Ch.4 kesedihan Kania

"Oh ya, kemarin kata temennya bu Kania, kak Sifa hari ini bu Kania ngampus, tapi mama minta temenin ke rumah oma, gimana caranya biar bisa ke sana ya! Mumpung baru jam setengah 2 nih." gumam Azril dalam hati

"Kamu kok kayak gelisah gitu, Zril? Dari tadi liat jam tangan mulu, emang ada janji?" tanya mama Azril

"Sebenarnya iya sih ma, tapi kalo aku gak temenin mama, entar mama ngambek lagi." ucap Azril dengan memasang wajah sedih

"Emang penting banget?"

"Iya ma, penting banget malah. Boleh gak kalau Azril anterin mama aja, terus Azril pamit pergi sebentar, Azril janji ntar sore Azril balik lagi jemput mama!" bujuk Azril

"Ya udah kalo emang penting banget. Tapi awas ya kalo gak datang, ntar bukan cuma mama yang ngambek, tapi oma juga. Udah cukup kakak kamu , Azra aja yang sok sibuk sampai gak ada waktu buat mama dan oma." ancam mama Azril

"Siap nyonya. Makasih ya ma! Emang mama yang terbaik." ucap Azril dengan wajah sumringah

"Yes, akhirnya! Emang sih kata mama bu Kania itu cinta pertama kakak, tapi kan mereka sudah lama gak ketemu, mumpung janur kuning belum melengkung, artinya kesempatan buatku deketin bu Kania masih terbuka lebar." gumam Azril sambil tersenyum sendiri

"Emang mau ketemu siapa sih nih anak sampai seneng banget gitu." mama Azril hanya geleng-geleng kepala melihat anaknya senyum-senyum sendiri sambil menyetir mobil

Beberapa menit kemudian, mobil yang dikendarai Azril sudah tiba di kediaman oma Azril. Setelah berpamitan dengan mama dan omanya, Azril pun bergegas pergi menuju kampus Kania.

"Udah jam 2 lewat, kira-kira ngampusnya kelar jam berapa, ya?" gumam Azril

"Hei, Zril, ternyata lo beneran datang?" sapa Sifa

"Eh kak Sifa, iya donk namanya juga mau PDKT. hhheee ..." Azril terkekeh

"Tapi Kania nya lagi sibuk bimbingan sama dosen untuk urusin skripsi. "jelas Sifa

"Lama gak kak?"

"Biasanya agak lama, Zril. Gimana sambil nunggu, kita makan bakso di kantin? Udah laper banget nih."

"Boleh kak, aku juga laper , belum sempat makan."

Mereka pun makan di kantin sambil menunggu Kania.

Tak lama kemudian Kania muncul di hadapan Sifa dan Azril dengan wajah panik.

"Sifa ..." panggil Kania

"eh ada kamu, Zril. Sif, aku mau pulang duluan ya! "

"Kok cepet-cepet banget Kan? Wajah kamu kok juga kayak panik banget gitu, emang ada apa?"

"Itu Sif, ayah ..." suara Kania tercekat, tanpa sadar air matanya sudah membasahi wajahnya.

"Ayah kamu kenapa ,Kan? Kamu kok panik banget sampai nangis gini?"tanya Sifa penasaran. Azril hanya diam tak mau membuat Kania tambah sedih.

"Ayah masuk rumah sakit. Ayah terkena serangan jantung. Barusan tante Rina nelpon aku ,Sif."

"Astagfirullah, ya udah kamu duluan aja, Kan, aku nggak papa kok."

"Gini aja, biar aku anterin ya, bu? Biar cepet. Aku kan bawa mobil jadi kak Sifa juga bisa ikutan. Ya kan kak?"tawar Azril

"Oh kamu bawa mobil ya, Zril. Boleh juga itu, ayo, Kan, jangan banyak mikir, kita harus cepet."

Tanpa banyak bicara, Kania mengikuti langkah kaki Azril menuju mobilnya. Azril pun segera menembus jalanan menuju rumah sakit yang diberitahukan Kania.

Setiba di rumah sakit, Kania segera berlari tergesa-gesa. Jantungnya sudah berdetak tak menentu karena panik. Ia takut kehilangan ayahnya.

Setelah menemukan kamar dimana ayahnya dirawat, Kania segera masuk. Air mata Kania tiba-tiba meluncur tak terbendung membasahi pipi putih mulusnya. Ia terkejut melihat kondisi ayahnya yang dipasangi selang infus.

Kania segera menghampiri tante Rani yang sedang bersantai di sofa kamar rumah sakit.

