Bab 2.Malam Pertama Bohongan

Menjelang sore, kursi bambu sudah ditumpuk, tenda mulai dibereskan. Anak-anak masih berlarian di halaman, tapi di ruang tamu dua ibu masih ribut sendiri.

“Udah, kalian masuk kamar aja gih. Buruan bikin cucu, biar rame rumah!” seru Bunda Laras sambil terkekeh.

“Iya bener!” timpal Mama Lidya. “Lagipula tadi Dirga udah kebelet anu, katanya.”

Tawa pecah. Dirga hampir nyungsep saking malunya, wajahnya merah padam. Aruna yang berdiri di sampingnya mencubit pinggangnya jahil.

“Lo beneran kebelet anu, Ga?”

“Apaan sih, Run! Ya kalau Mama maunya gitu… gue jabanin lah,” balas Dirga sok gagah, padahal telinganya merah kayak kepiting rebus.

Aruna ngakak kecil, dan Dirga buru-buru menarik tangannya masuk kamar. Pintu langsung dikunci rapat.

“Eh, ngapain dikunci segala?” protes Aruna, tapi tangannya cepat-cepat memutar kunci lagi.

Dirga mengernyit. “Kenapa lo buka lagi? Lo mau ada orang nyelonong masuk?” Ia kembali mengunci, tapi kali ini Aruna menempelkan telapak tangannya di gagang pintu, napasnya tak beraturan, menutup lubang kunci dengan buru-buru.

Suara Aruna bergetar halus. “Gue nggak suka kalau kamar dikunci.”

Dirga sempat menatap curiga. Ada kilatan asing di wajah Aruna—sesuatu yang lebih dalam dari sekadar protes biasa. Namun Aruna buru-buru mengalihkan perhatian, menyilangkan tangan di dada.

“Jadi, maksud lo tadi… jabanin apa, hah?”

Dirga melepaskan jas pelan, senyum nakal bermain di bibirnya. “Ya jabanin lo lah. Masa jabanin tetangga.”

Ia maju dengan langkah santai, tapi cukup membuat Aruna mundur hingga terdorong ke kasur. Wajahnya bercampur antara gugup, kaget, dan—sesuatu yang lebih gelap.

“Eh—Ga!” suaranya tercekat, lebih mirip bisikan.

Dirga menatapnya dengan lembut kali ini. “Tenang, Run. Malam ini… kita resmi jadi pasangan beneran.”

Namun kalimat itu justru menyulut sesuatu di benak Aruna. Sekejap, bayangan lama menghantam ingatannya: sosok pria mendorongnya kasar ke ranjang, tangan kejam merobek pakaiannya, tamparan panas membekas di pipinya. Nafasnya jadi patah-patah, dadanya sesak, tubuhnya gemetar tak terkendali. Air mata langsung jatuh tanpa bisa dicegah.

Aruna terhuyung, seperti kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri.

Detik berikutnya, suara tawa meledak memecah suasana.

“Bwahahaha!” Dirga tiba-tiba terbahak, tubuhnya jatuh ke sisi ranjang sambil memegangi perut. Melihat ekspresi panik Aruna, ia mengira itu bagian dari drama kocaknya. “Astaga, Run, lo kenapa? Lagi latihan drama? Mukalu kayak habis ditinggal kabur pengantin!”

Aruna tak menjawab. Ia berlari ke kamar mandi dengan langkah gontai, nyaris tersandung. Dirga spontan menoleh, senyumnya luntur. Tatapannya berubah ragu, ada sebersit rasa bersalah.

“Apa gue terlalu keterlaluan barusan?” gumamnya, menatap pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Tapi ia cepat-cepat menggeleng, mencoba menepis pikirannya sendiri. “Ah, paling cuma gue yang kebanyakan mikir. Efek sering ngadepin pasien psikologis kali, jadi suka overthinking.”

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Keheningan menelan kamar. Sampai suara lirih-lirih dari luar pintu terdengar.

Aruna keluar perlahan dari balik selimut, wajahnya kembali datar, seolah menutup rapat apa yang barusan terjadi. Tapi sebelum mereka sempat bicara lebih jauh, bisik-bisik samar dari balik pintu terdengar jelas.

