Amanda berjalan ke arah rumahnya dengan menahan sesak di dada, memikirkan bagaimana Hilda memperlakukan dirinya.
"Lima milyar, apakah dia pikir bisa membeli semua hal di dunia ini dengan uang?" gumam Amanda sedih.
Setibanya di rumah, ia begitu terkejut ketika melihat rumah kecil yang ia tinggali bersama ibunya telah dihancurkan.
Amanda pun berlari dengan cepat menghampiri ibunya yang terlihat menangis di antara para pekerja kontruksi yang menghancurkan rumahnya.
"Ibu, Ibu ada apa ini?" tanya Amanda terdengar panik.
Wanita paruh baya bernama Arum itu menoleh ke arah Amanda lalu memeluknya.
"Rumah kita nak, rumah kita dihancurkan."
"Kenapa bisa Bu?"
"Kata mereka, surat yang kita miliki tidak sah. Mereka memiliki aslinya," tutur Arum.
Amanda terdiam, tubuhnya gemetar mendengar cerita ibunya. Memang rumahnya pernah mereka beli dari seseorang yang dianggap teman alm. ayahnya.
Tapi, apakah dia menipu?
"Kita mau tinggal dimana nak? Hanya ini rumah yang kita punya," tutur Arum dengan sedih.
Amanda menghela nafasnya. Ia pun melerai pelukannya pada Arum.
"Ibu, sementara aku akan mencari kontrakan dulu ya Bu. Ibu bisa kan menunggu sebentar? Aku akan menghubungi temanku dulu."
Amanda pun meninggalkan tempat itu dan pergi ke area rumah sewa tidak jauh dari sana. Ia ingat teman kerjanya juga menyewa rumah kontrakan dan Amanda ingin menanyakan apakah ada rumah sewa yang lebih murah.
Baru saja Amanda tiba di sana, terlihat Sofi sudah menunggu kehadirannya. Meskipun Amanda bingung tapi ia tetap menghampiri temannya itu.
"Amanda...."
"Sof, aku mau tanya tentang—"
"Aku diusir Amanda, dan tadi ada yang mengatakan kepadaku bahwa nyawaku terancam," tutur Sofi menghentikan ucapan Amanda.
"Maksudnya? Kamu diancam?" tanya Amanda.
Sofi menganggukkan kepalanya.
"Mereka datang bersama pemilik rumah, lalu mengusirku begitu saja. Mereka mengatakan...." ucapan Sofi menggantung, terlihat raut bingung di wajahnya.
"Ada apa Sofi, apa yang mereka katakan?" tanya Amanda.
"Mereka mengatakan, ini hanya permulaan. Selanjutnya nyawaku menjadi taruhannya apabila kamu tidak meninggalkan Tuan Raka."
Amanda tersentak. Ia tak menyangka jika hubungannya bersama Raka akan serumit ini.
Jangan-jangan penghancuran rumahku ada hubungannya dengan semua ini?
Ini pasti bukan kebetulan, ini sengaja dibuat. Dan pasti ini ulah dari Hilda, ibu Raka Adhitama yang begitu membencinya.
"Amanda, aku tidak mengerti mengapa mereka mencampuri urusanmu dengan Tuan Raka dan membawaku terseret di dalamnya?"
Amanda menghela nafasnya. Ternyata Dito benar, Hilda bukanlah seseorang yang bisa dilawan. Apalagi untuk orang kecil sepertu dirinya.
Ia bahkan bisa menghancurkan rumah orang lain dalam sekejap mata dan mengancam menghilangkan nyawa orang lain.
Jangan-jangan setelah ini, mereka menginginkan nyawa ibuku?
"Sofi, kamu tenang saja ya. Aku akan mengurus semuanya. Kamu tidak perlu kemana-mana dan tunggu kabar dariku," tutur Amanda lalu segera pergi dari sana untuk menghampiri ibunya.
Amanda dengan cepat kembali ke rumah yang telah dihancurkan untuk menjemput ibunya, namun setibanya di sana, ia tidak lagi melihat keberadaan ibunya.
Amanda terperangah, ia berlari mencari ke semua sisi, tapi tetap tak menemukan ibunya.
"Dimana ibu? Apa mereka menyakitinya?" gumam Amanda
Tiba-tiba saja seseorang datang menghampirinya.
Hilda bersama beberapa pengawalnya.
"Ibumu ada bersamaku, wanita jalang!" tuturnya datar namun begitu tajam.
"Nyonya? Jadi benar, semua ini ulah anda?"
Hilda menarik sudut bibirnya. "Tentu saja, aku ingin membuatmu melihat sejauh apa aku berkuasa."
"Lepaskan ibuku! Dia tidak ada hubungannya dengan semua ini!" tegas Amanda.
"Oh ya? Kamu pikir apa yang aku dapat jika aku melepaskan ibumu yang tua itu hm?"
"Sepertinya temanmu juga bisa menjadi hiburanku yang menarik," lanjut Hilda.
"Jangan ganggu mereka. Urusan anda adalah aku. Apa yang kau inginkan?" tanya Amanda.
"Pergi."
Amanda menatap Hilda tajam.
"Pergi dari kehidupan putraku dan carilah pria yang bisa menerimamu, karena Raka tidak pantas untukmu!" ujar Hilda tegas.
Ia kembali memberikan cek kepada Amanda, namun kali ini nominalnya berbeda.
"Delapan Milyar, saya rasa ini harga yang pantas bahkan lebih untuk membayar kedua nyawa yang saat ini ada di genggam ku."
Amanda mengeratkan rahangnya. Saat ini ia harus mengutamakan nyawa ibu dan Sofi daripada harus mempertahankan hubungannya dengan Raka.
"Kau wanita jalang dan miskin tapi kau begitu sombong Amanda. Hanya demi egomu kau tidak mau menerima uang dariku, padahal uang itu dapat merubah hidupmu yang dibawah garis kemiskinan."
"Apakah kali ini kau tetap memilih egomu dan membiarkan dua nyawa mati sia-sia demi cinta bodoh mu itu?"
Amanda menahan kemarahan di dalam dirinya. Ia pun menatap Hilda dengan tajam.
"Mengapa kau sangat membenciku?" tanya Amanda.
"Karena kau miskin dan aku tidak suka melihat Raka mencintai gadis miskin sepertimu!"
"Delapan Milyar, dan pergi dari kehidupan putraku atau aku akan menghancurkan kedua orang yang kau cintai."
"Kau seperti psikopat, nyonya," cibir Amanda.
"Apa?" Hilda pun tersentak.
Amanda pun mengambil cek itu dengan kasar.
"Aku kasihan dengan Raka yang memiliki ibu psikopat sepertimu Nyonya," ujar Amanda tersenyum getir.
"Apa? Dasar wanita jalang yang tak tahu sopan santun!"
Amanda hanya tersenyum tipis.
"Terima kasih untuk uangnya, aku akan pergi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Anna Annawaliana
uangnya pake buat modal usaha Manda ,,bilang dulu sama Dito kalau mau pergi jauh
2025-09-21
0