Siapa??

Keheranan memenuhi wajah Kuroh. Pria asing di depannya berdiri tenang, memegang sebuah kartu bercahaya yang tampak memantulkan warna keemasan. Di satu sisi bertuliskan Lucky, lalu perlahan dibalik—dan terlihat kata King. Aura aneh mengelilingi pria itu, membuat udara di sekitar mereka bergetar lembut, seperti waktu berhenti hanya untuknya.

“Siapa kamu?” tanya Kuroh, nada suaranya setengah waspada, setengah penasaran.

Pria itu tersenyum samar, seperti menikmati kebingungan di wajah Kuroh. “Maafkan aku, aku hanya menunjukkan kartu ini pada orang-orang terpilih,” ucapnya dengan suara rendah namun menenangkan. “Di masa depan, kartu ini akan sangat berhubungan denganmu.”

Kuroh mengerutkan dahi. “Apa maksudmu? Lucky? King? Masa depan? Aku cuma orang biasa tanpa pilar. Mana mungkin aku jadi raja?”

Suara tawa ringan keluar dari pria itu, terdengar hangat tapi misterius. “Lugu sekali kau, anak muda. Tak semua takdir bisa kau pahami sekarang.” Ia menepuk dadanya pelan. “Aku adalah Lord Vazquez, Pilar Keberuntungan.”

Kuroh membeku. Nama itu tidak asing di dunia para pilar—sosok misterius yang katanya hanya muncul pada orang dengan potensi besar. Tapi bertemu langsung dengannya? Mustahil.

“Pilar... keberuntungan?” gumamnya pelan, seolah lidahnya sendiri tak percaya.

“Benar,” ucap Vazquez dengan keyakinan penuh. “Orang-orang yang kutemui bukan kebetulan. Setiap pertemuan membawa pertanda. Dan menurut keberuntunganku...” ia tersenyum kecil, “...kau akan menjadi raja suatu saat nanti.”

Kuroh menatap sahabatnya, Shi, yang sejak tadi makan dengan santai seolah tak peduli pada keanehan di sekitarnya. “Shi, itu bener?”

Shi meletakkan sumpitnya perlahan, menatap Kuroh dengan mata datar tapi serius. “Benar, Kuroh. Dalam data pengetahuanku, Pilar Keberuntungan memang nyata. Kalau dia datang padamu, berarti sesuatu besar akan terjadi.”

Kuroh terdiam lama. Ia ingin menertawakan kata-kata itu, tapi entah kenapa—di dalam dadanya ada sedikit getaran halus, seperti sebuah firasat. Vazquez bangkit dari tempat duduknya, lalu menatapnya sekali lagi.

“Selamat tinggal... Raja masa depan.”

Dan begitu saja, tubuhnya menghilang di antara keramaian, seolah menembus udara.

Kuroh menatap meja kosong di depannya, mencoba mencerna apa yang baru terjadi. Sampai matanya tertuju pada sebuah surat dengan segel emas. Ia mengambilnya perlahan.

Ketika segel itu dibuka, aroma tinta tua memenuhi udara. Di dalamnya tertulis sebuah undangan—menuju Pasar Gelap, tempat legendaris di mana orang-orang terlarang berkumpul, dan barang-barang langka diperjualbelikan tanpa batas moral.

Kuroh menatap surat itu lama, hingga Shi berkomentar tanpa mengangkat kepala.

“Kuroh, jangan berpikir untuk ke sana. Tempat itu bukan untuk orang sembarangan.”

Namun tekad sudah menyala di matanya. “Aku harus lihat sendiri, Shi. Ini kesempatan emas.”

Shi hanya menghela napas. “Baiklah. Tapi kalau mati, jangan salahkan aku.”

Mereka berjalan meninggalkan restoran. Udara sore terasa berat, menyatu dengan kabut tipis yang menutupi jalanan kota tua itu. Di dalam surat, tertera sebuah peta dengan tanda X di dekat lokasi mereka berdiri.

Saat mereka tiba di tempat itu, muncul seseorang berpakaian hitam seperti ninja. Wajahnya tertutup kain, matanya dingin tanpa emosi. Ia tidak bicara sepatah kata pun—hanya berjalan pelan.

Kuroh dan Shi saling pandang, lalu mengikuti.

Setelah berjalan sekitar sepuluh menit, mereka berhenti di depan tembok besar yang tampak seperti jalan buntu. Namun pria itu mengangkat tangannya, membentuk pola aneh di udara. Cahaya biru muncul, dan tembok bergetar, membuka jalan ke dalam portal bercahaya.

“Masuklah,” ucap pria itu datar.

Tanpa ragu, mereka melangkah masuk.

