Bab 3: Kamu Benar-Benar Membelinya

Rizky Pratama pulang ke apartemen sederhana mereka dengan masih menenteng tas sekolah.

Di meja makan sudah tersaji berbagai lauk. Ibunya, Bu Ratna, baru saja melepas celemek dan menyambut hangat.

“Anakku sudah pulang. Ayo, makan malam dulu.”

“Baik, Bu.” Rizky segera mencuci tangan lalu duduk di kursi makan.

Ayahnya, Pak Surya, masih asyik menonton video pendek di ponsel. Sesekali ia tertawa kecil, lalu menoleh ketika anaknya datang.

Bu Ratna bertanya dengan nada khawatir, “Gimana sekolahnya hari ini?”

Menjelang ujian masuk perguruan tinggi, orang tua Rizky memang makin cemas dengan nilainya.

Rizky agak malu. Dulu di kelas 10 dia termasuk siswa berprestasi, tapi belakangan nilainya menurun drastis. Ia tak berani jujur bahwa sebagian besar waktunya justru ia habiskan mengejar cinta sepihaknya pada Ayu Lestari.

“Uh… nggak apa-apa, Bu. Lagi tahap review aja sekarang. InsyaAllah masuk universitas masih bisa,” jawabnya singkat.

Pak Surya menepuk bahunya. “Jangan terlalu tertekan, Nak. Belajar yang serius, tapi jangan lupa jaga kesehatan.”

Bu Ratna ikut menimpali sambil menyendokkan ikan goreng ke piring Rizky. “Benar kata Ayahmu. Besok Sabtu, kamu bisa istirahat cukup biar nggak drop.”

Rizky buru-buru menolak, “Eh… besok aku ada urusan, Bu. Harus keluar.”

“Apa itu?” tanya ibunya.

“Belajar kelompok di perpustakaan sama teman-teman,” jawab Rizky cepat.

Padahal sebenarnya besok ia harus siaran langsung lagi. Kalau tidak live, bagaimana mungkin ia bisa menambah penggemar? Bagaimana mungkin ia bisa menghasilkan uang?

Mendengar alasan anaknya, Pak Surya malah tersenyum bangga. “Oh, bagus. Uangmu cukup, Riz? Kalau kurang, Ayah bisa transfer lagi.”

“Tidak usah, Yah. Uangku masih ada kok,” Rizky buru-buru melambaikan tangan.

“Ya sudah. Kalau nanti kurang, jangan sungkan bilang, ya.”

Rizky mengangguk berulang kali. Dalam hati, ia merasa bersalah. Kedua orang tuanya hanyalah pekerja biasa dengan gaji pas-pasan, tapi mereka tak pernah pelit untuk dirinya. Sayangnya, dulu ia sering membohongi mereka, meminta uang dengan alasan belajar padahal dipakai membeli hadiah untuk Ayu Lestari.

Kini, setelah dipikir ulang, semua itu terasa bodoh.

Malam itu setelah makan, Rizky kembali ke kamarnya. Ia sudah punya simpanan uang tiga miliar rupiah dari sistem siaran langsungnya, tapi tentu saja ia tidak berencana memberi tahu orang tuanya. Bagaimana mungkin ia bisa menjelaskan asal-usul uang itu?

---

Keesokan paginya, kedua orang tuanya sudah berangkat kerja. Rizky bangun, mandi, lalu sarapan seadanya. Setelah itu ia menyalakan ponsel untuk bersiap melanjutkan siaran.

Begitu ruang live dibuka, penonton langsung membludak. Lebih dari seribu orang masuk menonton. Rupanya video permintaan maafnya di papan pengumuman kampus kemarin membuatnya viral.

Bahkan Ayu Lestari dan temannya, Nadia Putri, ikut masuk dengan akun cadangan mereka untuk mengintai.

“Rizky, bukannya kamu janji mau beliin hadiah buat Nadia hari ini? Sudah putuskan mau beli apa?” komentar seorang penonton.

Rizky tersenyum. “Aku belum putuskan. Kenapa nggak kalian yang kasih saran? Aku bakal beli sesuai rekomendasi kalian.”

