Bab 4 — Hari Pertama di Kantor

Camelia sudah berdiri di dalam gedung pencakar langit yang menjulang, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Gedung itu terlihat megah, dinding kacanya berkilau memantulkan cahaya matahari. Di atasnya tertera nama besar yang mendominasi dunia teknologi: Miller's Corp.

Hari pertama bekerja sebagai sekretaris pribadi Nerios—lelaki yang kini sekaligus menjadi 'penjaranya.' Pagi itu, langkahnya terasa berat, seolah setiap detik yang berjalan hanya semakin menjeratnya dalam permainan takdir yang ia benci.

Camelia menarik napas panjang sebelum memasuki lobby lagi setelah sebelumnya ia pergi ke toilet yang ada lantai dasar. Suara hak sepatu beradu dengan lantai marmer yang dingin. Semua mata pegawai sesekali meliriknya, sebagian berbisik pelan, bertanya-tanya siapa wanita cantik yang berani berjalan langsung menuju lift khusus CEO.

Sesampainya di lantai paling atas, pintu lift terbuka. Ruangan luas dengan desain modern langsung menyambutnya. Aroma kopi segar bercampur dengan wangi kayu mahal membuat suasana semakin menekan.

Dan di sanalah Nerios berada. Di dalam ruangan yang luas, di balik meja besar dari kayu hitam, ia menatap layar laptop dengan wajah dingin dan fokus. Rambut hitamnya tertata rapi, dasi gelap melingkari lehernya, sosoknya benar-benar memancarkan aura tak tersentuh.

Camelia memberanikan diri mengetuk pintu kaca itu.

Tok! Tok! Tok!

Tanpa mengangkat wajah, Nerios menjawab pelan, suaranya dalam dan tegas. “Masuk!”

Cklek!

Camelia melangkah masuk dengan langkah perlahan, menutup kembali pintu di belakangnya. Berdiam diri di sana sambil menatap ke arah sekeliling.

Di sudut kanan ruangan terdapat sebuah meja yang hampir mirip dengan milik Nerios, di atas meja terdapat beberapa berkas dengan map yang beragam warna.

Merasa tidak ada suara dari orang yang masuk Nerios akhirnya mengangkat pandangannya. Sepasang mata tajam itu mengamati setiap detail wajah Camelia, seperti hendak mengukirnya dalam ingatan. Lalu, sebuah senyum tipis—nyaris tak terlihat terbit di sudut bibirnya.

"Sudah selesai berganti pakaian?" tanya Nerios yang membuat Camelia mengendus kesal.

Bagaimana ia tidak kesal jika baru saja sampai di lobby tiba-tiba saja ia bertabrakan dengan seorang wanita yang membawa kopi, membuat minuman itu tumpah membasahi dirinya.

Dan yang lebih membuat Camelia kesal adalah—wanita itu tidak meminta maaf padanya biar pun Nerios sudah menegurnya dengan tegas, ia langsung pergi begitu saja.

Jadilah dirinya mengganti pakaian dengan pakaian yang disediakan oleh Bu Retno atas permintaan Nerios sebelum berangkat ke kantor. Katanya itu sering dilakukan oleh Bu Retno, menyiapkan pakaian cadangan ke dalam bagasi mobil.

Lalu dua penjaga di suruh oleh Nerios untuk menjaga Camelia agar wanita itu tidak kabur saat di toilet, sedangkan pria itu pergi ke ruangannya terlebih dahulu.

"Sudah!" jawab Camelia dengan ketus, ia tak menatap Nerios, melainkan menatap meja yang kosong itu

Nerios mengembangkan senyumnya karena Camelia tidak melihatnya, lalu ia berkata, "Meja itu adalah meja kerjamu. Kau akan bekerja satu ruangan denganku."

Camelia mendongak, menatap Nerios tak percaya, dan Nerios langsung mengubah wajahnya menjadi datar.

"Mengapa harus satu ruangan denganmu? Seharusnya sudah ada ruangan khusus sekretaris!" protes Camelia, karena setahu dirinya disetiap perusahaan pasti memiliki ruangan untuk sekretaris Ceo.

Di kantor lamanya pun begitu, sekretaris Ceo berada di ruangan yang berbeda. Lagi pula jika satu ruangan seperti ini Camelia tidak bisa banyak bergerak. Setiap pergerakannya pasti dipantau oleh Nerios.

"Tentu saja agar aku selalu bisa memantau dirimu!" ungkap Nerios sambil mengendikkan kedua bahunya tak acuh.

"Bagaimana caraku kabur jika satu ruangan seperti ini!" Camelia menggerutu kesal dalam hati.

Keningnya ikut mengerut saat ia menggerutu di dalam hati, wajahnya pun terlihat kesal. Itu membuat wajah Nerios mengeras, ia menggertakan giginya.

