Hari Pernikahan

#4

Pukul 02.00 dini hari, Kenzo tiba di hotel tempat dilaksanakan ijab qabul. Luar biasa sekali bukan, calon mempelai pria baru keluar dari ruang operasi setelah jam 01.00 dini hari. Untung saja ada sopir yang sudah disiapkan Bunda Emira agar Kenzo tak perlu menginap di Rumah Sakit, jelang hari H pernikahannya. 

Tak perlu lapor ke resepsionis, karena mereka sudah tahu siapa yang datang, Kenz lagsung naik lift menuju kamarnya di ruang VVIP lantai paling atas. 

Ia memijat lehernya yang terasa pegal, ini adalah bagian dari resiko pekerjaannya sebagai dokter bedah syaraf. Ia memang tak harus berdiri sepanjang melakukan pekerjaannya, namun posisi mikroskop yang tidak sejajar dengan kepala, membuat Kenzo harus sedikit menunduk agar mendapat posisi penglihatan yang pas. 

Keluar dari lift, ia sudah ditunggu sang bunda, wajah bunda Emira terlihat lega manakala melihat putra sulungnya kembali tiba dari rumah sakit. 

“Bunda, kenapa belum tidur?” tanya Kenz. 

“Bunda menunggumu,” jawabnya, tak lupa membawa kening kenzo untuk diberi kecupan sayang. 

“Beberapa jam lagi kamu menikah, dan jam segini baru tiba di hotel, bagaimana mungkin Bunda bisa tidur nyenyak?” 

Kenzo memeluk Bunda Emira, “Terima kasih, Bund. Tapi aku sudah dewasa, dan hal seperti ini sudah biasa bagiku.” Kenzo mengusap punggung bunda Emira. 

“Bagi Bunda, kamu tetap bayi kecil yang lucu.” 

“Baiklah, tak mengapa, aku akan bersikap seperti bayi jika di dekat Bunda,” jawab Kenzo. 

Tiba-tiba bunda Emira teringat sesuatu, “Oh iya, apa Leon mengabarimu?” 

Mereka berjalan menuju kamar yang Kenzo tempati, Bunda Emira sengaja ikut masuk ke kamar Kenzo, guna memastikan pria itu tidur sebelum mengucap ijab qobul. 

“Tidak, anak itu juga tak membalas pesanku, mungkin Rumah Sakit baru sedang sangat sibuk, Bund.” 

“Jika hanya perkara Rumah Sakit sibuk, Bunda bisa mengerti, tapi ini aneh, Leon bukan hanya tak menjawab pesan Bunda, tapi Ayahmu menelpon pun, dia tak menjawab,” keluh bunda Emira. 

“Ponselnya aktif?” 

“Aktif. Apa adikmu mencoba menghindari Bunda dan Ayah?” gumam bunda Emira. 

“Lebih baik Bunda istirahat sekarang, aku yakin Leon pasti datang besok.” 

“Hmmm … semoga saja. Kamu juga harus tidur.”

“Iya, Bunda.” 

Bunda Emira pun meninggalkan kamar Kenzo, dan benar saja, tak lama kemudian Kenzo pun terlelap, setelah membersihkan diri. 

•••

Keesokan harinya, tepat pukul 08.00 pagi ijab qobul dimulai. Dihadapan Kenzo, duduk Tuan Emir Abrizam, didampingi Alaric Abrizam, serta seorang penghulu. 

Sementara Kenzo duduk diapit, Ayah Juna dan Papa Kevin. Dua orang saksi dari pihak laki-laki pun ikut duduk mengelilingi meja. 

Tangan Kenzo dijabat erat Papa Emir, karena prosesi serah terima tanggung jawab akan segera berlangsung. 

Cepat, lugas, serta penuh keyakinan, Kenzo mengucap sumpah di hadapan wali serta para saksi. 

“Saya terima nikah dan kawinnya Nada Shakila Abrizam binti Emir Abrizam dengan mas kawin uang tunai sebesar 100 juta rupiah, serta seperangkat perhiasan dibayar tunai.” 

