Rahasia besar

Latisha mendapat pesan dari Bi Yuni jika Sageon kini sedang berada di rumah sakit. Putra nya itu ternyata mengalami alergi setelah mengkonsumsi udang yang berada dalam isian sandwich yang ia makan. Padahal selama ini Latisha selalu menjaga pola makan Sageon, ia dan Drakara sudah tahu jika putranya itu alergi terhadap udang, ia sendiri tidak mengerti kenapa putranya itu bisa alergi terhadap udang padahal dirinya dan Drakara bahkan sangat menyukai udang dan seafood lain nya. Tak ingin terlalu memikirkan hal itu, Latisha memutuskan untuk mengunjungi putranya yang berada di rumah sakit. Sebagai seorang ibu ia tentu khawatir dengan keadaan putranya. Meski Sageon selalu menyakiti hatinya namun tetap saja Latisha sangat mengkhawatirkan dan menyayangi Putra semata wayangnya itu. Bi Yuni sudah memberitahukan di mana Sageon dirawat, hingga Latisha pun segera melajukan kendaraannya menuju rumah sakit yang tadi disebutkan Bi Yuni.

Tak berapa lama dia sudah tiba di rumah sakit lalu dia pun segera menuju ruangan tempat di mana Putranya dirawat. Baru saja Latisha akan mengetuk pintu ruangan putranya saat ia mendengar suara seseorang dari dalam sana. Latisha mengurungkan niat nya mengetuk pintu tersebut saat dia mendengar suara mertuanya tengah berbincang dengan suara yang sedikit berbisik namun ia masih bisa mendengar karena sepertinya kedua mertuanya tersebut tengah berbicara di balik pintu ruangan putranya.

"Jangan sampai Drakara curiga dengan alergi yang dialami Sageon." Suara Nurcelia yang pertama kali Latisha dengar.

"Tidak perlu khawatir, Drakara sudah mengetahui Sageon alergi udang sejak lama. Tapi dia tidak pernah curiga jika alergi yang dialami Sageon itu turunan dari ayah kandungnya." Kali ini Latisha mendengar suara Bhaskara, ayah mertuanya.

Deg... Dada Latisha berdebar dengan kencang saat ia mendengar perkataan Bhaskara. Apa maksud Bhaskara yang mengatakan jika Sageon menuruni alergi ayah kandungnya? setahu dirinya Drakara tidak memiliki alergi terhadap udang, dia bahkan menyukai olahan seafood sama seperti dirinya.

Jangan bilang jika sebenarnya Sageon bukanlah anak kandung dirinya dan juga Drakara. Tapi jika Sageon bukan anak nya, lalu dimana bayi laki-laki nya yang ia lahirkan lima tahun yang lalu?

Latisha berusaha menguatkan dirinya untuk tidak menerobos masuk ke dalam ruangan Sageon. Ia ingin tahu ada rahasia apa yang sebenarnya disembunyikan oleh kedua mertuanya tersebut.

"Untunglah kalau seperti itu. Aku tidak ingin rencana ku gagal. Aku tidak menyukai keluarga miskin itu, apalagi memiliki cucu dari wanita miskin seperti Latisha dan juga Radmila." Ujar Nurcelia.

"Aku pikir kamu menyukai Radmila karena kamu seperti nya merestui hubungan Drakara dan gadis itu." Ujar Bhaskara.

"Sudah gila jika aku merestui mereka. Aku hanya memanfaatkan kehadiran Radmila untuk menghancurkan rumah tangga Drakara dan Latisha. Setelah mereka bercerai, Aku akan segera menendang Radmila dan aku akan meminta menantu kita Rimona untuk segera pulang ke tanah air. Sudah cukup lama dia berada disana. Dan sekarang Sageon juga sudah besar, Rimona tak perlu lagi repot mengurusnya. Tugas Latisha sudah selesai mengurus Sageon hingga cucu kita sebesar ini. Sekarang sudah waktunya kita menyingkirkan menantu yang tak pernah kita inginkan itu. Aku hanya ingin Rimona yang menjadi menantu kita satu-satunya. Hanya dia yang cocok menjadi menantu kita, Rimona berasal dari keluarga kaya raya dan terpandang beruntungnya Bricio menikahi Rimona. Tapi sayang nya Bricio tak berumur panjang." Terdengar desahan Nurcelia.