"Jangan berpikir bahwa kau bisa kabur dariku!" sentak Nerios seakan tau apa yang dipikirkan oleh Camelia.

Camelia mengepalkan kedua tangannya di samping tubuhnya. "Kau begitu keterlaluan Nerios! Sebenarnya kau ingin menjadikan aku sebagai apa? Kau membuatku sesak, sulit bergerak!" jeritnya.

"Kau kekasihku!" tekan Nerios, matanya menajam.

Nerios tak suka Camelia berteriak padanya, ia hanya ingin Camelia patuh padanya dan sadar bahwa selamanya dia akan menjadi miliknya.

"Aku hanya jaminanmu! Bukan kekasihmu!" sanggah Camelia, ia tak pernah setuju menjadi kekasih Nerios, ia hanya setuju menjadi jaminan untuk keluarganya.

Senyum miring terbit di bibir Nerios. "Itu kau tau, kau hanyalah jaminan, Camelia! Jadi turuti semua kemauanku termasuk menjadi kekasihku!"

"Kau gila!" bentak Camelia, ia dengan cepat berbalik badan, menggenggam handle pintu hendak membukanya.

"Berani kau melangkah keluar, satu tembakan akan melayang ke arah rumahmu!" ancam Nerios yang berhasil menghentikan gerakan Camelia.

"Dasar b*jing*n!" umpat Camelia sambil berbalik menatap Nerios penuh amarah.

Nerios menggebrak meja di depannya dengan keras. "Ya, aku memang b*jing*n! Tapi apa kau bisa kabur dari pria b*jing*n ini, Camelia?"

"Tentu saja tidak! Kau tidak akan bisa kabur dariku, sampai kapan pun!" lanjutnya.

Dada Camelia naik turun, jantungnya berdegup kencang karena amarah. Pria itu seperti orang gila yang lepas kendali, dia seperti orang yang memiliki kepribadian ganda, setelah dia tersenyum tak lama dia akan menatap tajam seperti menatap musuh.

"Jika ayahku sudah melunasi hutang itu maka aku akan segera lepas darimu!" ujar Camelia penuh percaya diri, seakan uang 3 milliar mudah didapatkan.

Nerios tertawa sinis, jarinya mengetuk meja beberapa kali. "Bagaimana cara ayahmu melunasi hutangnya yang bernilai 3 milliar itu? Usaha ayahmu saja baru bangkit kembali, akan membutuhkan lama untuk menebusnya!"

"Dan, apakah kau berpikir bahwa ayahmu akan segera melunasi hutang itu?" lanjutnya meremehkan.

"Tentu saja, ayahku tidak akan membiarkanku hidup lebih lama dengan pria sepertimu!" sanggah Camelia. Ia sangat yakin bahwa sang ayah pasti akan segera berusaha melunasi hutang itu.

Lagi pun ia akan diam-diam mengirimi ayahnya uang, dan nanti ayahnya yang akan mengirim uang itu pada Nerios, dengan begitu hutang akan lunas lebih cepat. Karena ia yakin Nerios pun akan memberikannya uang, dan itu pasti tidak sedikit.

Nerios bertepuk-tangan ringan, ia mengangguk-anggukkan kepalanya. "Aku sangat mengapresiasi rasa percaya dirimu itu!"

Jika hutang itu benar-benar lunas, maka Nerios pastikan bahwa Camelia sudah bergantung padanya. Ia yakin wanita itu tidak akan bisa lepas darinya, dan Camelia akan memohon padanya agar menjadikannya sebagai miliknya dengan 'seutuhnya.'

Sedangkan Camelia sedang meyakinkan dirinya bahwa ia pasti akan lepas dari Nerios. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini—termasuk terlepas dari jeratan pria yang selalu menggunakan kekuasaannya untuk menahan dirinya.

Keheningan itu tidak berlangsung lama, karena secara tiba-tiba pintu ruangan terbuka begitu saja, membuat tubuh Camelia terdorong maju.

"Sheryl!"

Berikan dukungan kalian teman-teman!

