Awal mulanya salah pilih

Sudah satu minggu lebih sejak kepergian Latisha namun wanita itu tak juga kembali ke rumah mereka, malah Drakara menerima surat panggilan dari pengadilan agama. Drakara yang emosi langsung merobek surat panggilan tersebut, ia tak terima dengan langkah Latisha yang sudah menggugat cerai dirinya ke pengadilan agama, bagaimanapun caranya ia harus menggagalkan gugatan cerai tersebut.

Selama seminggu itu pula hidupnya dan Sageon menjadi kacau.

"Untuk apa saya membayar mahal kalian jika kalian tidak bisa membuatkan saya sarapan yang biasanya nyonya kalian buat." Drakara menatap tajam asisten rumah tangga nya yang terlihat ketakutan karena baru kali ini Drakara marah-marah kepada mereka. Sebelumnya Drakara selalu tenang dan tak pernah mengurusi urusan dapur. Namun semenjak Latisha pergi, semua urusan rumah selalu saja banyak masalah. Terutama soal makanan yang biasa ia konsumsi.

"Telpon ibu. Katakan padanya kapan dia pulang? Apa dia tidak punya hati nurani meninggalkan suami dan putranya kelaparan?" Drakara menatap tajam Bi Yuni yang berdiri paling dekat dengannya. Sementara tiga asisten rumah tangga lainnya berdiri agak jauh di belakang Bi Yuni. Mereka terlihat ketakutan dengan Drakara yang tengah emosi. Bi Yuni yang menundukkan kepalanya langsung mendongak saat Drakara memintanya menghubungi Latisha.

"Ayo cepat. Hubungi ibu." Perintah Drakara sekali lagi. Dengan tangan yang sedikit gemetar, Bi Yuni pun segera menghubungi Latisha.

Pada panggilan pertama, Latisha langsung menerima panggilan dari Bi Yuni. Drakara yang melihatnya pun semakin kesal karena Latisha langsung mengangkat telpon dari Yuni, Sedangkan puluhan telpon darinya tak pernah Latisha tanggapi.

"Hallo Bu. Maaf mengganggu. Saya di suruh bapak menanyakan kapan ibu pulang ke rumah?" Ujar Yuni terbata. Ia tahu tak mungkin Latisha akan kembali ke rumah itu. Bukan Yuni tidak tahu masalah yang tengah di hadapi Latisha saat ini. Tapi Bi Yuni pura-pura tidak tahu karena bukan ranah nya juga mencampuri rumah tangga majikannya.

"Tidak apa-apa Bi. Katakan pada Bapak, saya tidak akan pernah kembali. Seharusnya bapak sudah tahu itu karena surat panggilan dari pengadilan agama harusnya sudah ia terima." Ujar Latisha.

Drakara yang juga mendengar jawaban Latisha pun langsung menyambar ponsel yang tengah di pegang Bi Yuni.

"Pulanglah sekarang Latisha, jika tidak aku akan benar-benar menceraikan mu." Ujar Drakara penuh emosi. Sedangkan Latisha yang mendengar ancaman Drakara hanya terkekeh.

"Aku sudah tidak sabar menunggu kamu menceraikanku, Drakara. Jadi untuk apa aku kembali ke rumah mu?" Ujar Latisha tegas. Ia tak habis pikir dengan pemikiran Drakara. Bukankah sudah jelas ia ingin bercerai dengan pria itu, lalu kenapa dia malah masih mengancamnya dengan perceraian? Sungguh tak masuk akal.

Sedangkan Drakara semakin emosi saat mendengar jawaban Latisha, apalagi wanita yang masih sah menjadi istrinya itu memanggil namanya tanpa embel-embel mas di depannya seperti yang biasa ia ucapkan. Kini Latisha memanggilnya dengan sebutan nama saja yang bagi Drakara terdengar sangat kasar. Apa Latisha benar-benar ingin bercerai dengannya? tapi kenapa? Apa dia tidak takut sendirian diluar sana? Bukankah dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain dirinya dan juga Sageon? Apa dia tidak takut kehilangan dirinya dan Sageon? Padahal Drakara tahu sebesar apa cinta Latisha padanya dan juga putra mereka. Rasanya dia masih tak percaya jika Latisha ingin benar-benar berpisah darinya.

