Persiapan Pernikahan

#3

“Ibu … bacakan dongeng untukku.” 

Wanita berambut panjang itu tersenyum teduh, ia mengambil salah satu buku dongeng favorit putrinya. Kemudian mulai membacanya secara perlahan, di sela-sela kalimat yang ia baca, selalu ada saja hal-hal kecil yang Nada tanyakan. Namun wanita itu tak pernah marah, dengan sabar ia menjawab satu persatu pertanyaan tersebut. 

Ting

Tong

Suara bel pintu terdengar, “Tunggu sebentar ya, Ibu akan membuka pintu.” 

Nada mengangguk, sambil berusaha keras memejamkan mata selepas kepergian ibunya. Namun lama, sang ibu tak kembali, akhirnya Nada terlelap seorang diri. 

Ketika membuka mata, suasana rumah sudah ramai, ada pemadam kebakaran, dan juga polisi. Dan salah seorang kru pemadam kebakaran, menggendong Nada yang tubuhnya masih tertutup selimut. 

Nada tak tahu apa yang terjadi, namun sudut matanya tanpa sengaja melirik ke arah kamar Ibunya, di sana hanya terlihat wajah dan tangan ibunya yang menjuntai di sisi bath up. 

Tak ada yang berani memberitahukan apa yang terjadi, bahkan Nada sendiri seperti orang ling lung yang mendadak kehilangan kesadarannya. 

Hal terakhir yang diingatnya adalah, malam ketika Ibunya di vonis meninggal, ada orang yang datang bertamu, siapa orang itu, dan apa keperluannya? Entahlah. 

Nada membuka matanya, dengan keringat membanjiri wajah serta tubuhnya. Ia bermimpi, dan rasanya seperti berhalusinasi kembali ke malam dimana ibunya meninggal. 

Dan hingga kini Nada masih tak percaya jika ibunya meninggal karena bunuh diri, namun, polisi dan detektif yang bertugas saat itu mengatakan ada bukti-bukti yang menguatkan dugaan mereka. 

Nada meneguk air putih yang ada di atas nakas, sudah bukan hal aneh jika ia memimpikan peristiwa pahit itu, amat sering, bahkan terlalu sering. Dan biasanya setelah bermimpi, Nada tak bisa lagi memejamkan mata hingga pagi datang. 

Nada keluar dari kamarnya, ia melewati kamar mama Laura, terdengar pertengkaran antara wanita itu dengan ayah Emir. Entah apa yang mereka perdebatkan, karena sejak lama keduanya memang tak pernah rukun. 

Tempat paling tenang di rumah ini adalah duduk di tepi kolam renang, sepi, sejuk dan hanya ada suara hembusan angin malam. Tapi malam itu ia melihat Aric masih duduk di salah satu kursi santai, sambil menatap layar monitor. Rupanya pria itu masih sibuk dengan urusan pekerjaan. 

Nada menarik salah satu kursi malas, agar bisa duduk di dekat Aric. “Kenapa belum tidur?” tanya Aric. 

“Kantukku tiba-tiba hilang.” 

Aric meminggirkan laptop dari pangkuannya, tubuhnya berbalik menatap Nada dengan intens, tangannya menyingkirkan anak rambut yang menutupi kening Nada. “Mimpi lagi, hmm?” 

Nada membuka mata, “Iya,” jawabnya lemah. 

“Perlu ke psikolog lagi?” tanya Aric. 

Nada menggeleng, sebagai tanda penolakan, “Sudah tidak separah dulu, mimpi ini hanya sesekali saja datangnya.” 

Aric meraih kepala Nada ke pelukannya, “Adikku sudah besar, Ya Tuhan,” desah Aric sementara telapak tangannya mengusap kepala Nada. “Bahkan sebentar lagi, tugasku di gantikan pria lain. Janji jangan pernah lupakan Kakakmu, oke?” 

