"Darimana saja kamu, Bella!" teriakan Bu Lilis bergema di ruang tamu, begitu Bella membuka pintu.
"Maaf Inang, aku ada urusan tadi sebentar." sahut Bella berjalan menuju kamarnya. Dia ingin ganti pakaian dan hendak menyiapkan makan malam. Meladeni mertuanya tidak akan ada habisnya. Beliau akan merepet terus sepanjang waktu.
"Eh, mau kemana kamu. Dasar menantu tidak punya adab. Melengos saja seperti binat**g." cecar Bu Lilis sewot.
"Lihat rumah berantakan, makanan tidak ada. Kamu keluyuran saja sepanjang hari!" cecar Bu Lilis lagi. Bella mencoba menahan emosinya untuk tidak terpancing amarah.
"Selain mandul kamu juga mendadak budek ya?" Lagi-lagi ucapan kasar itu meluncur dari celah bibir sang mertua. Bella menarik napas panjang.
"Cukup Inang! Jangan memakiku lagi seolah aku tidak punya perasaan!" dengus Bella dengan napas tersenggal. Ucapan ibu mertuanya sungguh menusuk hati. "Aku hanya pergi sebentar. Setelah perkerjaan rumah aku selesaikan. Jika sekarang semua berantakan itu adalah ulah cucu Inang. Kenapa aku yang disalahkan. Inang tegur saja Maya, aku bukan babu di rumah ini. Aku adalah istri Ryan, menantu Inang!" teriak Bella kalap.
Bu Lilis terkesiap, mendengar kata-kata Bella. Karena baru kali ini menantunya itu berani melawan ucapannya. Biasanya Bella bungkam atau diam-diam menangis di dapur. Sambil mengerjakan apa yang dia perintah.
Entah kekuatan dari mana menantunya itu berani menjawabnya.
"Kurang ajar kamu, ya. Sudah berani melawan kamu. Maya itu putriku sedangkan kamu itu adalah orang asing yang menjadi menantuku." maki Bu Lilis seraya mengayunkan tangannya hendak menampar wajah Bella.
Bella berkelit sehingga Bu Lilis hampir saja jatuh di saat menghindarinya.
"Cukup Inang! Aku akan melawan kalau tangan Inang menyentuh tubuhku!" Teriak Bella berdiri menantang.
"Hei! Kurang ajar kamu ya, berani-beraninya membentak Mama!" sebuah suara dari arah dapur menggema lantang. Di pintu pembatas antara ruang makan dan dapur. Berdiri sosok Maya sambil berkacak pinggang. Dengan langkah tergesa mendekati Bella.
Tanpa rasa takut Bella berdiri santai di depan pintu kamarnya.
"Kamu mau apa. Mau menamparku juga? Jangan coba-coba ya!" ucap Bella tajam.
"Kamu!" lengan Maya melayang hendak menampar Bella. Tapi lengannya secepat kilat dicekal Bella. Lalu didorongnya tubuh Maya menjauh darinya. Alhasil, Maya terhempas dan terduduk di sofa.
Bu Lilis dan Maya kaget melihat Bella. Keduanya saling pandang.
"Jika aku adalah orang asing di rumah ini, apa bedanya dengan kamu. Kamu juga seorang menantu di keluarga suamimu. Bahkan kamu tak punya hak di rumah ini lagi. Sejak kamu bergelar menantu." kecam Bella tajam.
"Maya itu putriku, dan akan tetap punya hak di rumah ini. Tidak seperti kamu, asal usul tidak jelas. Mandul lagi!" bentak Bu Lilis menyakitkan.
Bella menggigit bibirnya, menahan rasa sakit dari makian ibu mertuanya.
"Tidak perlu menghinaku seperti ini, Inang. Dan satu hal lagi, aku tidak mandul!" kecam Bella.
"Buktinya kamu tidak bisa hamil, apa itu belum cukup."
"Anak Inang lah yang bermasalah. Selama ini tidak pernah mau periksa. Atau jangan-jangan Inang membayar dokter untuk menyebutku mandul."
"Kamu gila. Anakku sehat dan kamulah yang bermasalah."
"Lantas, kenapa aku tidak pernah menerima hasil pemeriksaan medis itu. Pasti Inang sembunyikan sesuatu dariku, iya kan?" kejar Bella karena ingat perkataan Dokter Sherly. Rekam medis suaminya.
"Bacot kamu!" ucap Bu Lilis tiba-tiba gamang. Kemarin dia juga meminta hasil pemeriksaan dokter keluarga mereka. Namun, dokter itu bilang akan diserahkan nanti. Tapi sampai sekarang tidak kunjung dia terima. Sehingga dia lupa akan hal itu.
