Bab 3.Kado Pernikahan

Namun karena terlalu bersemangat, Mama Lidya tidak sengaja menekan gagang pintu. Klek! Pintu berderit terbuka, dan keduanya terhuyung jatuh.

Bruk!

Tergeletak tepat di ambang pintu kamar Aruna dan Dirga.

Begitu mendengar pintu berderit, Aruna dan Dirga spontan refleks. Mereka serentak menjatuhkan tubuh ke kasur. Dirga dengan sigap meraih Aruna, mengimpit tubuhnya, lalu menarik selimut hingga menutupi keduanya sampai ke leher.

“Mama?!” Dirga terbelalak, wajahnya antara panik dan tidak percaya. Aruna juga ikut membeku, matanya membesar melihat dua sosok rempong itu di lantai.

Mama Lidya terjatuh terduduk, sementara Bunda Laras ada di sebelahnya dengan posisi sama. Kedua wanita paruh baya itu saling pandang, lalu menatap ke arah ranjang. Posisi Aruna dan Dirga yang tampak intim di bawah selimut membuat wajah mereka merona.

Keduanya langsung tertawa kaku, senyum kikuk tak bisa disembunyikan.

“Ma—maaf ya, Mama sama Bunda ganggu…” ucap Mama Lidya dengan suara sumbang, buru-buru berdiri.

“Iya, iya… kalian lanjut aja. Hehe…” tambah Bunda Laras, menepuk bahu besannya, sama-sama salah tingkah.

Mereka berdua segera menutup pintu lagi, langkah kaki bergegas menjauh begitu cepat, seolah takut tertangkap basah kedua kali.

Dirga langsung mengubah posisinya, melepaskan Aruna, lalu menjatuhkan badannya ke kasur sambil menepuk dada. “Astaga… untung aja gue cepet refleks,” desisnya lega.

Aruna menatapnya tak percaya, lalu malah ngakak sambil memukul lengannya. “Refleks apaan? Itu malah makin keliatan nyata, bego!”

Dirga nyengir tak bersalah. “Ya kan… makin meyakinkan. Besok-besok mereka nggak bakal ganggu lagi.”

Aruna mendengus, tapi ujung bibirnya terangkat juga. Mereka berdua akhirnya tertawa bersama, meski jantung masih sama-sama berdegup kencang.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pagi itu meja makan mendadak jadi panggung. Begitu Aruna dan Dirga muncul dari kamar, semua tatapan langsung tertuju pada mereka. Mama Lidya buru-buru meneguk teh padahal gelasnya masih penuh, Bunda Laras tersenyum kaku, sementara tante - tante Aruna cekikikan menutup mulut.

Aruna langsung tahu arah gosipnya. Pipinya panas, sementara Dirga hanya mengusap jidat, malas menanggapi. Suasana hening sesaat, lalu terdengar celetukan lirih dari salah satu tante, “Alhamdulillah, semalam kayaknya sukses ya, Bun.”

Aruna hampir tersedak udara, buru-buru meraih kursi dan duduk. Dirga menunduk, pura-pura fokus ke piring kosong di depannya. Untungnya, Bunda Laras segera menengahi dengan mengalihkan obrolan ke lauk sarapan. Gosip itu padam seketika, tapi tatapan-tatapan penuh arti masih mengambang sampai mereka beranjak ke kamar lagi.

_____

Di dalam kamar, Aruna mendesah panjang sambil memasukkan baju ke koper“Inget ya, nggak ada yang boleh tau kita udah nikah di rumah sakit.”

Dirga berdiri di depan cermin, menggulung lengan kemejanya santai, lalu melirik ke arah Aruna. “Ke-PD-an banget sih lo. Kayak gue pengen banget mengakui lo jadi istri gue. Gue juga nggak mau kali.” Bibirnya menyungging senyum miring, jelas mengejek.

“Awas aja kalau lo keceplosan di depan anak-anak rumah sakit besok.” Aruna melotot, setengah mengancam. Ia sudah hafal tabiat Dirga yang kadang suka nyeletuk sembarangan.