“Bagaimana para saksi?” 

“SAH!”

“SAH!”

“SAH!” 

Kata sah itu menggema, usai Kenzo mengucap kalimat ijab, kini tanggung jawab atas diri Nada, sepenuhnya ada di pundak Kenzo. Sehat, sakit, suka, duka, tangis, ataupun tawa bahagia, semua menjadi tanggung jawab Kenzo sebagai seorang suami, hingga nanti di akhirat. 

Tak lama kemudian, Bunda Emira dan Mama Laura datang bersama sang mempelai wanita yang saat ini mengenakan kebaya serba putih. 

Raut wajah Nada tersenyum bahagia, setelah sesaat lalu diliputi ketegangan. Walau Mama Laura muak melihat sang anak tiri bahagia, namun ia harus tertawa demi menyelamatkan nama baiknya. 

Lagi pula siapa yang tak mau berbesan dengan keluarga konglomerat terpandang, jika hatinya tidak ikhlas, setidaknya ia harus terlihat bahagia karena kini ia cukup punya nama di kalangan sosialita. 

Akhirnya, Kenzo kembali berhadapan dengan Nada, karena semenjak acara lamaran digelar, ia sama sekali tak bertatap muka dengan gadis yang kini resmi menjadi istrinya. 

Bunda Emira membuka kotak perhiasan yang berisi sepasang cincin kawin, Terlebih dahulu Kenzo memasang cincin di jari manis Nada, kemudian sebaliknya Nada pun memasang cincin di jari manis Kenzo. 

Sesudahnya, “Ayo, cium tangan suamimu dulu,” tutur Bunda Emira. 

Kedua tangan Kenzo yang semula terkepal, kini terbuka, ia membiarkan gadis yang kini resmi bergelar sebagai istrinya tersebut, mencium punggung tangannya dengan sungguh-sungguh. 

Keduanya saling bertukar senyuman, walau hanya senyuman tipis, karena sebelum ini mereka adalah dua orang yang sangat asing. 

Walau belum tahu seperti apa perasaannya pada Nada, namun Kenzo yang pernah dikhianati telah bersumpah, akan menjadikan Nada sebagai wanita pertama dan satu-satunya yang ia nikahi. 

Kini berganti Kenzo yang mencium kening dan puncak kepala nada. Begitu syahdu, pelan, dan sedikit berlama-lama. 

Nada tak kuasa membendung air matanya, karena ibu kandungnya tak lagi ada di dunia menyaksikan peristiwa ini. 

“Eh, kenapa menangis?” tanya Kenzo, dengan bisikan yang hanya didengar oleh Nada. 

“Andai Ibuku ada disini,” jawab Nada. Akhirnya Kenzo hanya bisa tersenyum, sangat paham apa yang kini dirasakan sang istri. 

Tanpa banyak bicara, Kenzo meraih selembar tisu dan dengan tangannya sendiri ia membersihkan air mata di kelopak mata dan pipi Nada, agar tak merusak riasan istrinya. 

•••

Resepsi pernikahan langsung digelar siang hingga malam harinya, mengingat kedua mempelai tak punya banyak waktu libur. Selain rekan kerja dan teman-teman mempelai, relasi kedua orang tua mempelai pun hadir, meramaikan pesta, serta memberikan doa agar mempelai tetap langgeng hingga akhir hayat. 

Leonardo adalah tamu dari pihak keluarga yang datang paling akhir, lagi-lagi kesibukannya sebagai Dokter ia jadikan alasan. 

“Kenapa baru datang?”

“Oh, Ayah dan Bundaku,” cetus Leon manakala tiba di hadapan kedua orang tuanya, wajahnya berseri-seri, sama sekali tak nampak penyesalan karena sejak kemarin mengabaikan panggilan dari kedua orang tuanya. 

Leon segera memeluk kedua orang tuanya bersamaan, “Dasar, anak nakal!” bisik Bunda Emira. 