Latisha ingat dengan adik ipar nya yang bernama Bricio. Adik iparnya itu telah menikah terlebih dahulu dan tinggal di Singapura. Setelah kepergian Bricio untuk selamanya, istrinya yang bernama Rimona pun tak pernah kembali ke tanah air.

Namun Latisha tidak pernah tahu jika Bricio dan Rimona memiliki Putra yang sekarang ia yakini jika Sageon adalah putra dari adik ipar nya itu. Jadi selama ini ia dan suaminya telah merawat dan membesarkan anak orang lain, lalu kemana mertuanya membawa sang putra? Apa mungkin mereka telah menghabisi nya karena mereka tidak suka dengan kehadiran putranya itu? ia harus mencari tahu masalah ini terlebih dahulu. Inginnya ia langsung bertanya kepada kedua mertua jahatnya itu. Tapi ia yakin jika ia langsung bertanya pada keduanya mereka tidak akan mungkin mengatakan yang sejujurnya. Latisha akan berusaha untuk mencari tahu sendiri. Ia akan berpura-pura tidak tahu apa-apa. Masalah ini sepertinya bisa ia manfaatkan untuk balas dendam kepada Drakara yang telah mengkhianati nya. Andai suatu hari nanti Drakara tahu jika putra yang selama ini ia sayangi ternyata bukan anak kandungnya, apa yang akan ia lakukan? Apa ia akan hancur sama sepertinya saat ini? Karena setahunya Drakara memang tidak menyukai adik nya. Dan ternyata sejahat ini ia telah mengedarkan anak dari adik nya itu.

Latisha memutuskan untuk tidak jadi menjenguk Sageon. Ia berbalik dan memutuskan untuk kembali ke apartemennya namun dari jauh ia melihat Drakara dan Radmila yang tengah melangkah mendekatinya. Latisha pun segera berbelok dan melipir untuk menghindari kedua orang tersebut. Latisha bersembunyi di balik pilar, ia berharap Drakara tidak melihat kehadirannya, dan beruntung ia karena pria itu seperti nya memang tidak melihatnya. Latisha bisa mendengar Drakara yang menggerutu memaki dirinya yang tak juga datang meskipun sudah diberitahu oleh Bi Yuni bahwa Sageon sedang berada di rumah sakit.

"Latisha memang keterlaluan. Ibu macam apa dia? anaknya terbaring di rumah sakit dia malah tidak datang menjenguk." Ujar Drakara kesal.

"Yah begitulah Mbak Latisha seperti yang kamu tahu dia itu memang tidak terlalu memperhatikan Sageon itu lah mengapa kini Sageon lebih dekat dengan ku." Ujar Radmila semakin memprovokasi Drakara yang tengah emosi. Latisha yang mendengar pembicaraan kedua orang itu hanya bisa mencibir. Memang benar jika Sageon tidak dekat dengannya akhir-akhir ini karena ia yakin jika sikap bocah itu berubah padanya pasti di karenakan provokasi Radmila dan juga Agniya. Tapi sekarang ia tak peduli lagi, toh Sageon bukan putra kandungnya. Pantas saja ikatan batin diantara mereka tidak terlalu kuat karena ternyata bocah itu memang bukan darah dagingnya. Tapi meski begitu, lima tahun merawat dan menjaga Sageon dengan sepenuh hati, membuat Latisha tak mungkin bisa menghilangkan rasa kasih sayangnya kepada putra nya itu. Ia menyayangi Sageon tulus hanya saja kini ia tak lagi sakit hati dengan perlakuan Sageon padanya. Setelah Drakara dan Radmila melewatinya, Latisha bergegas meninggalkan tempat itu. Namun ia baru teringat jika dulu, ia melahirkan di rumah sakit ini. Tidak ada salahnya jika ia mulai mencari informasi tentang putra nya. Jika benar putranya telah di celakai orang tua Drakara, maka Latisha tak akan tinggal diam. Ia akan membalas mereka lebih kejam. Kini ia tak lagi mengkhawatirkan apa-apa. Ia hanya hidup sebatang kara. Tak ada siapapun yang harus ia khawatirkan seandainya ia hancur karena balas dendam yang ia lakukan nanti. Ayah nya sudah sejak awal tak mempedulikan nya begitupun dengan suaminya yang malah mengkhianatinya. Putranya yang ia sayangi sepenuh hati pun ternyata bukan anak kandung nya. Jadi tak ada alasan ia untuk ragu menghancurkan mereka semua, meski pada akhirnya ia pun akan ikut hancur bersama mereka, tak mengapa.

