Bab 2. Baby Enzo

Hector menatap Nabila dengan dahi berkerut. "Kata siapa? Bayimu langsung dibawa suamimu pulang ke rumah, tadi."

"Lalu, kita ke sini untuk apa?"

Hextor menatap wanita itu dengan pandangan sebal. Saat ini, ia malas menjawab pertanyaan ini. Dengan cepat ia membalik tubuhnya dan membuka pintu. Terlihat beberapa brankar yang berisi tubuh-tubuh yang ditutupi kain putih. Melangkah ke dalam membuatnya gelisah.

Seorang pria yang melihat kedatangannya, datang menyambutnya. "Bapak cari siapa, Pak?"

"Istriku, Helena Ibarez."

"Oh, di sini." Pria itu membawa Hextor mendatangi sebuah brankar yang berada di salah satu sudut ruangan. Saat Hextor mendekat, petugas itu menyingkap kain putih penutup bagian atas brankar itu. "Ini, Pak."

Terlihat wajah seorang wanita cantik yang tampak pucat, terbaring dengan mata tertutup. Di dahinya ada luka yang mulai mengering.

Walau Hextor sudah sering melihat orang meninggal dengan cara tragis, tapi melihat orang terdekatnya harus melalui ini, pertahanannya pun runtuh. Rasanya lutut terasa lemas hingga ia harus berpegang erat pada pinggir brankar agar tak jatuh. Di wajah dinginnya dari sudut mata, jatuh juga bulir-bulir air mata yang coba ia redam dengan memejamkannya. Namun, cara itu sepertinya tak berguna. Nyaris suara tangisnya terdengar walau ia ingin menangis tanpa suara. Mulutnya ia bekap agar tak terdengar jelas.

Petugas itu bisa memaklumi. Sesaat ia ingat sesuatu lalu mengambilnya dari sebuah rak dan menyerahkannya pada Hextor. "Ini, Pak. Sepertinya ini milik ibu Helena."

Hextor mengambilnya. Sebuah tas. Tas yang sering dibawa istrinya.

Kenapa istrinya tiba-tiba pergi, padahal masih menyussui? Ini terasa aneh, padahal tidak ada kepentingannya Helena melakukan itu. Istrinya biasanya di rumah karena tahu sedang di masa menyussui. Ada apa dengannya?

Tas itu sedikit rusak. Ia coba membuka dan memeriksa. Saat ia menemukan ponsel sang istri, layarnya tampak retak dan tak bisa dinyalakan. Ia bergerak ke pintu. Pria itu bahkan lupa tengah menangis. "Arman!"

Pria yang ternyata asistennya, masuk. Pria inilah yang tadi mengamankan Aryo. "Iya, Tuan." Pria berpostur tinggi kurus itu mendekat.

Hextor memberikan ponsel Helena pada asistennya. "Coba cari orang yang bisa membetulkan ponsel ini. Aku ingin tahu apa yang terjadi pada istriku."

"Baik, Tuan!" Arman mengambil ponsel itu.

"Apa ada perkembangan dari polisi tentang kecelakaan ini?" Hextor mengusap sisa-sisa air matanya.

"Belum, Tuan."

"Pantau terus. Aku butuh data CCTV di tempat kejadian."

"Siap, Tuan."

Dari tadi, wajah Hextor tak lepas dari pengamatan Nabila. Sedikit demi sedikit, Nabila bisa menduga-duga apa yang terjadi dengan menghubung-hubungkan kata-kata yang didengarnya. "Dia menangis. Jadi, istrinya kecelakaan ya ...."

"Bawa Nabila ke rumah. Suruh langsung kerja, setelah itu kamu kembali ke sini. Bantu aku mengurus penguburan istriku." Hextor bicara tanpa menoleh sedikit pun pada Nabila.

"Eh, baik, Tuan!" Tanpa bertanya, Arman menarik punggung Nabila, sedang Hextor kembali ke dalam.