Nada memukul pelan dada Aric, “Apaan sih, masa iya bisa lupa sama Kakak sendiri,” gumam Nada manja. Yah hanya Aric tempat ia bermanja, karena pria itu satu-satunya yang menganggap Nada benar-benar hadir di rumah besar orang tua mereka. Sementara papa Emir dan yang lainnya sibuk dengan urusan mereka sendiri-sendiri. 

“Syukurlah, Kakak akan sedih sekali jika Kamu benar-benar tak membutuhkan Kakak lagi.” 

“Boleh Kakak berpesan padamu?” lanjut Aric

“Pesan apa, Kak?” 

“Nanti setelah menikah, patuhi perkataan suamimu, kendati hal itu bertentangan dengan keinginanmu.” 

“Dih, pesan apaan tuh? Kalau dia nyuruh aku berenang, sementara aku takut pada kolam renang, gimana?” cetus Nada, iseng. 

Aric mencubit hidung Nada, “Sudah mau menikah, ternyata sifat nakalnya masih sama.” 

“Kakak, kapan akan menikah, masa Aku yang melangkahi Kak Aric?” 

“Mmmm entah, mungkin menunggu salah satu gadis cantik turun dari langit.” Tak kalah iseng dengan Nada, Aric pun tak pernah serius menjawab jika ditanya soal pernikahan. 

“Mungkin bisa diturunkan lagi standarnya, Pak? Turun dari angkot, atau dari gerobak misalnya?” 

Aric tak lagi menanggapi, justru mengalihkan ke hal-hal lain, asalkan Nada bisa melupakan mimpinya. 

•••

Jelang hari pernikahan. 

Sepasang mata Claudia menatap dengan tatapan tak suka ketika MUA melakukan treatment perawatan untuk Nada jelang hari pernikahannya, sebenarnya gadis itu sangat shock ketika melihat betapa tampan dan menawannya mantan kekasih yang dulu ia tinggal pergi. 

Sayangnya, kedengkian terlanjur melingkupi hatinya, dan lagi ia tak mungkin terlihat kalah di depan Nada, bisa-bisa anak ingusan itu tertawa puas karenanya. 

“Kamu bilang Kenzo cacat!” sentak mama Laura. 

“Ya memang dulu dia cuma pria cacat, Ma!” balas Nada. 

“Tapi sekarang, Kamu lihat sendiri, pria itu sangat gagah dan juga tampan, dan anak sialan itu yang berhasil menarik hatinya.” Tak kalah dengki dari Claudia, mama Laura pun seakan tak terima melihat Nada berbahagia. 

“Kanaka juga tampan, Ma.” 

“Tapi, tak juga mengajakmu menikah. Cobalah sesekali tanya padanya, Kapan Kalian akan meresmikan hubungan.” 

“Duh, apa sih, Ma? Kan aku sudah bilang, hubungan kami asik-asik aja kok. Nanti kalau sudah waktunya juga kami pasti menikah.” Ada keraguan dijawaban Claudia, karena Kanaka memang tak pernah mengungkit soal pernikahan. 

Haruskah menggunakan cara itu? Siapa tahu dengan hadirnya anak akan membuat Kanaka menyegerakan pernikahan. Claudia tersenyum puas ketika membayangkan rencananya, mau bagaimana lagi, jika hal itu tak ia lakukan maka selamanya hubungan pertunangan dengan Kanaka tak akan pernah berlanjut ke pelaminan. 

•••

Di keluarga Geraldy pun persiapan tak kalah heboh, baju-baju seragam mulai dibagikan ke masing-masing pemilik, karena banyaknya jumlah anggota keluarga, maka jangan sampai pakaian mereka tertukar. 

Sementara yang lain heboh dengan persiapan, ada dua bumil yang benar-benar enggan beranjak dari tempatnya. keduanya sibuk mengunyah kudapan karena sering merasa lapar. Dan sebagai suami siaga nan penyayang, Dean dan Danesh pun tak keberatan memanjakan istri mereka.