“Kayaknya Bunda Laras sama Mama Lidya lagi nguping,” desis Dirga, matanya menyipit curiga.

Aruna mendesah panjang sambil menepuk jidat. “Mereka nggak bakal berhenti kalau kita nggak kasih pertunjukan kecil. Bisa-bisa semalaman kita digedorin.”

Senyum jahil merekah di bibir Dirga. “Oke. Ayo kita kasih show.”

Aruna sempat melotot, tapi akhirnya tertawa kecil. Mereka berdiri di atas ranjang, saling menggenggam tangan, seperti sepasang aktor yang siap naik panggung.

“Satu… dua…” Dirga menghitung pelan.

“Pelan-pelan, Ga. Jangan keras-keras,” bisik Aruna, menahan tawa sambil pura-pura mendesah.

Dirga mengedip nakal. “Run… gue masukin pelan-pelan aja. Gue janji nggak sakit,” ucapnya dengan nada mendayu, jelas dibuat ambigu.

Aruna menatapnya setengah mati ingin tertawa. “Astaga, lo tuh ngomong apaan sih…” bisik Aruna tapi ia tetap ikut main, lalu mereka kompak melompat bersama. Kasur berderit keras, menambah efek dramatis.

“Dikit lagi, Run… sabar ya…” Dirga menahan suara, seperti sedang menahan sesuatu.

“Ahh… Ga…” Aruna mendesah panjang, kali ini begitu meyakinkan sampai-sampai ia sendiri hampir ngakak.

Di balik pintu, kedua ibu saling berpegangan tangan. Wajah mereka merah padam menahan senyum, mata berbinar penuh harap.

“Ya Allah, jeng… sebentar lagi kita gendong cucu!” bisik Bunda Laras penuh emosi.

“Alhamdulillah…” sahut Mama Lidya dengan mata berkaca-kaca.

Namun karena terlalu bersemangat, Mama Lidya tidak sengaja menekan gagang pintu. Klek! Pintu terdorong lebar, dan keduanya terhuyung jatuh.

" brukk!"

tergeletak tepat di ambang pintu kamar Aruna dan Dirga.

.

.

.

Bersambung.

Karna pintunya nggak di kunci para mama - mama malah nyusruk 😅, kira - kira mereka ketahuan nggak ya???

Makasi sudah membaca bab ini guys jangan lupa tinggalkan jejak yaa. ❤

Terpopuler

Comments

🌈 Bunga_Ros¹²⁴⁷

🌈 Bunga_Ros¹²⁴⁷

oh jadi gitu, kenapa mereka sampai menikah toh /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2025-09-10