“Iya, iya… bawel banget sih lo.” Dirga menarik kopernya ke arah pintu. “Buruan, sebelum bunda sama mama kepikiran mengunci kita semalam lagi di sini.”

Namun Mata Dirga tertuju pada sebuah botol obat yang ada di dalam koper Aruna. Dirga berpikir sejenak tapi ia urungkan untuk bertanya. Dirga melanjutkan menyeret kopernya menuju ruang tamu.

Aruna menghela napas panjang, buru-buru merapikan rambutnya, lalu segera menutup kopernya dan menyusul Dirga dengan koper di tangan.

Begitu sampai di ruang tamu, Mama Lidya dan Bunda Laras sudah duduk menunggu.

“Kamu yakin nggak mau nunda dulu balik ke kota, Nak?” Mama Lidya menatap lesu, ada nada enggan melepas anaknya.

“Iya, Ma. Kan udah Dirga bilang kemarin, rumah sakit butuh kita berdua. Operasional nggak bisa lama-lama ditinggal,” jawab Dirga tenang.

Bunda Laras mengelus rambut Aruna penuh kasih. “Ya sudah… kalau gitu duduk dulu. Ada yang mau bunda dan mama sampaikan.”

Aruna langsung mendengus, “Apa lagi, Bun? Jangan bilang bunda bakal drama lagi biar kita stay di sini.”

“Ya ampun, Runa!” Bunda Laras terbelalak kaget. “Bunda belum ngomong loh, kamu udah nuduh macem-macem.”

Aruna cuma memutar matanya malas, lalu duduk di samping Dirga. Lelaki itu tiba-tiba meraih tangannya, meletakkannya di pangkuan, dan mulai mengelus kukunya satu per satu—kebiasaan kecil Dirga yang sudah lama Aruna maklumi.

Mama Lidya berseri-seri. “Mama dan bunda punya kabar baik. Anggap saja ini kado Pernikahan untuk kalian.”

Aruna spontan tersenyum. “Hadiah? Apa tuh? Mobil? Uang? Sawah? Atau tiket jalan-jalan ke Eropa?” Ia menebak asal sambil menoleh ke Dirga. Lelaki itu tetap cuek, masih sibuk mengukur panjang kukunya.

Dengan kompak, Mama Lidya dan Bunda Laras menyebutkan, “Apartemen.”

"Apartemen Veranda Suites, cocok untuk pengantin baru seperti kalian!. "sambung Mama Lidya.

Aruna terperangah. Senyumnya langsung pudar. Dirga pun melepaskan tangan Aruna dari pangkuannya, menatap kedua orang tua mereka dengan mata membelalak.

“Bunda… batalin sewa apartemen Runa?” ucap Bunda Laras menjelaskan.

“Dan apartemen kamu juga sudah mama batalkan, Dirga,” sambung Mama Lidya.

“Apa? Tapi Apartemen aku masih lima tahun lagi kontraknya, Ma!” protes Dirga, wajahnya nyaris frustasi.

“Runa juga, Bun! Kenapa seenaknya gitu?” Aruna ikut tak terima.

Bunda Laras tetap tenang. “Justru karena itu. Uang sewa kalian dikembalikan lumayan besar. Ditambah uang mama, jadilah cukup untuk beliin kalian apartemen baru. Jadi mulai sekarang… kalian tinggal bareng.”

Suasana mendadak senyap. Aruna dan Dirga hanya bisa saling bertatapan, mata mereka sama-sama lelah dan penuh amarah tertahan.

Kedua ibu tunggal itu kembali membuat kesepakatan baru yang membalikkan rencana mereka berdua. Segala janji dan aturan yang sudah mereka buat bersama kini nyaris hancur.

