sangat mustahil, tapi, itulah Zee, ia mampu mendirikan perusahaannya hingga maju seperti ini walau dengan cara licik sekali pun.

Itu yang dinamakan bisnis kan?

"Kak?" panggil Zee pada gadis yang berbeda 3 tahun lebih tua darinya.

Gadis yang dipanggilnya 'kak' itu menoleh, "eh, Zee, sejak kapan disini?"

"Baru aja."

"Oh ya, kakak dengar di loby tadi ada ribut-ribut, ada apa memangnya?" tanya Gia.

Gia adalah sekretaris pribadi Zee. Namun Zee lebih menganggapnya sebagai kakak sendiri.

"Peraturan," ucapnya singkat.

Gia yang mengerti hanya ber-oh ria sambil menganggukan kepalanya.

Zee berjalan menuju kursi kebanggaannya yang sudah ia duduki selama 2 tahun ini.

"Kak..."

"Hm?"

"Gue capek," lirihnya sambil memejamkan matanya.

Gia yang tadinya tengah membereskan berkas-berkas di meja Zee, kini menghentikan kegiatannya. Berganti dengan menatap Zee yang nampak memejamkan matanya.

Ia tahu betul bagaimana perasaan Zee. Mungkin jika ia ada di posisi Zee, ia tidak akan kuat. Bisa jadi ia akan bunuh diri.

"Zee, kamu harus mencoba merelakan, memaafkan dan berdamai dengan masa lalu. Kalau seperti ini terus, kamu akan merasa masa lalu itu adalah beban. Dan yang rugi juga kamu, kamu bisa sakit," peringat Gia lembut tapi tegas.

Zee membuka matanya. Ia menatap lirih kearah Gia.

"Mengucapkan memang mudah. Tapi melakukannya?" Zee menggeleng samb tersenyum kecut, "Gue rasa itu perlu waktu. Gue nggak semudah kakak yang terlalu mudah memaafkan. Gue membela diri karena gue ngerasa nggak bersalah."

"Perlahan kamu pasti bisa. Ikhlaskan dan maafkaan. Jangan jadikan ini beban yang berujung dengan balas dendam."

Zee terdiam.

Terngiang kembali dimana saat-saat menyedihkan ataas perlakuan keluarganya dulu.

Flashback on.

"Zaline? Kamu ngapain opa sama oma?!" pekik Zeline yang melihat Opa dan omanya sudah bersimbah darah, dengan tangan Zaline yaang memegang pisau.

"Z...Zaline nggak ngapa-ngapain. Ini pisau nya buat kamu," ucap kembarannya Zaline. Ia menyerahkan pisau itu ke Zeline.

Zeline menerimanya, tepat saat itu Zaline meringkuk ke pojokkan dan semua keluarganya datang.

"ASTAGA! INI KENAPA ADA APA INI?!" pekik smith, Dady mereka.

"Yatuhan! Dad, Mom itu oma sama opa kenapa?" tangis Kardika pecah bersamaan dengan Kardito dibelakangnya.

Mata Smith terlihat memerah marah. Pandangannya kini teralihkan dengan Zaline yang tengah meringkuk seperti oraang ketakutan. Smith menghampiri Zaline dan memeluknya.

Dan pandangannya jatuh kembali kearah Zeline yang tengah memegang pisau yang sudah dipenuhi darah.

"ZELINE!"

Zeline tersentak kaget. Ia tak menyangka bahwa dady nya membentaknya.

"APA YANG  KAMU LAKUKAN?!" teriak fiska, Ny. Smith.

"Ze..Zeline nggak ngapa-ngapain. I...ini tad-tadi di-"

"Zeline bunuh oma opa. Dan tadi Zeline mau bunuh hiks Zaline juga, Dad," sela Zaline cepat. Diselingi isakan kecilnya.

Zeline kaget mendengar penuturan tidak benar dari Zaline.

"Enggak! Nggak, bukan Zeline yang bunuh opa-oma. Ta-tapi Zaline. Tadi Zaline yang-"

Plak!

Kardito tersentak melihat Kardika, kembarannya itu menampar Zeline secara tiba-tiba.

"Udah jelas-jelas kamu yang pegang pisau nya! Pake nuduh-nuduh Zaline! Pembunuh!" bentak Kardika.

Mata Zeline memanas. Ia memegang pipinya yang panas akibat tamparan dari abangnya sendiri. Abang yang ia harapkan bisa melindunginya kini menamparnya.

"PERGI KAMU DARI SINI!" usir Fiska tak sadar.

"MULAI SEKARANG KAU BUKAN KELUARGA KAMI LAGI. PERGI! DAN JANGAN PERNAH MEMAKAI MARGA SMITH LAGI!" bentak Smith, seorang ayah yang Zeline banggakan kini mengusirnya.

Tangis Zeline semakin keras. Ia menatap kearah Kardito, menatap dengan tatapan memohon bantuan. Tapi, apa yang ia lakukan? Tidak ada. Hanya diam, tanpa berbuat kasar maupun menolong.

"PERGI!" bentak Fiska lagi.

Zaline tersenyum kemanangan.

"OKE!" ucapnya membentak, lalu pergi berlari dengan keadaan terisak.

Malam itu, hujan turun, petir mengeluarkan cahya dan teriakannya. Meredam tangis sang gadis kecil ini.

****

Dimalam yang sama, Williams, keluarga yang terkenal dengan kekayaan nya no 1 didunia dan keluarganya yang harmonis tengah berlibur dan menuju kearah pulang.

Hujan turun deras, sehingga Williams tidak dapat melihat jalan dengan jelas. Dan menabrak Zeline yang tengah berjalan sambil memeluk dirinya sendiri.

