Bab 3 — Sekretarisku!

Cahaya matahari yang masuk karena gorden dibuka oleh pelayan di rumah Nerios, membuat Camelia terbangun dari tidurnya, matanya menyipit, bibirnya bergumam kecil.

"Bunda, aku masih ngantuk!" gerutunya tanpa sadar.

Rani—salah satu pelayan di rumah mewah itu tersenyum kecil, ia berjalan menghampiri Camelia. "Maafkan saya karena menganggu tidur nona, tapi tuan Nerios menyuruh saya untuk membangunkan Anda," ungkapnya.

Mata Camelia sontak terbelalak, ia duduk dengan spontan dan langsung sadar bahwa sekarang dirinya sudah tidak lagi berada di rumahnya.

Ia menatap Rani, tatapannya terlihat bingung. "Apakah aku harus bekerja di rumah ini?" tanyanya, ia masih mengira bahwa Nerios ingin menjadikannya seorang pelayan.

"Tidak," jawab Rani sambil berjalan ke meja nakas, ia menuangkan air putih ke dalam gelas. "Tuan Nerios meminta Anda untuk segera mandi dan bersiap menggunakan pakaian yang sudah saya siapkan," ucapnya memberitahu seraya menyodorkan gelas itu pada Camelia.

Camelia tidak terbiasa dilayani seperti ini, bahkan saat keluarganya masih di dalam kejayaannya, mereka tidak memliki pelayan yang melayani seperti ini. Lagi pula, kekayaan Nerios memang tidak bisa dibandingkan dengan kekayaan keluarganya dulu, karena sangat berbeda jauh.

Wanita itu mengambil gelas dengan canggung, meminumnya secara perlahan, lalu mendongak menatap Rani setelah minum.

"Lalu sehabis itu aku harus melakukan apa?" tanya Camelia sambil menyodorkan kembali gelas itu dengan perlahan.

Rani tersenyum melihat gerakan tangan Camelia yang nampak sedikit ragu, ia mengambil gelas itu dari tangan Camelia. "Tuan sudah menunggu Anda di bawah, tepatnya di meja makan. Jadi setelah bersiap Anda bisa langsung ke sana."

"Baiklah!" ucapnya seraya mengangguk kecil.

Pelayan itu meletakan gelas ke atas nampan, tepat di samping teko yang terlihat mahal. Ia mengangkat nampan tersebut.

"Kalau begitu saya permisi!" pamit Rani, berjalan keluar dari dalam kamar.

Camelia tak menjawab, ia hanya menatap lurus ke depan dengan tatapan sendu. Perasaannya semakin kacau, ia tidak menyangka bahwa takdir begitu jahat padanya. Membawanya kepada pria yang terlihat jelas terobsesi padanya.

"Bunda, aku harus bagaimana ... Aku takut!" ucapnya dengan lirih, suaranya bergetar seperti ingin menangis.

......———......

Camelia menatap pantulan dirinya pada cermin meja rias, dirinya memakai pakaian yang disediakan oleh Rani. Pakaian ini terlihat begitu formal dan sepertinya setelan ini biasa digunakan oleh seorang sekretaris.

Wajahnya pun ia rias dengan riasan yang tidak terlalu tebal namun tidak terlalu natural, ini permintaan Nerios juga. Tadi Rani kembali ke kamar untuk memberitahunya bahwa ia juga harus merias wajahnya.

Ia menghela nafas panjang, menguatkan dirinya sebelum turun untuk menemui Nerios. Pria itu pasti sudah sangat tidak sabar, jadi dengan perlahan ia berjalan keluar dari dalam kamar sebelum pria itu mendatangi dirinya.

Suara hentakan heels yang menuruni anak tangga terdengar menggema, membuat pelayan yang bekerja di lantai dasar menoleh ke arah Camelia.

"Cantik banget!"

"Dia wanitanya tuan Nerios ya?"

"Kapan nona itu datang ke sini?"

Suara para pelayan pun terdengar di telinga Camelia karena wanita itu sudah berada di lantai dasar. Ia tersenyum kikuk pada pelayan yang semuanya wanita, dari yang muda hingga paruh baya.

"Selamat pagi nona Camelia!" sapa Retno yang merupakan kepala pelayan.

Camelia mengangguk kaku. "S-selamat pagi!" balasnya.

Retno tersenyum lembut, jari jempolnya menunjuk ke area dapur. "Tuan Nerios sudah menunggu Anda di sana," ucapnya memberitahu.

"Ah ... Iya!" Camelia menoleh ke area dapur, ia dapat melihat Nerios yang menatapnya dari sana dengan dingin.

"Saya permisi!" Dengan cepat Camelia berjalan menghampiri Nerios. Bayangan tentang cengkraman semalam sedikit membuatnya bergidik ngeri.

"Kau bersiap cukup lama, apa kau berencana untuk kabur?!" tuduh Nerios begitu Camelia berada di samping tubuhnya.