Komentar bermunculan:

[Kasih Ferrari, biar makin mantap]

[Belikan vila sekalian]

Nadia jadi kikuk membaca komentar itu. Setelah ragu sejenak, ia akhirnya mengetik:

[Sebenarnya, nggak semua cewek matre kok. Yang penting ketulusan, bukan harga hadiah.]

Tapi komentar lain langsung menyindir:

[Eh, ini jangan-jangan akun fake Rizky sendiri? Kalau nggak mampu, ya bilang aja nggak mampu]

Nadia menggigit bibir, ingin membalas, tapi akhirnya menahan diri.

Rizky menatap komentar-komentar itu sambil tersenyum miring. Ketulusan? Kalau ketulusan cukup, apakah Ayu dulu masih akan menusukku dari belakang?

“Baiklah, teman-teman. Rumah atau mobil itu kan nggak masuk akal. Kita cari yang lebih realistis. Jam tangan, misalnya.”

Tiba-tiba Ayu menulis komentar dengan akun samaran:

[Cartier baru ngeluarin jam tangan wanita, bagus banget. Itu bisa jadi hadiah yang elegan sekaligus berkesan.]

Padahal dalam hati, dialah yang sejak lama mengincar jam tangan itu. Harganya lebih dari seratus juta rupiah, tentu ia tak mampu membelinya.

Rizky membaca komentar itu, lalu mengangguk. “Jam tangan, ya? Oke. Kalau begitu, kita beli sekarang. Perhatikan aku baik-baik.”

Penonton makin heboh. Ada yang tertawa mengejek, ada yang penasaran.

---

Tak lama, Rizky sudah tiba di butik Cartier di pusat perbelanjaan mewah Jakarta.

Seorang sales wanita dengan setelan hitam mendekat sambil tersenyum profesional. “Selamat datang, Mas. Ada yang bisa saya bantu?”

“Saya mau lihat koleksi jam tangan wanita terbaru,” kata Rizky tenang.

Petugas itu mengambil sebuah jam mewah, lalu mulai menjelaskan panjang lebar: “Model ini desainnya simpel elegan, kaca safir, mesin kuarsa, cocok untuk wanita sukses…”

Rizky mengangkat tangan, memotong penjelasan. “Berapa harganya?”

Petugas sedikit terkejut. “Harga normal Rp138 juta, tapi sekarang diskon jadi Rp125 juta.”

Komentar penonton langsung meledak:

[Wkwkwk, mana mungkin dia mampu]

[Ayo, buktikan kalau benar-benar bisa beli]

Ayu yang sedang menonton dari kamarnya tersenyum sinis. Ia ingin melihat bagaimana Rizky dipermalukan kali ini.

Namun Rizky dengan santai mengeluarkan kartu bank. “Gesek saja.”

Petugas sampai terperangah, tapi segera menerima kartu itu dengan hormat. Tak lama kemudian, ia kembali dengan senyum sumringah. “Terima kasih, Mas Rizky. Mulai sekarang, saya pribadi akan jadi konsultan Anda di butik ini. Mau jam tangannya dibungkus kado?”

“Ya, bungkus saja.” Rizky mengangguk tenang.

Para penonton di live streaming terdiam.

[Gila, dia benar-benar beli?!]

[Dari mana dia dapat uang sebanyak itu?]

Ayu yang tadinya santai di tempat tidur langsung duduk tegak, matanya melotot ke layar. Rizky benar-benar punya seratus dua puluh lima juta?

Sementara itu, komentar demi komentar terus membanjiri layar. Ada yang mulai mengagumi, ada yang malah iri. Tapi satu hal jelas—Rizky baru saja membungkam semua yang meragukannya.