Kesepakatan Aruna dan Dirga sebelumnya:

1. Nggak ada yang boleh tau kalau mereka sudah menikah, baik di rumah sakit maupun di luar.

2. Mereka tetap tinggal di apartemen masing-masing .

3. Bersikap romantis hanya di depan Mama dan Bunda.

4. Tidak ada batas waktu tertentu dalam perkawinan dan dilarang keras memiliki perasaan lebih satu sama lain .

Dan kini, poin nomor dua resmi dihancurkan oleh keputusan Mama Lidya dan Bunda Laras.

Aruna meneguk ludah, dadanya sesak. Dirga mengusap wajahnya kasar.

Namun dari balik pagar rumah, seorang pria berpakaian serba hitam berdiri kaku. Wajahnya tertutup masker dan topi, hanya menyisakan sepasang mata tajam yang menatap lurus ke arah Aruna.

Sejenak, pandangan mereka bersitatap. Dada Aruna berdesir aneh, langkahnya sempat maju setapak. Tapi sebelum ia sempat bereaksi lebih jauh, pria itu berbalik cepat lalu menghilang di tikungan.

Aruna berdiri terpaku. Jantungnya berdegup kencang, jemari tanpa sadar meremas sisi gaunnya.

“Runa, kamu liat apa?” tanya Bunda Laras, mewakili rasa penasaran semua orang.

Aruna buru-buru menggeleng. “Enggak, Bun. Tadi cuma… temen lewat.” Suaranya goyah, jelas berusaha mengelak.

“Siapa?” Dirga menatapnya curiga.

“Nggak jelas, nggak keliatan juga,” jawab Aruna cepat, lalu kembali duduk. Senyumnya dipaksakan, tapi tangan di pangkuannya bergetar halus.

.

.

.

Bersambung

Curiga jangan - jangan dua mama tunggal ini cenayang lagi yaa ketebak aja isi pikiran anaknya 🤭

ampun banget Bunda Laras belum apa-apa udah di tuduh mau drama tapi ternyata kali ini lebih dari drama🤣

Makasi yang udah baca sampai bab ini ,tungguin next babnya yaa guys😊

Terpopuler

Comments

🌈 Bunga_Ros¹²⁴⁷

🌈 Bunga_Ros¹²⁴⁷

Menikah seperti apa itu konsep nya jika harus ada aturan?


nikah yah nikah, tingal sama² nanti akan tumbuh benih² cinta....
wkwkwkw 🤣🤣

2025-09-10

0

vj'z tri

vj'z tri

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 wes toh kalau penguasa bumi sudah bertindak yang lain lewat sen kanan belok kiri

2025-10-11

1

ig:@kekeutami2829

ig:@kekeutami2829

kl smlm emng bneran g kbayang malunya gimana. gue keramas pagi aja suka malu sendiri /Sob/