“Luna, bagaimana dengan toko bunga?” tanya Mommy Bella yang sedang memastikan rangkaian pengecekan tahap akhir. 

“Aman Mom, mereka sudah siap, tinggal kirim langsung ke lokasi acara.” 

Jika Luna bertugas mengurus bunga, maka Aya dan Naya bertugas memastikan hidangan yang akan menjadi sajian untuk memanjakan lidah para tamu undangan. “Makanan juga sudah oke, Mom,” cetus Aya sebelum mommy Bella bertanya kepadanya. 

“Pengantin pria, dimana?” 

“Masih di ruang operasi,” jawab Bunda Emira. 

Mommy Bella menghembuskan nafasnya, geram namun tak bisa marah, karena Kenzo sedang menjalankan kewajibannya sebagai dokter. “Bisa-bisanya H-1 masih di ruang operasi.” 

“Kakak Ipar seperti tak kenal keponakannya saja, Kenzo kan sama kayak Ayahnya.” 

“Lalu Leonardo? Mirip sepertimu?” sambung mommy Bella. 

“Tidak, mereka bertiga sama saja.” 

Terpopuler

Comments

Ais

Ais

thor moon please jawab rasa penasaran aku ya nada ini anak sahabat emira yg namanya febiola sahabat pas di smu bukan seh????trus ktm lagi pas emira kuliah klo ngak salah trus si emir ini bnr ngak cowok yg febiola sukai dr smu atau kuliah maklum kisah emira udah lama banget jd banyak lupa akunya trus kok bs status nada anak tiri dlm rumah tangga emir ada apa dgn status febiola thor moon smoga bs dijwab di part selanjutnya ya thor moon

2025-09-02

0

Akbar Razaq

Akbar Razaq

Kenzo? ah.sdh.lupa aku. Apa anak.Dean.dr istri pertama?