"Kamu benar-benar membuatku marah Latisha. Hentikan sikap kekanak-kanakan mu itu. Pulanglah ke rumah, aku dan Sageon membutuhkanmu. Kami sudah beberapa hari ini tidak makan karena semua masakan yang mereka buat tidak ada yang sesuai dengan lidah kami." Drakara kembali memerintahkan Latisha untuk kembali. Dan itu membuat Latisha yang berada di seberang sana tersenyum miris. Drakara memintanya kembali hanya untuk menjadikan dirinya pembantu. Bukannya ia mencoba merayunya dengan meminta maaf atas apa yang telah ia lakukan padannya Drakara malah memintanya kembali hanya untuk menjadikan nya seorang pelayan di rumah itu. Tentu saja dia tidak mau. Lebih baik ia hidup sendiri menikmati kesendiriannya. Ia tak perlu repot-repot bangun di pagi buta hanya untuk menyiapkan makanan untuk Drakara dan Sageon. Ia juga tak perlu repot-repot membuat menu yang sehat untuk kedua pria itu jika pada akhirnya pengorbanannya itu malah tidak dihargai dan malah di balas dengan penghianatan. Mereka berdua, pria yang sangat di cintainya itu, malah dengan teganya berkhianat di depannya. Latisha tak mau menghabiskan sisa hidupnya bersama orang-orang yang tak menghargainya. Lebih baik ia menikmati hidupnya saat ini. Ternyata hidup sendiri itu tidak buruk. Ia pernah mengalaminya dulu saat dirinya masih lajang. Namun setelah ia menikah dan bergantung pada Drakara, ia pernah mengalami ketakutan jika harus kembali hidup sendiri. Tapi nyatanya ketakutan itu tak beralasan. Buktinya sekarang, ia malah senang hidup sendiri. Dia bisa rileks karena bisa bangun siang dan melakukan apapun yang dia inginkan. Ia tak perlu lagi memikirkan urusan rumah tangga yang tak ada habisnya.

Latisha sangat menikmati setiap detik hidupnya yang kini terasa sangat nyaman. Kini wajahnya tak lagi kusam, karena ia sudah kembali merawat dirinya sendiri. Semua yang ia lakukan sekarang bukan untuk mendapatkan Drakara kembali atau menarik perhatian putra nya agar ia tak malu memilki ibu seperti dirinya. Bukan juga untuk mendapatkan validasi dari orang-orang bahwa dirinya kini cantik dan menarik. Namun semua itu ia lakukan untuk kenyamanan dirinya sendiri.

"Jangan terlalu lebay Drakara. Mana mungkin kalian kelaparan? Bukankah kalian bisa makan di restoran tiap hari? Atau kamu bisa minta calon istri mu itu untuk memasak makanan untuk kalian." Ujar Latisha enteng.

"Apa maksudmu? Sudah jelas kamu istriku dan kamu lah yang bertanggung jawab untuk melayaniku dan juga putramu." Drakara semakin di buat emosi dengan perkataan Latisha. Pria itu lalu melirik putranya yang hanya diam. Ini semua karena ulah putranya itu yang dengan terang-terangan ingin mengganti mamanya. Drakara pun memberi isyarat kepada putranya untuk bicara pada Latisha. Ia meminta putranya untuk minta maaf dan merayu mama nya agar kembali pulang.

Sageon yang mengerti dengan keinginan papanya pun dengan berat hati meminta maaf pada Latisha.

"Hallo mama. Ini aku Sageon. Maafkan atas kata-kata ku kemarin. Sungguh aku hanya berkata sembarangan. Aku membutuhkan mama sekarang. Bisakah mama kembali ke rumah secepatnya?" Ujar Sageon memelas.