Brak!

"Dady! Dady nabrak orang!" pekik Davin. Disebelahnya ada kembarannya, Gavin yang terlihat sedikit terkejut.

Dengan cepat, Williams mengambil payung dan turun dari dalam mobil. Disusuli oleh, Kaila, Ny. Williams, Gavin dan Davin.

"Dia kedinginan. Lebih baik kita membawanya kerumah sakit!" ucap Williams. Kaila mengangguki.

****

"DOKTER! SUSTER!" teriak Williams.

Semua dokter dan perawat langsung berdatangan, hafal dengan pemilik suara.

Ya, Williams membawanya kerumah sakit miliknya. W'Hospital.

"CEPAT TANGANI ANAK INI! JIKA DIA KENAPA-KENAPA, KALIAN SEMUA KAMI PECAT!" ancam Kaila. Semua perawat mengangguk mengerti. Dan segera membawa Zeline ke UGD.

"Dad, Mom, dia siapa?" tanya Davin. Davin dan Gavin memang kembar. Tapi diantara mereka, Davin lah yang bersikap paling kekanak-kanakan.

"Tuan," panggil dokter yang telah keluar dari UGD.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Kaila cepat.

"Pasien tidak apa-apa. Dia hanya kedinginan, dan butuh beristirahat. Tapi apakah tuan ayahnya? Maaf bila saya lancang, setau saya tuan tidak memiliki anak perempuan."

"Ya, kami memang tidak mempunyai keturunan perempuan, tapi akan," jawab Williams.

"Maksudnya?" tanya dokter.

"Dia akan menjadi putri kami." Ny. Williams menjawab. Gavin dan Davin tersenyum bahagia.

"Berarti kita punya adik perempuan dong!" pekik Gavin senang.

Williams dan Kaila, ny. Williams mengangguk sambil tersenyum lembut.

"Yeyyy!!! Kita punya adik perempuan. Gavin punya temen main!"

"Dia temen Davin bukan temen Gavin!" rengek Davin.

"Wleeee. Temen Gavin!"

Williams dan Kaila tertawa bahagia. Melihat pertengkaran kecil dari kedua anak laki-lakinya itu.

Sepertinya kehadiran Zeline akan menghadirkan kelengkapan dan kebahagian untuk keluarganya.

****

"Enghh," erang Zeline. Semalam ia sudah dipindahkan ke ruangan VVIP.

"Dad, mom. Liat, dedek bangun!" ucap Davin senang.

Williams dan Kaila yang tadinya sedang berbicara ringan, kini mengalihkan pandangannya ke arah brankar. Dan terlihat Zeline yang sudah bergerak-gerak.

Williams dan istrinya segera bangkit dan menuju brankar. Menunggu Zeline membuka matanya.

Cantik, satu kata yang ada difikiran Davin. Davin lah yang sedari tadi menunggu Zeline untuk bangun.

"Ka-kalian siapa..hiks..."

"Jangan nangis, Sayang. Kami yang menolong mu dari hujan kemarin. Apakah kamu sendirian disana?" tanya Kaila lembut.

Bukannya menjawab Zeline malah semakin terisak, "hiks...dad-dady momy sa-sama hiks...bang dika jah-hat..."

Williams dan Kaila saling bertatapan.

"Nama orang tua mu siapa nak?" tanya Williams.

"Dady Smith...hiks..."

Mereka sama-sama terkejut. Smith?

"Smith? Smith itu siapa, dad?" tanya Gavin dengan suara lengkingnya.

"Smith teman ayah, sayang. Lalu kenapa kamu sendirian diluar kemarin malam? Hujan-hujanan pula."

"Mereka hiks...usir Zeline, mereka hiks...tuduh Zeline hiks...bunuh omaopa, padahal hiks...bukan Zeline yang hiks...bunuh, tapi, Zaline."

"Tega ya mereka mas," ucap Kaila. Ia turut menangis mendengar curhatan sang gadis kecil dihadapannya. Lalu ia memeluknya dengan kasih sayang.

"Cup...cup...sayang, sekarang kamu nggak sendirian lagi. Sekarang, kamu punya kami. Kami yang akan mengasuh mu. Ya?" tanya Kaila sambil menyelipkan anak rambut milik Zeline kabelakang telinganya.

Perlahan Zeline mengangguk.

"Yeyy,,, Davin dan Gavin punya temen main!" ucap kedua twins itu, Gavin dan Davin. Perawat dan para dokter yang berada diruangan itu tertawa melihat kelakuan bocah kembar ini.

Zeline tertawa. Williams dan Kaila pun ikut tertawa.

"Nah gitu dong, ketawa. Kan cantik," ucap Williams sambil mencubit hidung mungil milik Zeline.

"Iya om," ucap Zeline.

"Eh, jangan om dong. Panggil nya dady, dan ini panggil momy. Dan mereka kamu panggil abang. Oke?"

"Oke o-eh Dady. Hehe."

Sekali lagi tawa menggema di ruangan VVIP itu.

Flashback off

****

"Terimakasih sudah menerima ku sebagai keluarga. Perbuatan baik akan dibalas dengan sangat baik. Dan perbuatan buruk akan dibalas lebih buruk lagi."

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Umur 16 tahun kok dipanggil nyonya?? walaupun dia boss sebelum menikah harus di panggil NONA..

2023-06-15

1

snaaflh_desu

snaaflh_desu

asikk banget kak ceritanya 😄

2022-12-23

1

Nuuyz Faridz Ramdhanie

Nuuyz Faridz Ramdhanie

hemmm ksihan bgt zeline ny .. aku baru baca pindah dr wp ke nt

2021-12-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!