Bab 4. Ibu ASI

"Kami akan buatkan yang cepat jadi, jadi tunggu saja." Wanita itu mendorong Nabila keluar. Mau tak mau, Nabila terpaksa kembali ke kamar. Saat melangkah mendatangi tangga, ia tak sadar ada seorang wanita tengah memperhatikannya dari ruang tengah.

"Hextor, itu siapa?"

Hextor menoleh. "Oh, itu ibu sussu untuk Enzo. Untung aku cepat menemukannya. Kalau tidak, aku tidak tahu cara menenangkan anak itu. Dia tidak mau sussu botol sama sekali!"

"Bayi memang harus diajarkan lagi kalau makanannya diganti. Helena tidak mengajarkan itu 'kan, pada Enzo?" Wanita paruh baya yang berkerudung abu-abu itu terus memperhatikan Nabila. "Tapi, apa Enzo cocok dengannya?"

"Aku tidak tahu, Bu. Bukankah harusnya bisa?"

"Coba panggil dia ke sini."

Hextor kembali menatap Nabila yang hampir mencapai tangga. "Nabila!"

Nabila menoleh. Ia terkejut sudah ada Hextor dan sepasang suami-istri paruh baya di sana.

"Ke sini!" Hextor menggerak-gerakkan tiga jari tengahnya ke atas agar Nabila mendekat.

Nabila tampak bingung sambil menunjuk dirinya.

"Iya, kamu!"

Dengan sedikit membungkuk, Nabila datang menyambangi. Pikirannya bercampur aduk. Kenapa ia dipanggil saat Hextor sedang berbicara dengan tamunya? Siapa juga wanita yang berkerudung sedikit panjang itu? "Iya, Pak." Nabila berdiri di hadapan mereka bertiga.

Hextor malah melirik ibunya. Seorang wanita asli Indonesia yang menikah dengan pria keturunan, ayahnya. Ibu Hextor malah melihat kagum pada Nabila, yang menjaga sopan santunnya sebagai wanita. "Bagaimana dengan baby Enzo?"

"Baik. Maksud Ibu, apa ya?" Nabila tampak bingung dengan pertanyaan wanita itu.

"Iya, apa dia mau menyussu padamu?"

Nabila melirik Hextor. Apa informasi ini bisa diberikan?

Hextor seperti tahu apa yang dipikirkan Nabila. "Dia ibuku. Katakan saja."

"Oh, rupanya ini ibunya Pak Hextor. Pria disamping ibunya pasti ayah Pak Hextor karena bule. Kalo dilihat-lihat, Pak Hextor lebih mirip ibunya daripada ayahnya." "Eh, iya, Ibu. Sekarang baby Enzo sedang tidur."

"Syukurlah. Jaga cucuku baik-baik, ya."

"Iya, Bu." Nabila lega hingga mulai tersenyum.

"Hextor, coba tolong carikan dia baju yang lembut. Aku tidak ingin cucuku gatal-gatal habis digendong olehnya." Wanita itu menoleh pada anaknya.

"Ibuu ...." Hextor tampak mulai pusing.

Nabila memeluk lengannya. Ia merasa pakaiannya begitu kumuh padahal ia rajin mencuci baju-bajunya. Namun, bajunya bukan makin bersih tapi malah makin hilang warna karena sudah lama tak pernah ganti.

"Belikan saja yang baru, Hextor. Atau ibu yang belikan?" Wanita itu mengeluarkan ponselnya. "Ibu bisa pesan online karena lebih cepat dan tidak pusing harus membawanya." Ibu Hextor, Herlina, melirik Nabila sambil mengira-ngira ukurannya. "Ukuranmu mungkin M ya."

Nabila melihat ke bawah. "Eh, iya, Bu." Ia menjawab dengan sopan.

"Bu, biar aku saja yang beli." Ternyata Hextor buru-buru membuka ponselnya.

"Sini. Biar ibu yang pesan." Herlina menyodorkan tangan.

Hextor terdiam dan menghela napas. Terpaksa ia menyerahkan ponselnya pada sang ibu. Lagipula saat ini ia tak bisa berkonsentrasi dengan benar.

"Mmh ... ada nih, beberapa yang bagus. Biar ibu pesan ya." Jemari wanita itu bergerak lincah di atas layar ponsel. Tak lama, ia melirik lagi Nabila. "Berapa nomor behamu?"

"A-apa?" Wajah Nabila seketika memerah. Ia bahkan menyilang tubuhnya dengan tangan karena malu.

Dari jauh, Lani mengintip dengan mengangkat kepalan kedua tangannya karena geram. Ia kesal karena wanita baru itu mendapat banyak bantuan. Padahal dulu waktu ia pertama kali kerja di rumah itu, itu butuh perjuangan. Di sana-sini ia harus bekerja keras. Ia tak rela wanita itu mengambil pekerjaan incarannya, yaitu mengurus baby Enzo. Dulu, Helena pernah hampir menjadikannya babysitter karena sering membantunya mengurus baby Enzo, tapi sekarang sepertinya tidak mungkin. Padahal, mengurus baby Enzo adalah pekerjaan yang menyenangkan karena tangannya tak harus menyentuh barang-barang kotor di dapur. Ya, pekerjaannya masih jadi tukang bersih-bersih karena ia tidak bisa masak di dapur.