"Tan, kenapa ayah bisa tiba-tiba jatuh sakit? Perasaan pagi tadi keadaan ayah baik-baik saja." tanya Kania penasaran

"Ck ... dasar ayah kamu aja yang penyakitan! Tante cuma menjaminkan surat rumah ke bank untuk dapat pinjaman, eh dia langsung terkena serangan jantung. Kan dia masih bisa menebusnya nanti." jawab tante Rina enteng

"Tan, kenapa tante jaminkan surat rumah? Emang untuk apa uang sebanyak itu, kan ayah selalu kasih tante untuk keperluan tante dan Rani. " tanya Kania meminta penjelasan

"Kamu gak usah ikut campur urusan tante ya! Terserah tante mau berbuat apa. Tante cuma mau investasi, kalau dapat untung kan suratnya bakal tante tebus lagi. Udah ah, jagain tuh ayah kamu. Tante mau pergi." tante Rina pun meninggalkan Kania

Setelah tante Rina pergi, Azril dan Sifa pun masuk ke ruang rawat ayah Kania. Mereka mencoba menenangkan Kania.

"Udah Kan, jangan nangis lagi. Kamu yang sabar ya! Nanti ayah kamu malah tambah sedih kalo liat kamu nangis kayak gini." Sifa mencoba menenangkan Kania

"Kak, Azril keluar beli makanan dulu ya! Tadi kan bu Kania belum sempat makan."

yang hanya diangguki oleh Sifa.

"Tega bener tuh tante bu Kania. Masa' gadein surat rumah orang seenaknya." rutuk Azril sambil berjalan ingin membeli makanan.

Kania duduk di kursi sebelah kiri tempat tidur ayahnya. Lalu ia menggenggam tangan ayahnya yang tak terpasang selang infus. Sesekali ia masih sesegukan karena menangis.

"Yah, ayah sembuh ya! Jangan tinggalin Kania yah. Kania sudah tak punya siapa-siapa lagi selain ayah. Yah, kenapa ayah bisa tiba-tiba terkena serangan jantung? Bukankah selama ini ayah sehat-sehat saja. Ayah, Kania mohon yah, bangun yah." Kania terisak.

ceklek...

Dokter yang menangani ayah Kania masuk ke ruangan. Ia memeriksa detak jantung dan cairan infus ayah Kania.

"Dok, kenapa ayah saya bisa terkena serangan jantung tiba-tiba? Ayah saya selama ini sehat-sehat saja. Setahu saya, Beliau tak punya riwayat sakit jantung dok." tanya Kania pada dokter

"Menurut hasil pemeriksaan, jantung pak Djafar memang lemah. Bahkan sekarang keadaanya sudah cukup parah. Sepertinya pak Djafar memang sengaja menutupi kondisi lemah jantungnya. Apakah hari ini dia baru menerima berita yang mengejutkan yang membuatnya tiba-tiba shock? " tanya dokter penuh selidik

Kania menghembuskan nafas kasar.

"Sepertinya ayah agak shock mendengar pernyataan tante saya dok." jawab Kania singkat tak mau menjelaskan secara detil.

"Ya sudah, saya tinggal dulu ya! Kalau ada apa-apa, tekan saja tombol darurat, nanti kami akan segera memeriksa ayah Anda kembali."

"Baik dok,terima kasih."

Lalu dokter meninggalkan ruangan tempat ayah Kania dirawat.

ceklek

Azril masuk ke dalam ruangan.

"Maaf agak lama, kantin rumah sakit ini lumayan ramai,jadi harus antre untuk membeli makanan." jelas Azril sambil menyerahkan bungkusan makanan yang dibelinya kepada Sifa

"Ayo, Kan ,makan dulu." tawar Sifa

"Kalian aja makan dulu. Aku sedang gak berselera." tolak Kania halus

"Ayo Kan, kan kasian Azril udah susah payah ikutan antri buat beli makanan tapi kamu malah gak makan. Ayah kamu juga pasti gak suka kalo anak kesayangannya gak makan. Kamu kan juga harus jaga kesehatan supaya bisa menemani ayahmu disini Kan." bujuk Sifa

"Ayo bu, please dimakan ya! Walau bukan untuk ibu, pikirkan ini demi ayah bu Kania." bujuk Azril juga

"Baiklah."

Akhirnya Kania pasrah dengan bujukan Sifa dan Azril. Lalu mereka makan bersama.

Terpopuler

Comments

Mariani SPd

Mariani SPd

ayah Kania oon banget lah

2024-12-25

0

Nisa Nisa

Nisa Nisa

pelihara ular ya begitu..siap siap deh tu harta diambil alih sama tantenya.. di novel sama sinetron org bisa seenak nya ambil milik org lain.. padahal kalau gadaikan srt rumah kan harus ttd pemilik .. emang tu rumah atas nama siapa

2022-01-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!