"Aku belum puas melihat kamu hancur, Sayang." Clara masuk dengan gerakan menyebalkan. Gayanya sok berkuasa, seakan telah berhasil memenangkan pertempuran. Ekspresi berpuas diri juga tak terbantahkan muncul di wajahnya yang sangat glowing.
Di belakangnya, ibu Clara yang bernama Mila juga masuk dan memandangi seisi ruang tamu dengan pandangan merendahkan.
Beny mendengus, memandang Clara tanpa putus. "Apa maumu, Clara?"
Clara menyandarkan badan di dinding. "Tidak ada!" jawab Clara sombong.
"Ini yang kamu bilang saingan kamu?" sahut Mila seraya menatap Beby dari atas sampai bawah. "Pantas Revan selingkuh, penampilan kamu udik sekali! Jelas Revan pilih Clara, setidaknya tidak malu-maluin jika diajak datang ke acara besar! Secara keluarga Revan orang terpandang, jelas mereka setuju saja pas kamu minta pernikahan itu batal!"
Beby syok. Berita pembatalan pernikahan itu sudah menyebar rupanya.
"Katanya kamu akan dipenjara kalau tidak mampu bayar 500 juta, ya?"
Ucapan mengejek Clara menusuk telinga Beby hingga ke hatinya. Ternyata Galih memang sudah tahu hubungan Revan dan Clara sehingga hal sedetail itu Clara tahu.
"Mau dibayar pake apa? Rumah saja KPR 15 tahun, kerja gaji UMR kabupaten! Mana kabupaten terpencil juga, gajinya nggak seberapa!" Mila mencibir. "Kecuali menjual diri, baru bisa bayar! Itupun nggak mungkin ada yang mau bayar 500 juta dengan tampilan kumel begini!"
Kepala Beby mendidih. Ini dua orang apa tidak punya kerjaan lain apa gimana? Malam-malam datangi rumah orang hanya untuk menertawakan kesedihan orang. Benar-benar gabut mereka.
"Benar kata Mami ...," ujar Clara sembari terkekeh penuh ejekan. "Sekalipun masih perawan, hanya orang yang uangnya sisa doang yang mau bayar 500 juta dalam semalam."
Hari dimana seharusnya Beby menikah, justru anak itu duduk dengan santai di kamar pengantinnya di hotel yang sedianya hari ini telah ia batalkan. Ia hanya menggenggam satu kepastian. Pria itu tidak akan menolak permintaannya.
Menit demi menit berlalu, hingga akhirnya seseorang berperawakan tinggi besar dan memakai masker masuk ke kamar yang telah didekorasi dengan baik layaknya kamar pengantin tersebut.
"Katakan apa maumu?!" Pria yang tak lain adalah ayah Clara memindai ruangan penuh rasa curiga.
"Ini putri Bapak, bukan?"
Danuarga Saptaji menahan gusar saat melihat ponsel di tangan gadis muda di hadapannya ini.
"Saya tahu Bapak adalah anggota dewan perwakilan rakyat, nama baik Bapak mesti dijaga, tapi dengan video ini ditangan saya, saya tidak bisa menjamin Bapak bisa tidur dengan tenang!" ancam gadis muda itu lagi.
"Tapi—"
"Saya mau Bapak menikah dengan saya, menggantikan posisi pacar saya yang telah ditiduri putri Bapak!"
What? Alis Danu berjengit saking tak percaya.
"Saya tidak peduli Bapak berkeluarga atau tidak, saya hanya mau Bapak bertanggung jawab atas kelakuan putri Bapak!" sambung gadis itu lagi.
Danu terenyak menatap mata gadis muda ini.
"Jika Bapak tidak mau, maka saya akan menyebarkan video ini di media sosial!"
"Tunggu dulu!" tahan Danu seraya melepas masker yang menutupi wajahnya. "Kau sengaja merekam—"
"Semua ini memang putri anda rencanakan, jadi saya juga berhak membalas kebaikan putri anda, kan?"