"Tidak! Aku memang lama jika sedang bersiap!" balas Camelia tidak terima, ia memang cukup lama jika bersiap, hanya saja hari ini ia merenung dulu karena memikirkan cara agar terlepas dari Nerios.

Nerios berdecak pelan, ia menunjuk bangku di sebrangnya dengan dagu. "Duduk di sana! Makanan ini sudah dingin hanya karena menunggumu!" perintahnya dengan tegas.

Camelia melirik sinis Nerios sebelum mengikuti perintahnya, pria itu sangat menyebalkan. Dia semena-mena karena Camelia kini berada digenggamannya, itu membuat hati Camelia sedikit berdenyut nyeri.

"Kau cantik." puji Nerios tanpa menatap Camelia. Ia sibuk dengan sendok dan garpu untuk memulai sarapan.

Wanita itu yang baru saja duduk di atas bangku pun tersentak, satu alisnya terangkat. "T-thanks!" katanya sedikit ragu karena pujian itu secara tiba-tiba.

"Makanlah! Jika tidak suka dengan makanannya katakan saja, aku akan meminta Bu Retno untuk menggantinya." perintah Nerios, tapi kali ini dengan suara yang lembut. Ia juga menatap Camelia dengan senyum tipisnya.

Camelia menurut, ia mengambil sendok dan garpu. Mengambil makanan lalu menyuapkan pada mulutnya. "Enak." pujinya setelah menelan makanan itu.

"Sebenarnya kita mau ke mana?" tanya Camelia dengan penasaran.

Nerios menyuapkan makanan itu ke dalam mulutnya, mengunyah dengan santai sebelum akhirnya menjawab, "kita akan bekerja di kantorku dan kau akan menjadi sekretarisku!"

"Hah?" Camelia terkejut, ia menatap tak percaya Nerios. "Sekretaris? Yang bener aja! Aku tidak pernah bekerja dengan posisi tinggi seperti itu, aku pasti akan melakukan kesalahan!"

"Siapa yang peduli?" kata Nerios sambil mengendikkan kedua bahunya tak acuh. "Biar pun kau melakukan kesalahan, aku yang akan menghukum dirimu, bukan orang lain," lanjutnya dengan santai.

"Aku tidak tau pekerjaan sekretaris itu seperti apa, yang dasar pun aku tidak tau!"

Camelia memang bekerja di perusahaan sejak lulus kuliah, tapi ia bekerja hanya sebagai karyawan biasa, jadi ia jelas tidak tau cara kerja sekretaris. Terlebih perusahaan tempat bekerjanya dulu berbeda jauh dengan perusahaan Nerios, ia takut akan membuat kesalahan yang besar.

"Aku akan mengajarimu, tenang saja!" Lagi pula memangnya siapa lagi yang akan mengajari Camelia selain dirinya? Tentu saja tidak ada dan tidak boleh ada!

"Tidak segampang it—"

"Kau tinggal menurut saja, Camelia!" tekan Nerios, ia menatap tajam wanitanya karena terlalu membantah.

Camelia menunduk, ia tidak bisa melakukan perlawanan apa pun. Nerios terlalu dominan, auranya sangat kuat.

"Baik!" katanya dengan patuh.

"Segera habiskan makananmu!" perintah Nerios dengan tegas.

Kemudian hening, hanya ada suara dentingan dari alat makan yang beradu. Mereka fokus pada makanan masing-masing dan juga pikiran mereka sendiri.

Camelia yang merasa tertekan, memikirkan berbagai cara agar lepas dari Nerios. Sedangkan Nerios merasa begitu bahagia karena kini Camelia berada di sisinya.

Nerios sesekali melirik ke arah Camelia, seakan memastikan bahwa di hadapannya benar-benar ada wanita yang selama ini dirinya cintai—oh atau wanita yang membuatnya merasakan sebuat obsesi gila?

Dirinya tak peduli itu! Yang ia peduli hanyalah Camelia, Camelia dan Camelia!

Berikan dukungan kalian teman-teman!

Jangan lupa vote dan komen

Salam cinta, biebell

Terpopuler

Comments

Alucard

Alucard

Baca sampe pagi gara-gara gak bisa lepas dari cerita ini. Suka banget!