"Maaf Sageon. Saya tidak bisa kembali ke rumah. Lebih baik kamu minta mama Radmila untuk datang dan membantu mu sekarang." Ujar Latisha dengan hati yang terkoyak. Bukan ia sudah tak mempedulikan lagi putranya. Tapi bukan kah ini adalah keinginan putra nya sendiri? Ia hanya sedang memenuhi keinginan Sageon yang ingin menggantikannya dengan Radmila.

"Astaga Latisha. Kenapa kamu keras kepala sekali? Sageon itu putramu. Harusnya kamu lebih memahami dia. Lagipula Radmila itu adik kamu. Kenapa kamu harus cemburu padanya? Harusnya kamu bisa belajar darinya bagaimana cara mengambil hati Sageon?" Drakara yang tengah emosi malah semakin memperkeruh suasana dengan membandingkan Latisha dan Radmila. Ia lupa jika saat ini seharusnya ia membujuk Latisha untuk kembali bukan malah merendahkannya dengan memintanya belajar kepada Radmila untuk mengambil hati Sageon.

"Kamu yang keras kepala Drakara. Kenapa kamu malah memintaku untuk kembali? Harusnya kamu meminta Radmila yang datang ke rumahmu, bukan aku. Bukankah Radmila lebih memahami kalian daripada aku? Sudahlah aku tak mau lagi meladeni ucapkanmu. Aku lelah." Ujar Latisha. Tanpa menunggu jawaban Drakara, ia langsung mengakhiri panggilannya dengan Drakara. Tentu saja pria itu semakin emosi saat Latisha memutuskan sambungan telponnya secara sepihak. Drakara langsung melempar ponsel milik Bi Yunii ke lantai dengan kuat hingga ponsel tersebut hancur berantakan. Sontak semua orang yang berada di sana terkejut. Apalagi Bi Yuni yang kini tengah menatap ponselnya dengan tatapan nanar. ponsel pemberian Latisha yang selama ini ia jaga dengan baik kini hancur tak berbentuk di tangan majikannya.

Aaarrgh...

Drakara berteriak sambil mengacak rambut nya dengan kasar. Ia sungguh kesal karena tak berhasil membujuk Latisha untuk kembali ke rumah.

Pria itu pun beranjak dari duduk nya. Ia pergi ke kamarnya untuk menenangkan diri. Sedangkan Sageon yang di tinggalkan papanya terlihat diam. Sepertinya ia masih kaget dengan tindakan Drakara tadi.

"Hallo Sageon. Kamu sudah selesai sarapan?" Tiba-tiba saat suasana tengah hening, terdengar suara Radmila yang menyapa keponakannya. Sageon pun lantas mendongak menatap Radmila yang tengah berjalan ke arahnya.

Ah, sebaiknya Sageon meminta mama Radmila membuatkannya sarapan seperti yang biasa mama Latisha siapkan untuknya. Sageon pikir, mama Radmila pasti akan membuat sarapan yang lebih lezat dari mama Latisha karena mama Radmila lebih keren dari mama Latisha.

"Aku belum sarapan. Bisakah mama membuatkan ku telur gulung yang biasa mama Latisha buatkan untukku? Aku yakin mama pasti bisa membuatkannya untukku. Dan aku rasa telur gulung buatan mama pasti akan lebih lezat dari mama Latisha." Sageon menatap Radmila yang langsung pias. Jangankan membuat telur gulung yang dimaksud Sageon. Radmila bahkan tak pernah masuk ke dapur untuk memasak.

Tapi untuk menolak secara langsung permintaan Sageon, rasanya Radmila gengsi. Ia pun berusaha membujuk Sageon untuk sarapan di luar saja bersama lnya.

"Sepertinya waktunya tak akan cukup jika mama harus memasak lebih dulu. Bukankah sebentar lagi kamu harus pergi ke sekolah? Bagaimana kalau kita makan di luar saja?

"Kebetulan mama juga belum sarapan." Ajak Radmila.