0

vj'z tri

vj'z tri

woi bukan bercanda ga ,pak dokter pie sih 😮‍💨😮‍💨😮‍💨

2025-10-11

1

vj'z tri

vj'z tri

masa iya drama nya langsung ketawan 🤣🤣🤣

2025-10-11

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 . Ijab Kabul
2 Bab 2.Malam Pertama Bohongan
3 Bab 3.Kado Pernikahan
4 Bab 4.Perang Bantal
5 Bab 5.Agoraphobia Ringan
6 Bab 6.Terapi Kilat
7 Bab 7.Pembela
8 Bab 8.Mama Rempong
9 Bab 9.Cincin Kawin?
10 Bab 10.Kejadian di Luar Dugaan
11 Bab 11.Bayangan mengancam?
12 Bab 12.Gangguan Penyesuaian
13 Bab 13.Ciuman
14 Bab 14.Dokter Baru??
15 Bab 15.Siapa sebenarnya Dr. Iren?
16 Bab 16 . Bantuan?
17 Bab 17 . Kehangatan dan Sendu
18 Bab 18.Luka lama
19 Bab 19. Keluarga Baru?
20 Bab 20. Psikolog dadakan
21 Bab 21.Bunga Mawar
22 Bab 22.Pertengkaran
23 Bab 23.Pembelaan yang salah
24 Bab 24. Cinta Bima
25 Bab 25 . Hampir Terbongkar
26 Bab 26.Penuh pertanyaan yang terpendam
27 Bab 27 . Gagang Pintu
28 Bab 28 . Acute Stress Disorder
29 Bab 29. Rencana
30 Bab 30.Rooftop Rumah Sakit
31 Bab 31.Tamparan
32 Bab 32.Hari Ayah
33 Bab 33. Penolakan
34 Bab 34. Kata - kata absurd
35 Bab 35.Pindahan
36 Bab 36. Room tour
37 Bab 37.Di Antara Rencana Licik
38 Bab 38. Darwin?
39 Bab 39.Mengakui Istri
40 Bab 40 . Perhatian Exstra
41 Bab 41.Yang Selalu Ada Lebih Unggul
42 Bab 42.Bubur Ayam
43 Bab 43.Sebuah Pengakuan
44 Bab 44.Penjelasan
45 Bab 45.Merebut Kembali
46 Bab 46 . Momen
47 Bab 47. Kerja Sama
48 Bab 48.Berangkat
49 Bab 49.Rencana yang mulus
50 Bab 50.Cemburu
51 Bab 51.Dirga Tau
52 Bab 52.BBQ.
53 Bab 53. Obat Penenang
54 Bab 54.Jadian
55 Bab 55.Masa Lalu Aruna
56 Bab 56.Kasus Yang Menggemparkan
57 Bab 57.Mengunjungi Tara
58 Bab 58. kecurigaan Iren
59 Bab 59 . Jajan
60 Bab 60 . Fitting Baju
61 Bab 61.Berbaikan
62 Bab 62.Pukulan
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Bab 1 . Ijab Kabul
2
Bab 2.Malam Pertama Bohongan
3
Bab 3.Kado Pernikahan
4
Bab 4.Perang Bantal
5
Bab 5.Agoraphobia Ringan
6
Bab 6.Terapi Kilat
7
Bab 7.Pembela
8
Bab 8.Mama Rempong
9
Bab 9.Cincin Kawin?
10
Bab 10.Kejadian di Luar Dugaan
11
Bab 11.Bayangan mengancam?
12
Bab 12.Gangguan Penyesuaian
13
Bab 13.Ciuman
14
Bab 14.Dokter Baru??
15
Bab 15.Siapa sebenarnya Dr. Iren?
16
Bab 16 . Bantuan?
17
Bab 17 . Kehangatan dan Sendu
18
Bab 18.Luka lama
19
Bab 19. Keluarga Baru?
20
Bab 20. Psikolog dadakan
21
Bab 21.Bunga Mawar
22
Bab 22.Pertengkaran
23
Bab 23.Pembelaan yang salah
24
Bab 24. Cinta Bima
25
Bab 25 . Hampir Terbongkar
26
Bab 26.Penuh pertanyaan yang terpendam
27
Bab 27 . Gagang Pintu
28
Bab 28 . Acute Stress Disorder
29
Bab 29. Rencana
30
Bab 30.Rooftop Rumah Sakit
31
Bab 31.Tamparan
32
Bab 32.Hari Ayah
33
Bab 33. Penolakan
34
Bab 34. Kata - kata absurd
35
Bab 35.Pindahan
36
Bab 36. Room tour
37
Bab 37.Di Antara Rencana Licik
38
Bab 38. Darwin?
39
Bab 39.Mengakui Istri
40
Bab 40 . Perhatian Exstra
41
Bab 41.Yang Selalu Ada Lebih Unggul
42
Bab 42.Bubur Ayam
43
Bab 43.Sebuah Pengakuan
44
Bab 44.Penjelasan
45
Bab 45.Merebut Kembali
46
Bab 46 . Momen
47
Bab 47. Kerja Sama
48
Bab 48.Berangkat
49
Bab 49.Rencana yang mulus
50
Bab 50.Cemburu
51
Bab 51.Dirga Tau
52
Bab 52.BBQ.
53
Bab 53. Obat Penenang
54
Bab 54.Jadian
55
Bab 55.Masa Lalu Aruna
56
Bab 56.Kasus Yang Menggemparkan
57
Bab 57.Mengunjungi Tara
58
Bab 58. kecurigaan Iren
59
Bab 59 . Jajan
60
Bab 60 . Fitting Baju
61
Bab 61.Berbaikan
62
Bab 62.Pukulan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!