Cek Lima Milyar

"Dasar kau perempuan jalang! Kau pembawa sial bagi anakku!" sentak nya seraya menunjuk Amanda.

"Tidak nyonya, ini kecelakaan—"

"Diam kau wanita jalang! Ini semua salahmu! Keluar dari kamar anakku sekarang!!"

"Tidak nyonya, saya mohon izinkan saya di sini. Saya ingin menunggu Raka hingga ia terbangun," sahut Amanda memohon.

"Putraku tidak butuh wanita jalang seperti mu! Keluar!!" sentak Hilda lalu menarik tangan Amanda dengan paksa.

Amanda berusaha menahan tubuhnya agar tidak terbawa oleh Hilda, tetapi karena ia baru sembuh dari sakit, tenaganya tidak sebanding dengan Amanda.

"Pergi kau! Menjauh dari anakku dan jangan pernah datang lagi!" teriak Hilda seraya menunjuk ke arah Amanda yang telah terjerembab di lantai.

Tanpa menunggu Amanda bangkit, Hilda pun menutup pintu kamar Raka dengan rapat.

"Tidak! Nyonya!" teriak Amanda beranjak dari tempatnya.

Beberapa menit Amanda berdiri di depan pintu, tapi Hilda tidak sekalipun membukanya. Hingga akhirnya Dito datang menghampiri gadis itu.

"Nona Amanda.."

Gadis itu menoleh, melihat Dito sedang menatapnya lembut.

"Aku ingin menemaninya Dito," lirih Amanda.

Dito memperhatikan Amanda sejenak. Ia tahu gadis di hadapannya itu adalah wanita yang begitu dicintai Raka, Tuannya.

Amanda Rabila hanyalah seorang pekerja sales. Tetapi Raka Adhitama, seorang pewaris Adhitama group itu begitu mencintainya. Wanita berparas cantik dan pekerja keras, Raka bahkan telah mengaguminya sejak duduk di bangku kuliah.

"Saya tahu nona, tapi nyonya Hilda bukanlah seseorang yang bisa dilawan," tutur Dito mengingatkan.

Amanda terdiam. Ia tahu bahwa Hilda sangat membencinya. Selain karena ia miskin, Hilda sangat membencinya karena Raka terlalu mencintai dirinya.

"Tuan Raka masih koma, beliau tidak bisa melindungi anda dari Nyonya Hilda, nona. Saya pun tak bisa banyak membantu anda karena kekuatan saya terbatas di hadapannya..." kata-kata Dito menggantung.

Pria itu menarik nafas sejenak.

"Lebih baik nona pulang, saya akan membantu mencari cara agar nona bisa kembali mengunjungi Tuan Raka," ujar Dito bijak.

Amanda menatap Dito beberapa saat, lalu ia pun menganggukkan kepalanya.

"Baiklah," sahut Amanda lalu ia pun pergi meninggalkan rumah sakit.

...----------------...

Keesokan harinya, Amanda menerima kabar dari Dito jika Hilda sedang tidak ada di rumah sakit. Ia pun segera pergi menemui Raka.

Setibanya di sana, Raka masih memejamkan mata. Dito mengatakan Raka masih dalam kondisi koma.

"Sampai kapan Raka seperti ini Dito?" tanya Amanda sendu.

"Dokter belum bisa memastikan, nona."

Amanda tertunduk. Ia menggenggam tangan Raka dengan erat.

Raka, aku sangat merindukanmu. Bisakah kau membuka matamu?

Amanda pun memutuskan untuk tetap berada di sana karena ia berharap Raka membuka matanya. Namun hingga dua jam berlalu, Raka masih setia menutup mata.

Tiba-tiba saja Hilda datang, dan lagi-lagi ia begitu marah melihat Amanda ada di kamar Raka.

"Perempuan jalang! Rupanya kau ini seperti rumput liar yang tak bisa diperingatkan dengan baik-baik," tutur Hilda dengan senyum miring di sudut bibirnya.

"Nyonya, saya tidak akan mengganggu. Saya hanya ingin menemani Raka—"

"Tidak perlu! Keluar atau aku akan membuat kau menyesal!" jawab Hilda, memotong ucapan Amanda.

Matanya melotot dengan urat-urat yang nampak di permukaan kulitnya yang putih.

Amanda pun mulai beranjak. Suara Hilda terlalu menggelegar suntuk sebuah kamar dengan pasien koma, sehingga Amanda tidak ingin memperpanjang lagi urusannya bersama Hilda, agar tidak mengganggu Raka.

Amanda berjalan lesu dan menahan kerinduannya. Beberapa hari tak bertemu dan berinteraksi dengan Raka, membuat hatinya terasa sepi.

Ia pun duduk di sebuah Cafe yang tak jauh dari rumah sakit. Matanya menatap meja dengan pandangan kosong, sambil memainkan sedotan yang ada di gelas jusnya.

Amanda mengingat bagaimana sikap Raka yang begitu mencintainya. Selalu membela dari apapun yang menyakitinya.

Terlalu banyak melamun, Amanda tak menyadari jika di hadapannya telah berdiri seseorang yang Amanda kenal.

"Gadis jalang," tutur seseorang yang Amanda bisa menebaknya, suara itu milik siapa.

Amanda menengadahkan kepalanya dan benar saja, Hilda sedang berdiri di depan meja sambil menatapnya. Tatapan itu penuh ejekan dan rasa jijik kepada Amanda, seolah gadis itu adalah kotoran hina yang harus dihindari.

Hilda pun merogoh tas mahalnya lalu  mengeluarkan selembar cek kepada Amanda. Ia meletakkannya dengan kasar di atas meja.

"Lima milyar," tutur Hilda.

Amanda terdiam seraya memandang lembaran kecil itu.

"Ini cek berisi uang lima milyar. Semua ini milikmu, asalkan kau mau pergi dari kehidupan putraku selamanya."

Apa?

Terpopuler

Comments

Sunaryati

Sunaryati

Sombong amat

2025-10-02

0

Anna Annawaliana

Anna Annawaliana

kejam nyonya hilda

2025-09-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!