"Baiklah kalau begitu. Tapi mama harus janji untuk membuatkan ku telur gulung nanti." Ujar Sageon dengan wajah sedikit kecewa.

"Baiklah, lain waktu mama akan buatkan telur gulung untuk Sageon. Lebih baik kamu siap-siap. Kita berangkat sekarang." Ujar Radmila.

Sageon pun mengangguk. Lalu ia mengambil tasnya. Ia pun berjalan mengikuti Radmila yang telah melangkah terlebih dahulu. Di ruang keluarga, sudah ada Drakara yang menunggu mereka. Pria itu kini terlihat lebih tenang. Ia pun segera menuntun putranya untuk segera masuk ke dalam mobilnya. Tak seperti biasanya, Drakara mendudukkan Sageon di samping kursi kemudi. Padahal biasanya Sageon akan duduk di kursi penumpang sedangkan Drakara akan duduk bersama Radmila di depan. Radmila dan Sageon pun sedikit bingung. Tapi mereka tak berusaha untuk bertanya. Radmila membiarkan Sageon duduk di samping ayahnya. Dan ia pun duduk di belakang, tepatnya di kursi penumpang. Tak ada pembicaraan di sepanjang perjalanan. Namun saat mereka melewati restoran yang buka dua puluh empat jam, Radmila meminta Drakara untuk menghentikan mobilnya. Ia harus membeli sarapan untuk mereka bertiga. Karena waktu yang sudah mepet, Radmila memesan makanan take away. Setelah selesai, ia bergegas keluar dari restoran dan kembali masuk ke dalam mobil. Ia lalu menyerahkan roti sandwich ke arah Sageon.

"Ini untuk Sageon. Ayo dimakan dulu." Ujarnya. Sageon pun menerima sandwich tersebut dan berterimakasih kepada Radmila. Ia memang jarang membeli makanan diluar. Sepertinya makanan yang di belikan mama Radmila sangat enak. Sageon pun segera melahapnya. Namun baru beberapa gigitan, tiba-tiba wajah nya terasa gatal. Begitu pun dengan bibirnya yang terasa panas dan perih.

"Papa..." Sageon menyimpan Sandwich yang belum habis ia makan di atas dasbor.

"Ada apa nak?" Drakara melirik putranya yang baru saja memanggilnya, namun ia terkejut saat melihat wajah putranya yang memerah dan bentol-bentol. Ia pun segera menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Ia panik saat melihat Sageon yang sepertinya kesusahan untuk bernafas. Radmila yang kaget karena Drakara menepikan mobilnya pun langsung bertanya.

"Ada apa? Kenapa kamu menepikan mobilnya mas?" Tanyanya bingung.

"Apa yang kamu berikan pada putra ku Radmila? lihatlah putraku alergi. Kita harus segera ke rumah sakit." Ujar Drakara panik. Ia pun kembali melajukan kendaraannya menuju rumah sakit, beruntungnya tak jauh dari tempatnya berhenti tadi, ada sebuah rumah sakit kecil di sana. Drakara segera keluar dari mobilnya dan menggendong putranya yang terlihat tersengal-sengal sedangkan Radmila ikut berlari di belakangnya.

Radmila merasa takut dan was-was ia tidak tahu apa yang menyebabkan Sageon alergi seperti itu, apa mungkin sandwich yang ia berikan mengandung makanan yang membuat Sageon alergi? Tapi apa? Radmila sama sekali tidak tahu jika Sageon mempunyai alergi terhadap makanan tertentu.

Drakara segera berlari menuju ruang IGD setelahnya ia pun menjelaskan kepada dokter jaga bahwa sepertinya putranya mengalami alergi, dokter pun segera bertindak dan beruntungnya alergi biar bisa segera teratasi.