Latisha masih mengingat dokter yang menangani persalinannya lima tahun yang lalu ia berharap dokter itu masih bertugas di rumah sakit ini. Latisha segera bertanya kepada salah satu staf rumah sakit yang ia temui. Beruntung nya dokter Sania yang menangani persalinan nya dulu masih bertugas di rumah sakit ini, Ia pun segera menuju ruangannya. Dengan sabar Latisha menunggu dokter Sania menyelesaikan tugasnya. Ia sudah memberitahu asisten nya bahwa ia ingin bertemu dengan dokter Sania.

Latisha beranjak dari duduknya saat asisten dokter Sania memanggilnya. Ia pun segera masuk ke dalam ruangan dokter wanita paruh baya itu.

"Selamat sore dok. Apa dokter masih mengingat saya?" Latisha menatap dokter tersebut yang kini tengah memandang ke arahnya.

"Maafkan saya, saya tidak mengenal Anda. Mohon Anda memaklumi karena saya memiliki banyak pasien yang terkadang saya tidak bisa mengingat semua nya." Dokter Sania terkekeh.

"Saya mengerti dok, anda tidak perlu meminta maaf. Saya yang harus nya minta maaf karena menganggu waktu dokter. Tapi saya sangat memerlukan bantuan dokter. Saya ingin memastikan sesuatu yang menganggu pikiran saya saat ini." Latisha menjeda kalimatnya. Ia berusaha menenangkan diri dengan menghela nafas nya dalam-dalam lalu mengeluarkan nya perlahan.

"Saya ingin menanyakan apakah bayi saya masih hidup saat dilahirkan? Saat itu saya melahirkan di sini dan ditangani oleh dokter. Tepatnya lima tahun yang lalu dan saat ini saya baru mengetahui jika putra yang selama ini saya rawat dan saya kasihi ternyata bukan putra kandung saya." Latisha melanjutkan perkataannya. Ia langsung mengatakan tujuannya bertemu dengan dokter Sania.

Sejenak dokter paruh baya itu terdiam. Ia masih menatap Latisha dengan tatapan yang tak bisa di artikan. Tapi sepertinya ia tengah mengingat kejadian lima tahun yang lalu.

"Maksud Anda apa mungkin bayi Anda tertukar di rumah sakit ini?" Dokter Sania bertanya.

"Tidak seperti itu dok. Maksud saya, saya hanya ingin memastikan apakah bayi saya masih hidup atau tidak. Mengenai anak yang selama ini saya rawat itu adalah ulah mertua saya. Mereka menukar bayi saya dengan bayi adik ipar saya. Hanya saja saya ingin memastikan apakah bayi saya masih hidup atau tidak saat saya lahirkan? Saya tidak bisa langsung menanyakan masalah ini kepada mertua saya karena saya yakin mereka tidak akan mengatakan yang sebenarnya. Jadi saya memutuskan untuk mencari tahu sendiri." Ujar Latisha. Ia berharap dokter Sania mau membantu nya dan mengingat kejadian lima tahun yang lalu. Ia hanya ingin memastikan apakah putra yang ia lahirkan itu masih hidup atau memang sudah tiada saat di lahirkan.

Dokter Sania pun paham dengan maksud Latisha. Ia merasa kasihan dengan wanita yang berada dihadapan nya itu. Ia segera meminta asisten nya untuk mengecek laporan pasien nya selama ini. Dengan cepat asistennya itu langsung menuruti perintah sang dokter. Ia mencari rekam medis Latisha setelah ia bertanya tentang biodata Latisha.