“Kalau aku gak nakal, keenakan Bunda dan Ayah, dong.” Leon membalas candaan kedua orang tuanya. 

“Kapan kamu bawa calon istri?” cetus Ayah Juna setelah pelukan mereka terlepas. 

“Itu lagi yang Ayah tanya. Nanti, Yah, harap bersabar, mending Mas Kenz aja tuh yang suruh nyetak anak duluan. Abaikan aku!” seringai Leon kembali menjauh dari orang tuanya guna memberi selamat pada saudara sulungnya. 

“Selamat, Mas. Nanti malam pertama jangan terlalu ganas, kasian masih bocil istrinya.” Leon berkelakar, sambil memeluk erat kakak sulungnya tersebut.

Merah kuning hijau wajah Kenzo mendengar bisikan adiknya, “Mentang-mentang sudah duda,” gerutunya. 

“Oh, jelas aku bangga, karena aku lebih pro, sementara kau masih amatiran.” 

“Cari istri lagi, sana!” balas Kenzo kesal, bisa-bisanya adiknya bangga karena merasa lebih pro dalam hal percintaan, padahal menikah saja cuma seumur jagung, tak sampai setahun sudah berpisah. 

Leon terkekeh, menjauh dari pelaminan, untuk bergabung dengan para sepupunya yang sibuk berbincang dengan satu sama lain. Termasuk menyambut tamu undangan yang kebetulan mengenal mereka. 

Terpopuler

Comments

moon

moon

semoga kalian masih menikmati.

karena masih sangat slow apdet.

2025-09-03

5

Puji Ustariana

Puji Ustariana

masih misteri tentang mama nada dan papa nada koo bisa mereka menikah ? seorang febiola yang bekerja sebagai dokter dan pasti orang yg baik karena febiola mw berteman dg bunda emira yg pd saat itu blm mengetahui status bunda emira mw menikah dg tn emir, mungkinkah bunda emira tau persoalan febi dg tn emir ?