---

Episodes
1 Bab 1: Tusukan dari Belakang
2 Bab 2: Permintaan Maaf Langsung
3 Bab 3: Kamu Benar-Benar Membelinya
4 Bab 4 – Pengakuan yang Menentukan
5 Bab 5 – Dia Tidak Menolak?
6 Bab 6: Membagi Kelompok Kecil
7 Bab 7 – Menonton Siaran Langsung
8 Bab 8 – Aku Adalah Streamer Konsumen
9 Bab 9 – Kita Semua Teman
10 Bab 10 – Gadis Hemat dan Baik
11 Bab 11 – Rizky Mulai Siaran Langsung
12 Bab 12 – Bisakah Kau Ambilkan Aku Handuk?
13 Bab 13 – Jangkar Mana yang Harus Diperhatikan
14 Bab 14 – Satu Juta Lagi
15 Bab 15 – Farel Marah
16 Bab 16 – Rizky, Apa yang Kau Lakukan?
17 Bab 17 – Kamu Sedikit Penjilat
18 Bab 18 – Sekolah Kecantikan
19 Bab 19: Masih Penyiar Teknis
20 Bab 20: Bisakah Kau Membantuku?
21 Bab 21: Rizky Adalah Ikan Besar
22 Bab 22: Aku Tidak Akan Melakukannya Lagi Untukmu
23 BAB 23: DUA WANITA GILA
24 Bab 24: Hitam dan Merah Juga Merah
25 BAB 25: RAHASIA
26 Bab 26: Kembali dengan Selamat
27 Bab 27: Mendorong Batasan
28 Bab 28: Minta Maaf Segera
29 Bab 29: Pergi ke Mall
30 Bab 30 – iPhone Baru untuk Siapa?
31 Bab 31 – Kamu Bahkan Tidak Mau Memanggilku Sepupu
32 Bab 32: Memberi Hadiah untuk Penggemar
33 Bab 33: Aku Perintahkan Kau Jadi Streamer Besar!
34 Bab 34: Membeli Rumah Mewah
35 Bab 35: Vila Ini Diberikan Padaku
36 Bab 36: Kesalahpahaman
37 Bab 37: Dikelilingi oleh Keindahan
38 Bab 38: Semua Pekerjaan Sia-Sia
39 Bab: 39
40 Bab 40: Penyesalan
41 Bab 41: Kegiatan Karnaval
42 Bab 42: Siaran Langsung
Episodes

Updated 42 Episodes

1
Bab 1: Tusukan dari Belakang
2
Bab 2: Permintaan Maaf Langsung
3
Bab 3: Kamu Benar-Benar Membelinya
4
Bab 4 – Pengakuan yang Menentukan
5
Bab 5 – Dia Tidak Menolak?
6
Bab 6: Membagi Kelompok Kecil
7
Bab 7 – Menonton Siaran Langsung
8
Bab 8 – Aku Adalah Streamer Konsumen
9
Bab 9 – Kita Semua Teman
10
Bab 10 – Gadis Hemat dan Baik
11
Bab 11 – Rizky Mulai Siaran Langsung
12
Bab 12 – Bisakah Kau Ambilkan Aku Handuk?
13
Bab 13 – Jangkar Mana yang Harus Diperhatikan
14
Bab 14 – Satu Juta Lagi
15
Bab 15 – Farel Marah
16
Bab 16 – Rizky, Apa yang Kau Lakukan?
17
Bab 17 – Kamu Sedikit Penjilat
18
Bab 18 – Sekolah Kecantikan
19
Bab 19: Masih Penyiar Teknis
20
Bab 20: Bisakah Kau Membantuku?
21
Bab 21: Rizky Adalah Ikan Besar
22
Bab 22: Aku Tidak Akan Melakukannya Lagi Untukmu
23
BAB 23: DUA WANITA GILA
24
Bab 24: Hitam dan Merah Juga Merah
25
BAB 25: RAHASIA
26
Bab 26: Kembali dengan Selamat
27
Bab 27: Mendorong Batasan
28
Bab 28: Minta Maaf Segera
29
Bab 29: Pergi ke Mall
30
Bab 30 – iPhone Baru untuk Siapa?
31
Bab 31 – Kamu Bahkan Tidak Mau Memanggilku Sepupu
32
Bab 32: Memberi Hadiah untuk Penggemar
33
Bab 33: Aku Perintahkan Kau Jadi Streamer Besar!
34
Bab 34: Membeli Rumah Mewah
35
Bab 35: Vila Ini Diberikan Padaku
36
Bab 36: Kesalahpahaman
37
Bab 37: Dikelilingi oleh Keindahan
38
Bab 38: Semua Pekerjaan Sia-Sia
39
Bab: 39
40
Bab 40: Penyesalan
41
Bab 41: Kegiatan Karnaval
42
Bab 42: Siaran Langsung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!