2025-10-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 . Ijab Kabul
2 Bab 2.Malam Pertama Bohongan
3 Bab 3.Kado Pernikahan
4 Bab 4.Perang Bantal
5 Bab 5.Agoraphobia Ringan
6 Bab 6.Terapi Kilat
7 Bab 7.Pembela
8 Bab 8.Mama Rempong
9 Bab 9.Cincin Kawin?
10 Bab 10.Kejadian di Luar Dugaan
11 Bab 11.Bayangan mengancam?
12 Bab 12.Gangguan Penyesuaian
13 Bab 13.Ciuman
14 Bab 14.Dokter Baru??
15 Bab 15.Siapa sebenarnya Dr. Iren?
16 Bab 16 . Bantuan?
17 Bab 17 . Kehangatan dan Sendu
18 Bab 18.Luka lama
19 Bab 19. Keluarga Baru?
20 Bab 20. Psikolog dadakan
21 Bab 21.Bunga Mawar
22 Bab 22.Pertengkaran
23 Bab 23.Pembelaan yang salah
24 Bab 24. Cinta Bima
25 Bab 25 . Hampir Terbongkar
26 Bab 26.Penuh pertanyaan yang terpendam
27 Bab 27 . Gagang Pintu
28 Bab 28 . Acute Stress Disorder
29 Bab 29. Rencana
30 Bab 30.Rooftop Rumah Sakit
31 Bab 31.Tamparan
32 Bab 32.Hari Ayah
33 Bab 33. Penolakan
34 Bab 34. Kata - kata absurd
35 Bab 35.Pindahan
36 Bab 36. Room tour
37 Bab 37.Di Antara Rencana Licik
38 Bab 38. Darwin?
39 Bab 39.Mengakui Istri
40 Bab 40 . Perhatian Exstra
41 Bab 41.Yang Selalu Ada Lebih Unggul
42 Bab 42.Bubur Ayam
43 Bab 43.Sebuah Pengakuan
44 Bab 44.Penjelasan
45 Bab 45.Merebut Kembali
46 Bab 46 . Momen
47 Bab 47. Kerja Sama
48 Bab 48.Berangkat
49 Bab 49.Rencana yang mulus
50 Bab 50.Cemburu
51 Bab 51.Dirga Tau
52 Bab 52.BBQ.
53 Bab 53. Obat Penenang
54 Bab 54.Jadian
55 Bab 55.Masa Lalu Aruna
56 Bab 56.Kasus Yang Menggemparkan
57 Bab 57.Mengunjungi Tara
58 Bab 58. kecurigaan Iren
59 Bab 59 . Jajan
60 Bab 60 . Fitting Baju
61 Bab 61.Berbaikan
62 Bab 62.Pukulan
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Bab 1 . Ijab Kabul
2
Bab 2.Malam Pertama Bohongan
3
Bab 3.Kado Pernikahan
4
Bab 4.Perang Bantal
5
Bab 5.Agoraphobia Ringan
6
Bab 6.Terapi Kilat
7
Bab 7.Pembela
8
Bab 8.Mama Rempong
9
Bab 9.Cincin Kawin?
10
Bab 10.Kejadian di Luar Dugaan
11
Bab 11.Bayangan mengancam?
12
Bab 12.Gangguan Penyesuaian
13
Bab 13.Ciuman
14
Bab 14.Dokter Baru??
15
Bab 15.Siapa sebenarnya Dr. Iren?
16
Bab 16 . Bantuan?
17
Bab 17 . Kehangatan dan Sendu
18
Bab 18.Luka lama
19
Bab 19. Keluarga Baru?
20
Bab 20. Psikolog dadakan
21
Bab 21.Bunga Mawar
22
Bab 22.Pertengkaran
23
Bab 23.Pembelaan yang salah
24
Bab 24. Cinta Bima
25
Bab 25 . Hampir Terbongkar
26
Bab 26.Penuh pertanyaan yang terpendam
27
Bab 27 . Gagang Pintu
28
Bab 28 . Acute Stress Disorder
29
Bab 29. Rencana
30
Bab 30.Rooftop Rumah Sakit
31
Bab 31.Tamparan
32
Bab 32.Hari Ayah
33
Bab 33. Penolakan
34
Bab 34. Kata - kata absurd
35
Bab 35.Pindahan
36
Bab 36. Room tour
37
Bab 37.Di Antara Rencana Licik
38
Bab 38. Darwin?
39
Bab 39.Mengakui Istri
40
Bab 40 . Perhatian Exstra
41
Bab 41.Yang Selalu Ada Lebih Unggul
42
Bab 42.Bubur Ayam
43
Bab 43.Sebuah Pengakuan
44
Bab 44.Penjelasan
45
Bab 45.Merebut Kembali
46
Bab 46 . Momen
47
Bab 47. Kerja Sama
48
Bab 48.Berangkat
49
Bab 49.Rencana yang mulus
50
Bab 50.Cemburu
51
Bab 51.Dirga Tau
52
Bab 52.BBQ.
53
Bab 53. Obat Penenang
54
Bab 54.Jadian
55
Bab 55.Masa Lalu Aruna
56
Bab 56.Kasus Yang Menggemparkan
57
Bab 57.Mengunjungi Tara
58
Bab 58. kecurigaan Iren
59
Bab 59 . Jajan
60
Bab 60 . Fitting Baju
61
Bab 61.Berbaikan
62
Bab 62.Pukulan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!