Hampir setengah jam menunggu, akhirnya asisten tersebut menunjukan sesuatu kepada dokter Sania.

Dokter Sania pun menganggukkan kepalanya dan berterima kasih kepada asistennya itu lalu ia menatap Latisha yang terlihat penasaran.

"Dari rekam medis yang masih tersimpan dalam file saya, tertulis jika Anda melahirkan bayi laki-laki yang sehat dengan panjang lima puluh dua senti meter dan berat dua koma delapan kilo gram. Keadaan putra anda sehat dan tidak kekurangan suatu apapun." Jelas dokter Sania. Latisha pun tersenyum lega ternyata bayinya masih hidup saat di lahirkan. Sekarang tugas nya adalah mencari tahu di mana kini putra nya berada.

"Terima kasih dok, terima kasih banyak atas bantuan Anda. Kalau begitu saya permisi." Latisha segera undur diri dari hadapan dokter Sania.

Sepertinya ia harus menyewa seorang detektif untuk menggali informasi tentang keberadaan putranya. Latisha tahu jika ia membutuhkan banyak biaya untuk membayar seorang detektif. Jadi sekarang ia harus bersabar terlebih dahulu dan mengumpulkan uang sebanyak - banyak nya. Inti nya ia harus cepat mendapatkan pekerjaan dan mendapatkan penghasilan, ia sudah berusaha dengan mengirimkan CV nya ke beberapa perusahaan. Ia berharap dapat kabar baik secepat nya. Sebenarnya bisa saja ia menuntut harta gono gini dari Drakara, tapi sepertinya hal itu akan memakan waktu lama dan sulit ia lakukan. Terlebih Drakara seperti nya tak menginginkan perpisahan diantara mereka. Terkadang Latisha tak mengerti dengan jalan pikiran Drakara. Jika ia sudah tak menginginkannya lagi kenapa dia tak melepaskannya? Apa mungkin dia takut hartanya harus terbagi dua dengannya? Jika memang seperti itu ia berjanji tak akan menuntut harta dari Drakara asalkan ia bisa segera lepas dari pria toxic yang selalu menyakiti nya itu.

Latisha kembali melajukan kendaraannya menuju apartemen. Beberapa panggilan dari Bi Yuni ia abaikan karena saat ini ia sedang fokus mengendarai mobilnya. Setelah tiba di basement, ia segera memarkirkan mobilnya, dan segera turun dari kendaraannya.

Latisha menghembuskan nafasnya perlahan saat mengingat rahasia besar yang baru saja ia ketahui. Karena tak fokus berjalan, Latisha menabrak seorang anak kecil yang berlari ke arahnya.

"Astaga, maaf." Latisha langsung berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan bocah tersebut. Hati Latisha langsung bergetar saat ia menatap bocah laki-laki yang mengerjapkan matanya lucu.

"Tidak apa-apa. Harus nya Akta yang minta maaf sama Tante. Akta tadi lari -lari. Padahal papa udah ingetin jangan lari." Dengan suara yang menggemaskan bocah itu berkata. Latisha sendiri begitu terpesona dengan bocah tampan itu.

"Gak papa. Kita berdua memang salah. Akta udah maafin Tante kan? Maaf karena tadi Tante jalan nya gak fokus, Jadi nabrak Akta yang lari. Kedepan nya, Akta jangan lari-lari lagi kayak gini ya, nanti papa Akta bingung nyariin." Latisha mengusap rambut Akta yang terasa halus di tangan nya.

"Oke Tante cantik. Akta akan ingat pesan nya tante." Bocah itu pun tertawa memamerkan gigi putih nya yang terlihat rapi.

"Astaga Akta, kamu di sini ternyata. Papa nyariin kamu kemana-mana sayang." Tiba-tiba seorang pria langsung memeluk bocah kecil itu dengan sayang.

"Maafin Akta ya pa. Akta gak dengerin papa, jadi tadi Akta nabrak Tante cantik." Ujar bocah itu sambil menunjuk ke arah Latisha. Sontak saja pria yang dipanggil papa oleh Akta itu pun melirik ke arah Latisha. Ia baru menyadari jika ada seorang wanita cantik bersama putranya.