Begitu menembus portal, aroma debu, besi, dan darah samar langsung menyambut mereka. Pasar Gelap—sebuah dunia bawah tanah yang hidup. Lampu-lampu redup menggantung di langit-langit batu, dan setiap sudut dipenuhi pedagang yang menawarkan barang-barang mustahil: jimat, tengkorak naga, batu roh, bahkan senjata yang berkilau seperti bintang.

“Pedang Tuan Alberto! Langka! Asli dari generasi pertama!” teriak seorang pedagang dengan suara serak.

Kuroh langsung menoleh, matanya berbinar. Ia berjalan cepat ke arah suara itu.

“Paman, berapa harganya?” tanyanya antusias.

“Seratus juta U$N,” jawab pedagang itu dingin.

Kuroh tertegun. “Mahal sekali… pantas saja legendaris.” Ia menatap pedang itu sekali lagi, lalu menelan ludah. “Maaf, aku tidak jadi beli.”

Seketika udara berubah mencekam. Para pedagang berhenti berbicara. Tatapan mereka memerah, pupil mengecil, wajah mereka seperti kehilangan jiwa.

Kuroh bergidik. “A-Ada yang salah?”

“Kurang ajar,” desis pedagang itu, suaranya berat dan penuh amarah. “Berani melihat barang di Pasar Gelap tanpa membelinya?”

Kuroh tertegun. “Memangnya kenapa?”

“Di tempat ini, menawar tanpa membeli adalah penghinaan. Dan penghinaan dibayar dengan darah.”

Jantung Kuroh berdegup cepat. “Aku… aku tidak tahu! Ini pertama kalinya aku ke sini!”

Namun terlambat. Tanah mulai bergetar. Dari langit-langit muncul tangan-tangan hitam raksasa, merayap menembus udara.

Shi segera menarik tangan Kuroh. “Lari!”

Mereka menembus kerumunan, berlari sekuat tenaga di antara kios-kios yang berjatuhan. Dari belakang, suara dentuman keras menggema, disertai jeritan para pedagang yang berubah bentuk menjadi bayangan mengerikan.

“Kenapa kita kabur?!” teriak Kuroh di tengah hiruk-pikuk.

Shi menjawab cepat, “Karena yang kau hina bukan pedagang biasa! Dia pelayan Pilar Tempat, penguasa pasar ini!”

Kuroh hampir tak percaya. “Pilar… Tempat?”

“Ya! Dia bisa mengendalikan seluruh area yang ia ciptakan. Dan kita ada di dalamnya sekarang!”

Tanah kembali berguncang keras. Tangan-tangan besar menjulur dari dinding, meraih mereka berdua dengan kecepatan yang tak manusiawi.

“Sial!” Shi menunjuk ke depan. “Lihat gubuk itu! Sembunyi di sana!”

Mereka berlari dengan sisa tenaga. Nafas Kuroh memburu, dadanya seperti terbakar. Setiap langkah terasa berat. Saat hampir sampai, sebuah tangan raksasa menghantam tanah di belakang mereka—debu dan batu beterbangan. Shi melompat lebih dulu, berhasil mencapai pintu gubuk itu.

“Kuroh! Cepat!”

Kuroh berlari, tapi tanah di bawahnya retak. Ia melompat, nyaris gagal, sampai tangan Shi menjulur dan menangkap pergelangan tangannya.

“Pegang erat!” teriak Shi.

Kuroh memegang sekuat tenaga, tapi ketika ia menoleh ke belakang, tangan raksasa itu sudah hampir menyentuhnya. Detik itu juga, energi biru meledak di kakinya. Tubuhnya terpental ke depan—menembus udara seperti peluru cahaya—dan jatuh tepat di dalam ruangan bersama Shi.

Pintu langsung tertutup rapat.

Keduanya terengah-engah. Sunyi. Hanya suara napas dan detak jantung yang menggema di ruang gelap itu.

Shi menatapnya lama, wajahnya penuh tanda tanya. “Untung kau selamat. Tapi barusan... apa yang terjadi? Kau seperti terbang.”

Kuroh menatap tangannya sendiri, masih gemetar. “Entahlah. Saat aku takut tadi, aku cuma merasa… ada energi besar yang meledak di kakiku.”

Shi terdiam, lalu tersenyum samar. “Mungkin… pilar-mu selama ini belum bangun.”

Kuroh menunduk, menatap lantai, tapi pikirannya sudah jauh melayang. Untuk pertama kalinya, ia merasakan sesuatu hidup di dalam dirinya—sebuah kekuatan yang tidak ia pahami, tapi terasa nyata.

Di luar, suara gemuruh masih terdengar. Bayangan besar menyapu langit-langit pasar. Namun di ruangan kecil itu, dua sosok muda hanya bisa menunggu—dalam diam, dalam gelap, dan dalam takdir yang baru saja mulai bergerak.

Terpopuler

Comments

Mikerap <3

Mikerap <3

Kangennya bukan main, update dong thor. Biar makin jatuh cinta! 😍

2025-08-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!