2025-09-03

0

Saadah Rangkuti

Saadah Rangkuti

oohhh...jadi ini sequel cerita dean sama....🤔🤔🤔
lupa thor...🙏🏼🙏🏼

2025-09-04

0

lihat semua
Episodes
1 Lamaran
2 Adik Tiri Mantan
3 Persiapan Pernikahan
4 Hari Pernikahan
5 Malam pertama??
6 Mimpi Nada
7 Makan Malam Bersama
8 Ciuman Pertama
9 Pesan Misterius
10 Kanaka Yang Sesungguhnya
11 Kekesalan Claudia
12 Hamil Anak Kanaka
13 Ehm!
14 Sedingin Kulkas
15 Menantu Kecil Bunda Emira
16 Kanaka Curiga
17 Hukuman Bikin Nagih
18 Kenzo Yang Manis
19 Geraldy Kingdom
20 Kondisi Claudia
21 Satu Bantal Berdua
22 Diantar Kanaka
23 Diam Sama Dengan Marah
24 Aku Minta Maaf, Mas.
25 Pesan Misterius
26 Nasehat Ayah Juna
27 Suasana Panas?
28 Setelah Tahu Rasanya
29 Terlalu Manis Untuk Dilupakan
30 Mantan Memang Sulit Dilupakan
31 Lebih Baik Bertanya
32 Jangan-Jangan Wis Mati?
33 Bukti Yang Menarik
34 Harus Rajin Belajar
35 Cara Kenzo Menunjukkan Rasa Sayang
36 Tertangkap Di TKP
37 Hipnoterapi
38 Meninggal Karena Bunuh Diri
39 Lagi-Lagi Nada
40 Penggeledahan
41 Dua Barang Bukti
42 Semakin Sering, Semakin Candu
43 Wanita Bergaun Merah
44 Salah Pilih Lawan
45 Jatuh Cinta Padamu
46 Tes DNA
47 Pria Itu
48 Pil Tidur Milik Dokter Febiola
49 Kepingan Masa Lalu
50 Pembicaraan Nada Dan Papa Emir
51 Papa Emir Meninggal
52 Segala Kemungkinan Layak Dicurigai
53 Ungkapan Hati Papa Emir
54 Hasil Yang Berbeda
55 Ternyata Mama Laura Yang Datang
56 Sopir Nyonya Laura
57 Kecelakaan Aric Dimasa Lalu
58 Irwan Syahreza
59 Orang Yang Meninggalkan Rumah Pada Hari Kejadian
60 Sakitnya Menjadi Anak Mama
61 Gelapnya Mata Dan Sakitnya Hati
62 Pelantikan Aric
63 Dua Sidik Jari
64 Bukan Candaan Jika Memicu Kesalahpahaman
65 Ditetapkan Sebagai Tersangka
66 Dimana Aku?
67 Peristiwa 13 Tahun Yang Lalu
68 Sebuah Pulau
69 Upaya Penyelamatan
70 Telah Ternoda?
71 Pergolakan Batin Nada
72 Perubahan Sikap Nada
73 Hamil?
74 Tapi, Anak Ini Bukan Milikmu
75 Mendatangi Lapas
76 Klinik Aborsi
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Lamaran
2
Adik Tiri Mantan
3
Persiapan Pernikahan
4
Hari Pernikahan
5
Malam pertama??
6
Mimpi Nada
7
Makan Malam Bersama
8
Ciuman Pertama
9
Pesan Misterius
10
Kanaka Yang Sesungguhnya
11
Kekesalan Claudia
12
Hamil Anak Kanaka
13
Ehm!
14
Sedingin Kulkas
15
Menantu Kecil Bunda Emira
16
Kanaka Curiga
17
Hukuman Bikin Nagih
18
Kenzo Yang Manis
19
Geraldy Kingdom
20
Kondisi Claudia
21
Satu Bantal Berdua
22
Diantar Kanaka
23
Diam Sama Dengan Marah
24
Aku Minta Maaf, Mas.
25
Pesan Misterius
26
Nasehat Ayah Juna
27
Suasana Panas?
28
Setelah Tahu Rasanya
29
Terlalu Manis Untuk Dilupakan
30
Mantan Memang Sulit Dilupakan
31
Lebih Baik Bertanya
32
Jangan-Jangan Wis Mati?
33
Bukti Yang Menarik
34
Harus Rajin Belajar
35
Cara Kenzo Menunjukkan Rasa Sayang
36
Tertangkap Di TKP
37
Hipnoterapi
38
Meninggal Karena Bunuh Diri
39
Lagi-Lagi Nada
40
Penggeledahan
41
Dua Barang Bukti
42
Semakin Sering, Semakin Candu
43
Wanita Bergaun Merah
44
Salah Pilih Lawan
45
Jatuh Cinta Padamu
46
Tes DNA
47
Pria Itu
48
Pil Tidur Milik Dokter Febiola
49
Kepingan Masa Lalu
50
Pembicaraan Nada Dan Papa Emir
51
Papa Emir Meninggal
52
Segala Kemungkinan Layak Dicurigai
53
Ungkapan Hati Papa Emir
54
Hasil Yang Berbeda
55
Ternyata Mama Laura Yang Datang
56
Sopir Nyonya Laura
57
Kecelakaan Aric Dimasa Lalu
58
Irwan Syahreza
59
Orang Yang Meninggalkan Rumah Pada Hari Kejadian
60
Sakitnya Menjadi Anak Mama
61
Gelapnya Mata Dan Sakitnya Hati
62
Pelantikan Aric
63
Dua Sidik Jari
64
Bukan Candaan Jika Memicu Kesalahpahaman
65
Ditetapkan Sebagai Tersangka
66
Dimana Aku?
67
Peristiwa 13 Tahun Yang Lalu
68
Sebuah Pulau
69
Upaya Penyelamatan
70
Telah Ternoda?
71
Pergolakan Batin Nada
72
Perubahan Sikap Nada
73
Hamil?
74
Tapi, Anak Ini Bukan Milikmu
75
Mendatangi Lapas
76
Klinik Aborsi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!