2025-08-29

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 — Jaminan Hutang
2 Bab 2 — Di dalam Rumah Mewah
3 Bab 3 — Sekretarisku!
4 Bab 4 — Hari Pertama di Kantor
5 Bab 5 — Sheryl, Sekretaris Lama
6 Bab 6 — Percobaan Kabur Pertama
7 Bab 7 — Hukuman
8 Bab 8 — Dari Balik Layar Monitor
9 Bab 9 — Sejak Kapan?
10 Bab 10 — Hal Pertama
11 Bab 11 — Hanya Karena Jas Hujan?
12 Bab 12 — Agar Satu Kelas
13 Bab 13 — Lebih Ketat
14 Bab 14 — Kafetaria
15 Bab 15 — Lembur Bersama
16 Bab 16 — Dekapan Pertama
17 Bab 17 — Demi Keluarganya
18 Bab 18 — Pertemuan Tidak Terduga
19 Bab 19 — Amarah
20 Bab 20 — Dinner
21 Bab 21 — Hadiah Tambahan
22 Bab 22 — Pada Cuaca Yang Dingin
23 Bab 23 — Tidur Bersama Karena Kecoa
24 Bab 24 — Rencana Proyek Baru
25 Bab 25 — Kau Belajar Dengan Baik
26 Bab 26 — Meminta Izin
27 Bab 27 — Pasar Malam
28 Bab 28 — Jogging
29 Bab 29 — Investor
30 Bab 30 — Meminta Saran
31 Bab 31 — Mall
32 Bab 32 — Sabotase?
33 Bab 33 — Siapa Dia?
34 Bab 34 — Impian Indah Nerios
35 Bab 35 — Ciuman Tidak Terduga
36 Bab 36 — Kenyataan Pahit
37 Bab 37 — Sakit
38 Bab 38 — Balas Dendam?
39 Bab 39 — Memohon
40 Bab 40 — Pertanyaan Dan Fakta Menyakitkan
41 Bab 41 — Jangan Ulangi Kesalahan Itu
42 Bab 42 — Keras Kepala
43 Bab 43 — Menjauh
44 Bab 44 — Cemburu
45 Bab 45 — Kembali Ke Titik Awal?
46 Bab 46 — Mommy Akan Membantu
47 47 — Haruskan Aku Mengikatmu Terus?
48 Bab 48 — Cerminan Dirimu, Dad!
49 Bab 49 — Berpisah?
50 Bab 50 — Ketenangan?
51 Bab 51 — Kekacauan
52 Bab 52 — Yang Penting Bisa Melihatnya
53 Bab 53 — Menatapmu Dari Kejauhan
54 Bab 54 — Firasat
55 Bab 55 — Terasa Nyata dan Indah
56 Bab 56 — Hanya Kelelahan
57 Bab 57 — Ancaman
58 Bab 58 — Menjadi Target
59 Bab 59 — Bertahanlah Camelia
60 Bab 60 — Berusaha Menemukan
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Bab 1 — Jaminan Hutang
2
Bab 2 — Di dalam Rumah Mewah
3
Bab 3 — Sekretarisku!
4
Bab 4 — Hari Pertama di Kantor
5
Bab 5 — Sheryl, Sekretaris Lama
6
Bab 6 — Percobaan Kabur Pertama
7
Bab 7 — Hukuman
8
Bab 8 — Dari Balik Layar Monitor
9
Bab 9 — Sejak Kapan?
10
Bab 10 — Hal Pertama
11
Bab 11 — Hanya Karena Jas Hujan?
12
Bab 12 — Agar Satu Kelas
13
Bab 13 — Lebih Ketat
14
Bab 14 — Kafetaria
15
Bab 15 — Lembur Bersama
16
Bab 16 — Dekapan Pertama
17
Bab 17 — Demi Keluarganya
18
Bab 18 — Pertemuan Tidak Terduga
19
Bab 19 — Amarah
20
Bab 20 — Dinner
21
Bab 21 — Hadiah Tambahan
22
Bab 22 — Pada Cuaca Yang Dingin
23
Bab 23 — Tidur Bersama Karena Kecoa
24
Bab 24 — Rencana Proyek Baru
25
Bab 25 — Kau Belajar Dengan Baik
26
Bab 26 — Meminta Izin
27
Bab 27 — Pasar Malam
28
Bab 28 — Jogging
29
Bab 29 — Investor
30
Bab 30 — Meminta Saran
31
Bab 31 — Mall
32
Bab 32 — Sabotase?
33
Bab 33 — Siapa Dia?
34
Bab 34 — Impian Indah Nerios
35
Bab 35 — Ciuman Tidak Terduga
36
Bab 36 — Kenyataan Pahit
37
Bab 37 — Sakit
38
Bab 38 — Balas Dendam?
39
Bab 39 — Memohon
40
Bab 40 — Pertanyaan Dan Fakta Menyakitkan
41
Bab 41 — Jangan Ulangi Kesalahan Itu
42
Bab 42 — Keras Kepala
43
Bab 43 — Menjauh
44
Bab 44 — Cemburu
45
Bab 45 — Kembali Ke Titik Awal?
46
Bab 46 — Mommy Akan Membantu
47
47 — Haruskan Aku Mengikatmu Terus?
48
Bab 48 — Cerminan Dirimu, Dad!
49
Bab 49 — Berpisah?
50
Bab 50 — Ketenangan?
51
Bab 51 — Kekacauan
52
Bab 52 — Yang Penting Bisa Melihatnya
53
Bab 53 — Menatapmu Dari Kejauhan
54
Bab 54 — Firasat
55
Bab 55 — Terasa Nyata dan Indah
56
Bab 56 — Hanya Kelelahan
57
Bab 57 — Ancaman
58
Bab 58 — Menjadi Target
59
Bab 59 — Bertahanlah Camelia
60
Bab 60 — Berusaha Menemukan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!