"Maaf Mas Aku tidak tahu jika Sageon mempunyai alergi terhadap makanan tertentu." Ujar Radmila dengan takut-takut. Drakara pun hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar. Ia tidak bisa marah kepada Radmila karena wanita itu memang tidak tahu jika putranya alergi terhadap udang, mungkin Sandwich yang diberikan Radmila mengandung udang. Selama ini Latisha selalu berhati-hati memberikan makanan terhadap putranya itu. Dan sekarang di saat Latisha telah pergi putranya itu harus mengalami alergi seperti ini, beruntungnya alergi Sageon bisa segera teratasi karena udang.yang dikonsumsi Sageon tidak terlalu banyak. Entah bagaimana jika Sageon menghabiskan sandwich tersebut, mungkin keadaannya akan parah.

Episodes
1 Putraku tak menginginkanku
2 Meninggalkan masa lalu
3 Awal mulanya salah pilih
4 Rahasia besar
5 Bocah kecil
6 Suasana tegang
7 Bercerai?
8 Masih mencintai
9 Pura-pura bodoh
10 Milikku
11 Rujuk?
12 Menemukan sesosok wanita
13 Sangat merindukan
14 Tanggung jawab
15 Awal baru lembaran
16 Kebenaran dan sakit
17 Masalalu
18 Paksaan
19 Dijodohkan
20 Bersama
21 DNA
22 Wanita Itu
23 Hamil?
24 Harapan Pupus
25 Dibenci
26 Dimanfaatkan
27 Memaafkan
28 Amplop Coklat
29 Pengakuan
30 Berita Buruk
31 Pindah
32 Disembunyikan
33 Fakta Siapa Sebenarnya?
34 Jangan Pedulikan
35 Memantapkan Hati
36 Bingung Sendiri
37 Dilanda Kecemasan
38 Pertanggungjawaban
39 Mengurung diri
40 Melabrak
41 Berpura-pura
42 Bertahan Hidup
43 Terlihat Menyedihkan
44 Jatuh Cinta
45 Membutuhkan Psikiater
46 Berita Keluarga
47 Apa karena dia?
48 Tetap Pada pendirian
49 Perjuangan?
50 Ternyata
51 Manfaatkan Kesempatan
52 Sahabat
53 Ulah diri Sendiri
54 Sesuatu yang Sebentar
55 Menodai Kepercayaan
56 Aku Benci Kamu dan Keluargamu
57 Senyum-senyum sendiri
58 Penuh Kasih Sayang
59 Istimewa
60 Perhatian Yang Tersembunyi
61 Kedekatan Yang Menakutkan
62 Sifat asli
63 Penyesalan Selalu Ada di Akhir
64 Kehancuran berada di Depan Mata
65 Akhir Kehidupan
66 Khawatir
67 Penculikan
68 Korban Kecelakaan
69 Orang yang Menghancurkan Hidupku
70 Kembali ke Kediaman
71 Sekertarisku
72 Cucuku
73 Dasar Tak Tau Diri
74 Putra Kita
75 Takdir
76 Keras Kepala
77 Kejadian Lampau
78 Tak Tahu Malu
79 Keinginan dan kecemburuan Buta
80 Papa dan Mamaku
81 Senyum Kemenangan
82 Keras Kepala ditambah Egois
83 Penerus Mahaprana
84 Jatuh Miskin?
85 Kepemimpinan Perusahaan
86 Meragukan Drakara
87 Selembar Kertas
88 Mungkin Salah Orang
89 Kekhawatiran yang Sesungguhnya
90 Ketakutan Terbesar
91 Jalan Pikiran
92 Mengganti Nama
93 Kesepakatan
94 Hidup Sederhana
95 Terbujur Kaku
96 Senyum Dan Air mata
97 Berubah Menjadi Lebih Baik
98 Dulunya Berteman
99 Bukan Wanita Baik
100 Iri dan Kebencian
101 Karier
102 Darah yang Cocok
103 Bangga pada Diri Sendiri
104 Hasilnya 99%