"Maafkan putra saya nona." Pria itu memohon maaf kepada Latisha.

"Eh iya, gak papa kok. Tadi saya juga salah karena gak fokus jalan." Ujar Latisha.

"Astaga Akta, mama bilang jangan lari-lari. Kamu itu bandel ya." Tiba-tiba seorang wanita datang dan langsung memarahi Akta, hingga membuat bocah itu terlihat ketakutan.

"Sudahlah, jangan terlalu keras sama Akta." Papa nya Akta langsung menegur wanita yang Latisha yakini Mama nya Akta. Dalam hati ada kekecewaan yang Latisha rasakan. Karena tadi ia sempat berpikir mungkin saja Akta adalah putranya karena saat pertama kali melihat Akta, hatinya bergetar.

Episodes
1 Putraku tak menginginkanku
2 Meninggalkan masa lalu
3 Awal mulanya salah pilih
4 Rahasia besar
5 Bocah kecil
6 Suasana tegang
7 Bercerai?
8 Masih mencintai
9 Pura-pura bodoh
10 Milikku
11 Rujuk?
12 Menemukan sesosok wanita
13 Sangat merindukan
14 Tanggung jawab
15 Awal baru lembaran
16 Kebenaran dan sakit
17 Masalalu
18 Paksaan
19 Dijodohkan
20 Bersama
21 DNA
22 Wanita Itu
23 Hamil?
24 Harapan Pupus
25 Dibenci
26 Dimanfaatkan
27 Memaafkan
28 Amplop Coklat
29 Pengakuan
30 Berita Buruk
31 Pindah
32 Disembunyikan
33 Fakta Siapa Sebenarnya?
34 Jangan Pedulikan
35 Memantapkan Hati
36 Bingung Sendiri
37 Dilanda Kecemasan
38 Pertanggungjawaban
39 Mengurung diri
40 Melabrak
41 Berpura-pura
42 Bertahan Hidup
43 Terlihat Menyedihkan
44 Jatuh Cinta
45 Membutuhkan Psikiater
46 Berita Keluarga
47 Apa karena dia?
48 Tetap Pada pendirian
49 Perjuangan?
50 Ternyata
51 Manfaatkan Kesempatan
52 Sahabat
53 Ulah diri Sendiri
54 Sesuatu yang Sebentar
55 Menodai Kepercayaan
56 Aku Benci Kamu dan Keluargamu
57 Senyum-senyum sendiri
58 Penuh Kasih Sayang
59 Istimewa
60 Perhatian Yang Tersembunyi
61 Kedekatan Yang Menakutkan
62 Sifat asli
63 Penyesalan Selalu Ada di Akhir
64 Kehancuran berada di Depan Mata
65 Akhir Kehidupan
66 Khawatir
67 Penculikan
68 Korban Kecelakaan
69 Orang yang Menghancurkan Hidupku
70 Kembali ke Kediaman
71 Sekertarisku
72 Cucuku
73 Dasar Tak Tau Diri
74 Putra Kita
75 Takdir
76 Keras Kepala
77 Kejadian Lampau
78 Tak Tahu Malu
79 Keinginan dan kecemburuan Buta
80 Papa dan Mamaku
81 Senyum Kemenangan
82 Keras Kepala ditambah Egois
83 Penerus Mahaprana
84 Jatuh Miskin?
85 Kepemimpinan Perusahaan
86 Meragukan Drakara
87 Selembar Kertas
88 Mungkin Salah Orang
89 Kekhawatiran yang Sesungguhnya
90 Ketakutan Terbesar
91 Jalan Pikiran
92 Mengganti Nama
93 Kesepakatan
94 Hidup Sederhana
95 Terbujur Kaku
96 Senyum Dan Air mata
97 Berubah Menjadi Lebih Baik
98 Dulunya Berteman
99 Bukan Wanita Baik
100 Iri dan Kebencian
101 Karier
102 Darah yang Cocok
103 Bangga pada Diri Sendiri
104 Hasilnya 99%
105 Ibu Tiri?
106 Marah, Kecewa, Sedih sekaligus Takut