Jangan lupa vote dan komen

Salam cinta, biebell

Episodes
1 Bab 1 — Jaminan Hutang
2 Bab 2 — Di dalam Rumah Mewah
3 Bab 3 — Sekretarisku!
4 Bab 4 — Hari Pertama di Kantor
5 Bab 5 — Sheryl, Sekretaris Lama
6 Bab 6 — Percobaan Kabur Pertama
7 Bab 7 — Hukuman
8 Bab 8 — Dari Balik Layar Monitor
9 Bab 9 — Sejak Kapan?
10 Bab 10 — Hal Pertama
11 Bab 11 — Hanya Karena Jas Hujan?
12 Bab 12 — Agar Satu Kelas
13 Bab 13 — Lebih Ketat
14 Bab 14 — Kafetaria
15 Bab 15 — Lembur Bersama
16 Bab 16 — Dekapan Pertama
17 Bab 17 — Demi Keluarganya
18 Bab 18 — Pertemuan Tidak Terduga
19 Bab 19 — Amarah
20 Bab 20 — Dinner
21 Bab 21 — Hadiah Tambahan
22 Bab 22 — Pada Cuaca Yang Dingin
23 Bab 23 — Tidur Bersama Karena Kecoa
24 Bab 24 — Rencana Proyek Baru
25 Bab 25 — Kau Belajar Dengan Baik
26 Bab 26 — Meminta Izin
27 Bab 27 — Pasar Malam
28 Bab 28 — Jogging
29 Bab 29 — Investor
30 Bab 30 — Meminta Saran
31 Bab 31 — Mall
32 Bab 32 — Sabotase?
33 Bab 33 — Siapa Dia?
34 Bab 34 — Impian Indah Nerios
35 Bab 35 — Ciuman Tidak Terduga
36 Bab 36 — Kenyataan Pahit
37 Bab 37 — Sakit
38 Bab 38 — Balas Dendam?
39 Bab 39 — Memohon
40 Bab 40 — Pertanyaan Dan Fakta Menyakitkan
41 Bab 41 — Jangan Ulangi Kesalahan Itu
42 Bab 42 — Keras Kepala
43 Bab 43 — Menjauh
44 Bab 44 — Cemburu
45 Bab 45 — Kembali Ke Titik Awal?
46 Bab 46 — Mommy Akan Membantu
47 47 — Haruskan Aku Mengikatmu Terus?
48 Bab 48 — Cerminan Dirimu, Dad!
49 Bab 49 — Berpisah?
50 Bab 50 — Ketenangan?
51 Bab 51 — Kekacauan
52 Bab 52 — Yang Penting Bisa Melihatnya
53 Bab 53 — Menatapmu Dari Kejauhan
54 Bab 54 — Firasat
55 Bab 55 — Terasa Nyata dan Indah
56 Bab 56 — Hanya Kelelahan
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 — Jaminan Hutang
2
Bab 2 — Di dalam Rumah Mewah
3
Bab 3 — Sekretarisku!
4
Bab 4 — Hari Pertama di Kantor
5
Bab 5 — Sheryl, Sekretaris Lama
6
Bab 6 — Percobaan Kabur Pertama
7
Bab 7 — Hukuman
8
Bab 8 — Dari Balik Layar Monitor
9
Bab 9 — Sejak Kapan?
10
Bab 10 — Hal Pertama
11
Bab 11 — Hanya Karena Jas Hujan?
12
Bab 12 — Agar Satu Kelas
13
Bab 13 — Lebih Ketat
14
Bab 14 — Kafetaria
15
Bab 15 — Lembur Bersama
16
Bab 16 — Dekapan Pertama
17
Bab 17 — Demi Keluarganya
18
Bab 18 — Pertemuan Tidak Terduga
19
Bab 19 — Amarah
20
Bab 20 — Dinner
21
Bab 21 — Hadiah Tambahan
22
Bab 22 — Pada Cuaca Yang Dingin
23
Bab 23 — Tidur Bersama Karena Kecoa
24
Bab 24 — Rencana Proyek Baru
25
Bab 25 — Kau Belajar Dengan Baik
26
Bab 26 — Meminta Izin
27
Bab 27 — Pasar Malam
28
Bab 28 — Jogging
29
Bab 29 — Investor
30
Bab 30 — Meminta Saran
31
Bab 31 — Mall
32
Bab 32 — Sabotase?
33
Bab 33 — Siapa Dia?
34
Bab 34 — Impian Indah Nerios
35
Bab 35 — Ciuman Tidak Terduga
36
Bab 36 — Kenyataan Pahit
37
Bab 37 — Sakit
38
Bab 38 — Balas Dendam?
39
Bab 39 — Memohon
40
Bab 40 — Pertanyaan Dan Fakta Menyakitkan
41
Bab 41 — Jangan Ulangi Kesalahan Itu
42
Bab 42 — Keras Kepala
43
Bab 43 — Menjauh
44
Bab 44 — Cemburu
45
Bab 45 — Kembali Ke Titik Awal?
46
Bab 46 — Mommy Akan Membantu
47
47 — Haruskan Aku Mengikatmu Terus?
48
Bab 48 — Cerminan Dirimu, Dad!
49
Bab 49 — Berpisah?
50
Bab 50 — Ketenangan?
51
Bab 51 — Kekacauan
52
Bab 52 — Yang Penting Bisa Melihatnya
53
Bab 53 — Menatapmu Dari Kejauhan
54
Bab 54 — Firasat
55
Bab 55 — Terasa Nyata dan Indah
56
Bab 56 — Hanya Kelelahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!