"Hei! Ada apa ribut-ribut begini." tiba-tiba saja Ryan sudah muncul di ambang pintu. Bersama seorang perempuan yang menggandeng lengan suaminya, mesra.
Bella sampai melototkan sepasang netranya demi menyaksikan adegan mesra itu. Dan lebih kaget lagi dengan perlakuan ibu mertuanya yang menyambut hangat tamu itu.
"Eh, Karin! Silahkan masuk Nak Karin." Wajah Bu Lilis spontan berubah saat melihat siapa yang datang. Menyuruh duduk tamu asing itu, tanpa mengindahkan perasaan Bella.
"Bella! Pigi sana, lekas buatkan minum. Jangan lupa camilannya." Sentak Bu Lilis pada Bella yang berdiri mematung karena shok!
"Siapa dia Bang?" Tatap Bella penuh luka. Meskipun dia tidak menjamin suaminya akan setia di luar sana. Tapi, Bella tidak pernah menduga kalau suaminya tega membawa perempuan asing ke rumah mereka. Seolah hati dan perasaannya tidak perlu dijaga.
"Bawel, masih saja bertanya." Lagi-lagi ibu mertuanya yang menjawab. Sementara sikap Ryan begitu mesra pada Karin.
"Kamu yakin siap mendengar jawabannya?" timpal Maya dengan senyum mengejek.
"Dengar baik-baik ya, Bella. Karin ini adalah calon istri Ryan. Karena kamu itu mandul." sahut Bu Lilis enteng.
"Betul! Dan saat ini dia tengah mengandung anakku. Keturunanku penerus margaku. Puas kamu, Bella?" senyum Ryan tanpa perasaan. Karin tersenyum sumringah, membuat Bella mendadak mual.
Kenyataan yang sungguh menyakitkan. Sia-sia semua kesabarannya selama lima tahun ini, sebagai istri dan menantu yang tidak dianggap.
"Kamu jahat Bang!" seru Bella lirih. Hatinya sakit tak terperi terlebih karena ibu mertuanya terang-terangan merestui.
"Kamu itu mandul Bella. Harusnya kamu tau diri." cecar Bu Lilis memojokkan Bella.
"Aku tidak mandul! Bahkan saat ini ..." Bella tidak melanjutkan ucapannya karena dia sadar janin di dalam perutnya bukan darah daging Ryan.
"Kenapa kamu diam, lanjutkan ucapanmu!" tantang Ryan. Bella gelagapan. Apapun yang akan dia jelaskan sudah tidak ada gunanya. Kenyataan dia sudah dikhianati oleh suaminya yang membuatnya terluka sangat dalam.
"Sejak kapan kamu menghianati aku, Bang?" Bella mengalihkan ucapannya. Ryan tertawa sumbang mendengar ucapan Bella. Begitu juga Bu Lilis dan Maya. Bahkan Karin juga tertawa tanpa sadar. Sikapnya itu sungguh sangat menjijikkan di mata Bella.
Mendengar suara tawa Karin, Bella melotot ke arahnya. "Tutup mulutmu itu perempuan jalang! Dasar pelacur murahan!" sergah Bella sarkas.
"Kamu yang tutup mulut, Bella, perempuan mandul! Dia itu lebih terhormat dari kamu, tau!" serang Bu Lilis.
"Lebih terhormat?" Giliran tawa Bella yang meledak. Dipandangnya satu persatu wajah di depannya.
"Terhormat dari mananya? Sudah merebut suami orang dan hamidun. Cuih! Bahkan kamu lebih hina dari pelacur sekalian!" tuding Bella menunjuk Karin. Seketika wajah Karin memerah mendengar penghinaan itu.
"Plak!" sebuah tamparan keras mendarat di wajah putih Bella. Saking kerasnya tamparan itu dia terhuyung ke belakang. Untung saja Bella berhasil meraih pegangan pada sandaran sofa.
"Hari ini juga aku ceraikan kamu perempuan mandul!" bentak Ryan. Bella menatap Ryan dengan nyala api di matanya.
"Baik! Siapa takut!" seringai Bella angkuh! Dia langsung berbalik menuju kamarnya hendak mengemas pakaiannya.***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
vj'z tri
terussss Lo sendiri di rumah ngejedok gitu 😏 gemes aku loh sama lampir ini🤣🤣🤣🤣
2025-09-18
1
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 lampir melihara ular Ryan bermasalah tapi ada lampir kecil datang bilang lagi hamil anak siapa itu 🤣🤣🤣🤣🤣 buaya di kadalin
2025-09-18
1
🌈 Bunga_Ros⁹⁷
asal nanti GK nyesal ngurus yang nyatanya bukan anak mu Ryan...
mana mungkin karin hamil sama kamu,, apa masih GK nyadar klo kamu mandul apa?
2025-09-20
0