Beby menatap Danu penuh rasa puas, apalagi pria itu saat ini menghadapi pemilihan umum Legislatif, pasti ia tidak akan main-main. Beby tidak tahu sekaya apa mereka, tapi uang milyaran pasti tidak sedikit juga bagi mereka.
"Jika Bapak tidak bersedia, ya sudah, saya tidak memaksa, tapi dua video ini akan menghancurkan semua yang bapak rencanakan!" Beby memainkan flashdisk ditangannya. "Padahal, Bapak hanya perlu duduk di kursi pengantin saya, lalu semuanya beres. Saya bahkan tidak menuntut apa-apa dari Bapak selain pertanggungjawaban atas perbuatan putri Bapak yang tersayang itu."
Danu tercekat sejenak. Ia masih sedikit pusing dengan urusan kampanye dan hal-hal yang berkaitan dengan pileg. "Bagaimana dengan kompensasi berbentuk uang! Saya bayar kamu 100 juta, bagaimana?"
Beby menggelengkan kepalanya berulangkali. "Jangan buang-buang waktu Bapak untuk memikirkan hal yang jalan keluarnya telah ada di depan mata, Pak! Mari kita datangi penghulu, beri mereka uang tutup mulut, lalu semuanya selesai dengan damai! Saya juga akan diam saja bahkan tanpa Bapak kasih uang tutup mulut! Simpan saja 100 juta Bapak untuk biaya kampanye!"
Danu menatap Beby sejenak, sebelum menghela napas dalam dan mengangguk setuju.
"Baik, tapi aku benar-benar ingin seluruh video itu musnah setelah kita menikah!"
Beby menarik salah satu sudut bibirnya. "Itu perkara gampang! Jadi mari kita menikah dulu!"
Apa Danu punya pilihan lain? Disaat dia sedang mengikuti pemilu nama baiknya harus terjaga sebaik mungkin. Seluruh anggota keluarga Danu harus dalam kondisi bersih tanpa terlibat skandal apapun. Ia hanya menghela napas untuk melegakan sesak di dadanya yang mendadak menyerang. Lantas ia segera mengikuti gadis di depannya ini menuju ruangan yang sudah dihias sedemikian rupa untuk memberitahukan beberapa perubahan.
Melihat Danu disana, beberapa orang petugas dari kantor Urusan agama dibuat kaget. Mereka saling pandang, tetapi segera Danu dekati dan diajak berbicara dalam waktu yang relatif singkat hingga akad nikah pun terlaksana. Bahkan Danu mengikuti rangkaian acara meski tamunya hanya berapa.
Hingga hari menjelang sore, Danu menerima dua buku nikah yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama pun telah tiba diantarkan seseorang.
Danu menatap buku nikah ditangannya yang selama ini belum pernah ia punya. Ia dan Mila hanya menikah siri tapi mereka tidak pernah berhubungan layaknya suami istri meski tinggal satu rumah beberapa tahun sebelum akhirnya punya rumah masing-masing. Yap, itu karena Soeroso masih hidup jadi mereka pura-pura harmonis. Mila adalah cucu dari walikota masa Orde Baru, putri dari ketua umum partai yang telah lama berkecimpung di dunia politik. Selain anggota dewan di kabupaten ini, ayah dari Mila—Soeroso, adalah sesepuh yang dituakan orang-orang penting kota.
Danu dulunya hanya orang partai biasa. Tertolong badan bagus, wajah yang cukup tampan diusia 20 tahun. Soeroso memanfaatkan kepolosan Danu dan menikahkannya dengan Mila yang saat itu telah mengandung Clara. Usia Mila terpaut 15 tahun dengan Danu dan itu adalah pernikahan ke 3 Mila.