2025-10-02

0

Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸

Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸

lah..kok kok kok..si leon uda duda aja..ngikut si dean dlu..gmn kisahnya thor??😅

2025-09-03

0

lihat semua
Episodes
1 Lamaran
2 Adik Tiri Mantan
3 Persiapan Pernikahan
4 Hari Pernikahan
5 Malam pertama??
6 Mimpi Nada
7 Makan Malam Bersama
8 Ciuman Pertama
9 Pesan Misterius
10 Kanaka Yang Sesungguhnya
11 Kekesalan Claudia
12 Hamil Anak Kanaka
13 Ehm!
14 Sedingin Kulkas
15 Menantu Kecil Bunda Emira
16 Kanaka Curiga
17 Hukuman Bikin Nagih
18 Kenzo Yang Manis
19 Geraldy Kingdom
20 Kondisi Claudia
21 Satu Bantal Berdua
22 Diantar Kanaka
23 Diam Sama Dengan Marah
24 Aku Minta Maaf, Mas.
25 Pesan Misterius
26 Nasehat Ayah Juna
27 Suasana Panas?
28 Setelah Tahu Rasanya
29 Terlalu Manis Untuk Dilupakan
30 Mantan Memang Sulit Dilupakan
31 Lebih Baik Bertanya
32 Jangan-Jangan Wis Mati?
33 Bukti Yang Menarik
34 Harus Rajin Belajar
35 Cara Kenzo Menunjukkan Rasa Sayang
36 Tertangkap Di TKP
37 Hipnoterapi
38 Meninggal Karena Bunuh Diri
39 Lagi-Lagi Nada
40 Penggeledahan
41 Dua Barang Bukti
42 Semakin Sering, Semakin Candu
43 Wanita Bergaun Merah
44 Salah Pilih Lawan
45 Jatuh Cinta Padamu
46 Tes DNA
47 Pria Itu
48 Pil Tidur Milik Dokter Febiola
49 Kepingan Masa Lalu
50 Pembicaraan Nada Dan Papa Emir
51 Papa Emir Meninggal
52 Segala Kemungkinan Layak Dicurigai
53 Ungkapan Hati Papa Emir
54 Hasil Yang Berbeda
55 Ternyata Mama Laura Yang Datang
56 Sopir Nyonya Laura
57 Kecelakaan Aric Dimasa Lalu
58 Irwan Syahreza
59 Orang Yang Meninggalkan Rumah Pada Hari Kejadian
60 Sakitnya Menjadi Anak Mama
61 Gelapnya Mata Dan Sakitnya Hati
62 Pelantikan Aric
63 Dua Sidik Jari
64 Bukan Candaan Jika Memicu Kesalahpahaman
65 Ditetapkan Sebagai Tersangka
66 Dimana Aku?
67 Peristiwa 13 Tahun Yang Lalu
68 Sebuah Pulau
69 Upaya Penyelamatan
70 Telah Ternoda?
71 Pergolakan Batin Nada
72 Perubahan Sikap Nada
73 Hamil?
74 Tapi, Anak Ini Bukan Milikmu
75 Mendatangi Lapas
76 Klinik Aborsi
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Lamaran
2
Adik Tiri Mantan
3
Persiapan Pernikahan
4
Hari Pernikahan
5
Malam pertama??
6
Mimpi Nada
7
Makan Malam Bersama
8
Ciuman Pertama
9
Pesan Misterius
10
Kanaka Yang Sesungguhnya
11
Kekesalan Claudia
12
Hamil Anak Kanaka
13
Ehm!
14
Sedingin Kulkas
15
Menantu Kecil Bunda Emira
16
Kanaka Curiga
17
Hukuman Bikin Nagih
18
Kenzo Yang Manis
19
Geraldy Kingdom
20
Kondisi Claudia
21
Satu Bantal Berdua
22
Diantar Kanaka
23
Diam Sama Dengan Marah
24
Aku Minta Maaf, Mas.
25
Pesan Misterius
26
Nasehat Ayah Juna
27
Suasana Panas?
28
Setelah Tahu Rasanya
29
Terlalu Manis Untuk Dilupakan
30
Mantan Memang Sulit Dilupakan
31
Lebih Baik Bertanya
32
Jangan-Jangan Wis Mati?
33
Bukti Yang Menarik
34
Harus Rajin Belajar
35
Cara Kenzo Menunjukkan Rasa Sayang
36
Tertangkap Di TKP
37
Hipnoterapi
38
Meninggal Karena Bunuh Diri
39
Lagi-Lagi Nada
40
Penggeledahan
41
Dua Barang Bukti
42
Semakin Sering, Semakin Candu
43
Wanita Bergaun Merah
44
Salah Pilih Lawan
45
Jatuh Cinta Padamu
46
Tes DNA
47
Pria Itu
48
Pil Tidur Milik Dokter Febiola
49
Kepingan Masa Lalu
50
Pembicaraan Nada Dan Papa Emir
51
Papa Emir Meninggal
52
Segala Kemungkinan Layak Dicurigai
53
Ungkapan Hati Papa Emir
54
Hasil Yang Berbeda
55
Ternyata Mama Laura Yang Datang
56
Sopir Nyonya Laura
57
Kecelakaan Aric Dimasa Lalu
58
Irwan Syahreza
59
Orang Yang Meninggalkan Rumah Pada Hari Kejadian
60
Sakitnya Menjadi Anak Mama
61
Gelapnya Mata Dan Sakitnya Hati
62
Pelantikan Aric
63
Dua Sidik Jari
64
Bukan Candaan Jika Memicu Kesalahpahaman
65
Ditetapkan Sebagai Tersangka
66
Dimana Aku?
67
Peristiwa 13 Tahun Yang Lalu
68
Sebuah Pulau
69
Upaya Penyelamatan
70
Telah Ternoda?
71
Pergolakan Batin Nada
72
Perubahan Sikap Nada
73
Hamil?
74
Tapi, Anak Ini Bukan Milikmu
75
Mendatangi Lapas
76
Klinik Aborsi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!