Terdengar bunyi azan Ashar. Nabila terlihat panik. "Ah, maaf ya, Bu. Saya ke dapur dulu."

"Untuk apa?" Herlina melirik Nabila dengan dahi berkerut.

"Aku lupa pinjam mukena untuk sholat."

"Oh, pinjam punyaku saja." Herlina menyodorkan tas kecil berisi mukena pada Nabila.

Nabila tampak bingung. "Tapi nanti kotor, Ibu ...."

"Tidak apa-apa. Jadi aku pesankan juga mukena untukmu ya." Herlina menggerakkan ponsel di tangan.

Nabila begitu terharu. Sambil mengambil tas dari tangan Herlina, ia berucap, "terima kasih, Bu. Nanti ini aku kembalikan."

"Iya, santai saja. Aku akan di sini agak lama."

Nabila buru-buru kembali ke kamar Enzo sedang Herlina sibuk dengan ponsel Hextor.

Hextor bahkan bingung, ibunya tengah membeli apa saja. "Ibu kenapa lama?"

"Ya, lihat-lihat lah, baju anak muda sekarang banyak yang bagus-bagus terutama untuk pakaian muslimnya."

"Ibu ... berapa banyak yang ibu beli sebenarnya, Bu?" Hextor jadi penasaran.

"Yaa ... sekitar 10 potong atasan, 10 potong rok, 10 potong celana panjang, 10 potong ...."

"Ibu, kenapa banyak sekali ...." Hextor sampai melongo.

"Itu tidak banyak. Daripada dia balik ke rumahnya untuk cari baju ganti karena baju gantinya sedang dicuci? Apa kamu mau baby Enzo menangis karena ibu sussunya belum kembali?"

Hextor memejamkan mata sambil menyentuh kening. Bertengkar dengan ibunya hanya membuat kepalanya pening. "Ya udah, terserah ibu saja. Silahkan, lakukan saja. Asal ibu senang."

"Gitu dong! Lagian, Nabila itu cukup manis, kok! Apa kamu tidak mau menikahinya?"

"Ibu!" Hextor langsung merengut. "Aku baru kehilangan istri, Bu. Mana mungkin aku memikirkan ini."

"Daripada dia pergi? Kamu nanti pusing, lho! Lagipula, Nabila itu orang islam, seagama dengan kita. Jadi bisa menuntun anakmu Enzo dengan agama yang sama. Tidak seperti istrimu itu, beda agama. Sekarang kita bahkan tidak bisa melakukan tahlilan karena orang tuanya melarang. Apa kalau kita berdoa padanya, doa kita bisa sampai?"

"Ibu ...." Ayah Hextor akhirnya ikut bicara. "Doa dari siapa pun itu pasti sampai. Tak mungkin tidak."

Hextor hanya menghela napas. Saat ini ia belum bisa berpikir dengan benar, karena kepergian istrinya yang begitu tiba-tiba. Karena itu ia tidak ingin berdebat sebab ia takut salah bicara. Apalagi pada ibunya.

"Ya, mungkin kamu bisa pikirkan ucapan ibu." Herlina menatap ponsel di tangan sambil menaikkan kedua alisnya. Ia ingin Hextor menikah dengan sesama muslim. Apalagi, wanita itu cocok dengan baby Enzo. Ia ingin Hextor menemukan istri yang tepat karena ia kecewa Hextor memilih Helena sebagai istri.

"Ibu ... Nabila itu sudah menikah, Bu," keluh Hextor.

Herlina terkejut dan melirik Hextor. "Jadi, bukan cerai?"

"Memangnya aku bilang begitu? Aku menemukannya karena anaknya baru saja meninggal, Ibuu ...," keluh Hextor lagi.

Herlina menatap ke arah pintu kamar Enzo. Ia merasa iba.

***

"Ini, Bu. Mukenanya." Nabila mengembalikan mukena milik Herlina. "Terima kasih."

"Oh, kamu tidak perlu berterima kasih. Ini hanya pinjam mukena saja."

"Maksudku, Ibu membelikan aku pakaian." Terang Nabila lagi.

"Oh ... kamu harus berterima kasih pada Hextor. Dia yang membelikanmu pakaian."

Kini Nabila melirik Hextor. "Terima kasih, Pak."

Hextor yang baru menaruh cangkirnya ke meja, merapikan jasnya saat menegakkan punggung. "Pastikan saja, tidak ada masalah dengan baby Enzo, kalau tidak, aku pasti akan sangat kecewa."

"Eh iya, Pak. Semoga bisa." Nabila menganggukkan kepalanya dengan sopan.

"Ya sudah, kamu bisa pergi." Hextor mengusirnya dengan gerakan tangan.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

sing jenenge Nabila opo onok Mane ta...?