Hal-hal di dunia politik pun membuat Danu muak dan enggan memikirkan kehidupan pribadinya apalagi setelah dicap sebagai suami yang baik bagi Mila dan ayah yang penyayang bagi Clara. Ditambah, setelah karir Danu melesat, Mila bersikap seolah dia adalah istri yang sesungguhnya bagi Danu. Posesif, cemburuan, dan mengatur Danu semaunya. Semasa Soeroso hidup, bahkan Danu tidak berani berbuat banyak sebab ayah mertuanya itu selalu menekannya.
Kini, setelah Soeroso berpulang, Danu seperti menemukan dirinya yang lama hilang. Ia bisa menentukan jalan hidupnya semaunya. Hidupnya yang baru belum lama dicecap, kini, seorang gadis muda datang dan bersiap meruntuhkan hidupnya dengan memakai Clara sebagai kambing hitam.
"Ini flashdisk nya, Pak."
Sebuah benda kecil berwarna hitam terulur ke depan muka Danu, membuat Danu yang sibuk mengamati buku nikah itu segera mendongak. Beby telah melepas atribut pernikahan singkatnya. Ia juga telah selesai memberi arahan pada petugas catering untuk membagikan makanan dan souvenir di jalan depan hotel.
"Sekarang Bapak percaya saya, kan?" Beby menarik tangan Danu dan meletakkan flashdisk di telapak tangan. "Ya, sudah! Karena semua sudah deal, jadi saya permisi pulang, Bapak Danu yang terhormat!"
Beby berniat segera dan melanjutkan misi balas dendamnya pada Galih dan Revan. Pertama kali, dia harus menemui Galih untuk memberitahu bahwa uang vendor telah dibayar lunas secara langsung dengan menunjukan bukti kuitansi pembayaran. Beby secara blak-blakan meminta kuitansi tersebut pada vendor sebab keuangan mulai sekarang dia yang pegang. Haha, rasanya puas sekali mengerjai beberapa orang hari ini. Dia hanya berharap tidak kualat saja di kemudian hari.
Namun, Danu menahan Beby. "Kamu serius tidak menuntut apapun selain menjadi pengganti pengantin priamu?"
Beby menoleh seraya menaikkan kedua alisnya bersamaan. "Emm, kalau saya ada perlu, nanti akan saya beritahu, tapi saat ini cukup! Bapak lanjutkan saja kampanyenya dan semoga Bapak menang! Nanti saya akan coblos Bapak biar makin banyak suaranya!"
Entah kenapa senyum Beby yang polos itu membuat Danu sedikit tergerak hatinya. Ada rasa geli muncul di sudut hatinya. Ucapan lucu gadis ini juga mengubah penilaian Danu.
Beby siap pergi, tetapi Danu kali ini mencekal tangannya secara spontan. Tidak tahu, itu hanya refleks dirinya saja.
"Biar saya simpan nomor hapemu!" Danu mengambil ponsel pribadinya, "sebutkan, nanti saya hubungi kamu!"
Beby sekali lagi hanya menaikkan alisnya, sebelum menyebutkan serangkaian nomor ponselnya.
"Ya sudah, Pak ... saya permisi beneran ini! Sudah mau magrib, saya takut telat pulang! Nanti dicariin mama!" kelakarnya renyah.
Danu pun membiarkan Beby pulang. Namun ketika Beby lenyap dari pandangan, ia menghubungi seseorang untuk membuntuti Beby dan memberitahu apa yang Beby lakukan. Entahlah, dia penasaran.
"Harusnya kamu menangis kan, Beby?" Bagaimanapun, dikhianati kekasih adalah suatu hal yang menyakitkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
beby hanya minta dinikahin? tidak punya tuntutan apapun? se nekad itu?
2025-09-13
0
Ratu Tety Haryati
Eeeh... ternyata di sini adalagi ibu dan anak yg lebih parah
2025-09-27
2
D_wiwied
hmm benar-benar cocok mereka, pasangan yg sangat serasi.. yg satu bapak anak sama gilanya yg satunya lg ibu dan anak yg ga kalah licik+ gilanya
2025-09-21
3