105 Ibu Tiri?
106 Marah, Kecewa, Sedih sekaligus Takut
107 Panggil Tante dengan Sebutan Mama!
108 Air Mata Bahagia
109 Tante Cantik
110 Saling Menyukai
111 Perasaan tak Enak
112 Obat Terapis
113 Orang yang Sama
114 Meninggalkan
115 Rasa Iba
116 Menghapus Rasa Kecewa
117 Bersama
118 Calon Istri
119 Akhir yang Manis
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Putraku tak menginginkanku
2
Meninggalkan masa lalu
3
Awal mulanya salah pilih
4
Rahasia besar
5
Bocah kecil
6
Suasana tegang
7
Bercerai?
8
Masih mencintai
9
Pura-pura bodoh
10
Milikku
11
Rujuk?
12
Menemukan sesosok wanita
13
Sangat merindukan
14
Tanggung jawab
15
Awal baru lembaran
16
Kebenaran dan sakit
17
Masalalu
18
Paksaan
19
Dijodohkan
20
Bersama
21
DNA
22
Wanita Itu
23
Hamil?
24
Harapan Pupus
25
Dibenci
26
Dimanfaatkan
27
Memaafkan
28
Amplop Coklat
29
Pengakuan
30
Berita Buruk
31
Pindah
32
Disembunyikan
33
Fakta Siapa Sebenarnya?
34
Jangan Pedulikan
35
Memantapkan Hati
36
Bingung Sendiri
37
Dilanda Kecemasan
38
Pertanggungjawaban
39
Mengurung diri
40
Melabrak
41
Berpura-pura
42
Bertahan Hidup
43
Terlihat Menyedihkan
44
Jatuh Cinta
45
Membutuhkan Psikiater
46
Berita Keluarga
47
Apa karena dia?
48
Tetap Pada pendirian
49
Perjuangan?
50
Ternyata
51
Manfaatkan Kesempatan
52
Sahabat
53
Ulah diri Sendiri
54
Sesuatu yang Sebentar
55
Menodai Kepercayaan
56
Aku Benci Kamu dan Keluargamu
57
Senyum-senyum sendiri
58
Penuh Kasih Sayang
59
Istimewa
60
Perhatian Yang Tersembunyi
61
Kedekatan Yang Menakutkan
62
Sifat asli
63
Penyesalan Selalu Ada di Akhir
64
Kehancuran berada di Depan Mata
65
Akhir Kehidupan
66
Khawatir
67
Penculikan
68
Korban Kecelakaan
69
Orang yang Menghancurkan Hidupku
70
Kembali ke Kediaman
71
Sekertarisku
72
Cucuku
73
Dasar Tak Tau Diri
74
Putra Kita
75
Takdir
76
Keras Kepala
77
Kejadian Lampau
78
Tak Tahu Malu
79
Keinginan dan kecemburuan Buta
80
Papa dan Mamaku
81
Senyum Kemenangan
82
Keras Kepala ditambah Egois
83
Penerus Mahaprana
84
Jatuh Miskin?
85
Kepemimpinan Perusahaan
86
Meragukan Drakara
87
Selembar Kertas
88
Mungkin Salah Orang
89
Kekhawatiran yang Sesungguhnya
90
Ketakutan Terbesar
91
Jalan Pikiran
92
Mengganti Nama
93
Kesepakatan
94
Hidup Sederhana
95
Terbujur Kaku
96
Senyum Dan Air mata
97
Berubah Menjadi Lebih Baik
98
Dulunya Berteman
99
Bukan Wanita Baik
100
Iri dan Kebencian
101
Karier
102
Darah yang Cocok
103
Bangga pada Diri Sendiri
104
Hasilnya 99%
105
Ibu Tiri?
106
Marah, Kecewa, Sedih sekaligus Takut
107
Panggil Tante dengan Sebutan Mama!
108
Air Mata Bahagia
109
Tante Cantik
110
Saling Menyukai
111
Perasaan tak Enak
112
Obat Terapis
113
Orang yang Sama
114
Meninggalkan
115
Rasa Iba
116
Menghapus Rasa Kecewa
117
Bersama
118
Calon Istri
119
Akhir yang Manis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!