2025-09-27

1

Nar Sih

Nar Sih

lama,,pasti tergoda ,lgian mungkin nabila bntr lgi becerai buat apa suami ringan tgn dan tukang selingkuh

2025-08-30

2

Rahma Inayah

Rahma Inayah

klu kangjeng mami bicara hextor bisa apa paksu nya kicep tnp.kata

2025-09-30

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Ditinggal Pergi
2 Bab 2. Baby Enzo
3 Bab 3. Lapar
4 Bab 4. Ibu ASI
5 Bab 5. Pertahankan
6 Bab 6. Serba Salah
7 Bab 7. Sergio
8 Bab 8. Bercanda
9 Bab 9. Berjemur
10 Bab 10. Lidah Mertua
11 Bab 11. Pengertian
12 Bab 12. Siapa
13 Bab 13. Mabuk
14 Bab 14. Janji
15 Bab 15. Seblak
16 Bab 16. Dahlia
17 Bab 17. Curiga
18 Bab 18. Pecat
19 Bab 19. Ganjaran
20 Bab 20. Ponsel
21 Bab 21. Video Call
22 Bab 22. Pengganggu
23 Bab 23. Maaf
24 Bab 24. Kabur
25 Bab 25. Vila
26 Bab 26. Ngambek
27 Bab 27. Reuni Keluarga
28 Bab 28. Panik
29 Bab 29. Nama Vila
30 Bab 30. Izin
31 Bab 31. Penawaran
32 Bab 32. Menahan Amarah
33 Bab 33. Pulang
34 Bab 34. Kena Omel
35 Bab 35. Klinik
36 Bab 36. Trauma
37 Bab 37. Makam Haris
38 Bab 38. Ketahuan
39 Bab 39.Tanda Tangan
40 Bab 40 Cadar
41 Bab 41. Pelangi Setelah Hujan
42 Bab 42. Ulang Tahun
43 Bab 43. Mama
44 Bab 44. Kecelakaan
45 Bab 45. Cinta
46 Bab 46. Diincar
47 Bab 47. Minuman
48 Bab 48. Mafia
49 Bab 49. Marco Dan Sergio
50 Bab 50. Mantan
51 Bab 51. Kembali
52 Bab 52. Sarapan Lagi
53 Bab 53. Yakin
54 Bab 54. Melamar
55 Bab 55. Menikah
56 Bab 56. Bersamamu
57 Bab 57. Kembali Hilang
58 Bab 58 Mantan Terlupakan
59 Bab 59. Ngambek
60 Bab 60. Tawanan
61 Bab 61. Menunggu
62 Bab 62. Ketemu
63 Bab 63. Pencarian
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Bab 1. Ditinggal Pergi
2
Bab 2. Baby Enzo
3
Bab 3. Lapar
4
Bab 4. Ibu ASI
5
Bab 5. Pertahankan
6
Bab 6. Serba Salah
7
Bab 7. Sergio
8
Bab 8. Bercanda
9
Bab 9. Berjemur
10
Bab 10. Lidah Mertua
11
Bab 11. Pengertian
12
Bab 12. Siapa
13
Bab 13. Mabuk
14
Bab 14. Janji
15
Bab 15. Seblak
16
Bab 16. Dahlia
17
Bab 17. Curiga
18
Bab 18. Pecat
19
Bab 19. Ganjaran
20
Bab 20. Ponsel
21
Bab 21. Video Call
22
Bab 22. Pengganggu
23
Bab 23. Maaf
24
Bab 24. Kabur
25
Bab 25. Vila
26
Bab 26. Ngambek
27
Bab 27. Reuni Keluarga
28
Bab 28. Panik
29
Bab 29. Nama Vila
30
Bab 30. Izin
31
Bab 31. Penawaran
32
Bab 32. Menahan Amarah
33
Bab 33. Pulang
34
Bab 34. Kena Omel
35
Bab 35. Klinik
36
Bab 36. Trauma
37
Bab 37. Makam Haris
38
Bab 38. Ketahuan
39
Bab 39.Tanda Tangan
40
Bab 40 Cadar
41
Bab 41. Pelangi Setelah Hujan
42
Bab 42. Ulang Tahun
43
Bab 43. Mama
44
Bab 44. Kecelakaan
45
Bab 45. Cinta
46
Bab 46. Diincar
47
Bab 47. Minuman
48
Bab 48. Mafia
49
Bab 49. Marco Dan Sergio
50
Bab 50. Mantan
51
Bab 51. Kembali
52
Bab 52. Sarapan Lagi
53
Bab 53. Yakin
54
Bab 54. Melamar
55
Bab 55. Menikah
56
Bab 56. Bersamamu
57
Bab 57. Kembali Hilang
58
Bab 58 Mantan Terlupakan
59
Bab 59. Ngambek
60
Bab 60. Tawanan
61
Bab 61. Menunggu
62
Bab 62. Ketemu
63
Bab 63. Pencarian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!