107 Panggil Tante dengan Sebutan Mama!
108 Air Mata Bahagia
109 Tante Cantik
110 Saling Menyukai
111 Perasaan tak Enak
112 Obat Terapis
113 Orang yang Sama
114 Meninggalkan
115 Rasa Iba
116 Menghapus Rasa Kecewa
117 Bersama
118 Calon Istri
119 Akhir yang Manis
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Putraku tak menginginkanku
2
Meninggalkan masa lalu
3
Awal mulanya salah pilih
4
Rahasia besar
5
Bocah kecil
6
Suasana tegang
7
Bercerai?
8
Masih mencintai
9
Pura-pura bodoh
10
Milikku
11
Rujuk?
12
Menemukan sesosok wanita
13
Sangat merindukan
14
Tanggung jawab
15
Awal baru lembaran
16
Kebenaran dan sakit
17
Masalalu
18
Paksaan
19
Dijodohkan
20
Bersama
21
DNA
22
Wanita Itu
23
Hamil?
24
Harapan Pupus
25
Dibenci
26
Dimanfaatkan
27
Memaafkan
28
Amplop Coklat
29
Pengakuan
30
Berita Buruk
31
Pindah
32
Disembunyikan
33
Fakta Siapa Sebenarnya?
34
Jangan Pedulikan
35
Memantapkan Hati
36
Bingung Sendiri
37
Dilanda Kecemasan
38
Pertanggungjawaban
39
Mengurung diri
40
Melabrak
41
Berpura-pura
42
Bertahan Hidup
43
Terlihat Menyedihkan
44
Jatuh Cinta
45
Membutuhkan Psikiater
46
Berita Keluarga
47
Apa karena dia?
48
Tetap Pada pendirian
49
Perjuangan?
50
Ternyata
51
Manfaatkan Kesempatan
52
Sahabat
53
Ulah diri Sendiri
54
Sesuatu yang Sebentar
55
Menodai Kepercayaan
56
Aku Benci Kamu dan Keluargamu
57
Senyum-senyum sendiri
58
Penuh Kasih Sayang
59
Istimewa
60
Perhatian Yang Tersembunyi
61
Kedekatan Yang Menakutkan
62
Sifat asli
63
Penyesalan Selalu Ada di Akhir
64
Kehancuran berada di Depan Mata
65
Akhir Kehidupan
66
Khawatir
67
Penculikan
68
Korban Kecelakaan
69
Orang yang Menghancurkan Hidupku
70
Kembali ke Kediaman
71
Sekertarisku
72
Cucuku
73
Dasar Tak Tau Diri
74
Putra Kita
75
Takdir
76
Keras Kepala
77
Kejadian Lampau
78
Tak Tahu Malu
79
Keinginan dan kecemburuan Buta
80
Papa dan Mamaku
81
Senyum Kemenangan
82
Keras Kepala ditambah Egois
83
Penerus Mahaprana
84
Jatuh Miskin?
85
Kepemimpinan Perusahaan
86
Meragukan Drakara
87
Selembar Kertas
88
Mungkin Salah Orang
89
Kekhawatiran yang Sesungguhnya
90
Ketakutan Terbesar
91
Jalan Pikiran
92
Mengganti Nama
93
Kesepakatan
94
Hidup Sederhana
95
Terbujur Kaku
96
Senyum Dan Air mata
97
Berubah Menjadi Lebih Baik
98
Dulunya Berteman
99
Bukan Wanita Baik
100
Iri dan Kebencian
101
Karier
102
Darah yang Cocok
103
Bangga pada Diri Sendiri
104
Hasilnya 99%
105
Ibu Tiri?
106
Marah, Kecewa, Sedih sekaligus Takut
107
Panggil Tante dengan Sebutan Mama!
108
Air Mata Bahagia
109
Tante Cantik
110
Saling Menyukai
111
Perasaan tak Enak
112
Obat Terapis
113
Orang yang Sama
114
Meninggalkan
115
Rasa Iba
116
Menghapus Rasa Kecewa
117
Bersama
118
Calon Istri
119
Akhir yang Manis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!