Nabila terpaksa mengikuti Arman. Di mobil yang dikendarai seorang supir, ia duduk di belakang sendirian. Sambil mengingat lagi apa yang terjadi, ia menghela napas. Ia pikir, Hextor pria yang tak berperasaan tapi ternyata, pria itu punya alasan lain kenapa ia harus segera bekerja. Rupanya istri Hextor baru saja meninggal akibat kecelakaan. Pantas saja pria itu menyuruhnya cepat bekerja. Pria itu pasti kebingungan karena tidak ada seorang pun yang bisa menggantikan posisi istrinya untuk menyussui anaknya kecuali Nabila. Namun, Nabila sendiri harus memastikan bayi itu mau dengannya karena kalau tidak cocok, ia tak bisa menyussui bayi itu dan mau tak mau harus mengembalikan uang yang sudah diterima suaminya dan pikiran ini kembali membebaninya.

Nabila menatap ke luar jendela. Siang itu udara masih terik, tapi pikirannya kembali ke kejadian saat ia membawa bayinya ke rumah sakit. Ia tersenyum walau air matanya jatuh. Setidaknya ia sudah melakukan yang terbaik untuk si kecil walau kini ia tak bisa mengantarnya ke tempat peristirahatan terakhirnya. "Maafkan ibu, Haris. Tapi ibu akan selalu mendoakanmu dari jauh. Suatu saat ibu akan berkunjung ke pusaramu. Tunggu ibu ya, Sayang." Dihapusnya air mata dengan kepalan tangan dan mulai bersandar.

"Ah ...." Nabila kembali menegakkan punggung. Matanya menyipit menahan nyeri. Ia lupa, punggungnya pasti sedikit memar bekas tendangan suaminya tadi. Bukan sekali dua kali ia menerima ini, tapi ia selalu berusaha bersabar menghadapi sang suami yang sering tiba-tiba kasar memaki atau memukulnya.

Mobil akhirnya sampai di depan sebuah rumah dengan pintu gerbang yang tinggi. Walau begitu, Nabila bisa melihat rumah besar itu dari sela-sela pagar yang tinggi. Ketika pintu gerbang dibuka, terlihatlah bentuk rumah mewah itu dengan jelas.

Mobil parkir di depan pintu utama. Nabila kemudian turun mengikuti asisten Hextor yang lalu masuk melewati pintu depan yang dibuka oleh seorang pembantu.

Arman menaiki tangga sambil sesekali menoleh ke belakang. "Ayo, kita langsung ke kamar baby Enzo!"

"Baby Enzo?" Nabila melebarkan matanya.

"Kadang dipanggil begitu. Namanya Muhammad Vincenzo Ibarez."

Setelah melewati beberapa kamar, Arman membuka sebuah pintu. Saat pintu terbuka, terdengarlah suara tangis bayi yang menyayat hati.

Seorang wanita muda berpakaian pelayan berwarna hitam putih-seperti pembantu yang tadi membuka pintu, sedang menggendong seorang bayi berambut pirang yang tampak rewel dan tak berhenti menangis. Ia sedang membujuknya dengan sussu botol di tangan, tapi bayi itu menolak. Wajah sang bayi sudah memerah saking kencangnya menangis.

"Oh, Pak Arman." Wanita itu terkejut.

"Lani. Serahkan saja bayi itu pada Nabila. Mulai sekarang, dia yang akan mengurus baby Enzo," ucap Arman memberi tahu.

Lani terkejut. Diperhatikannya pakaian Nabila yang warnanya sedikit pudar. Seketika ia nampak kesal.

"Kenapa harus perempuan miskin ini ...."

"Dia pilihan Tuan Hextor!"

Mulut Lani seketika terkunci. Dengan berat hati ia menyerahkan bayi itu pada Nabila.

Nabila melihat bayi itu kebingungan saat menangis. Tentu saja. Karena bayi itu baru pertama kali melihat wajah Nabila. Dengan sendirinya, tangis bayi itu berhenti dan bayi itu memperhatikan wajah wanita berkerudung krem itu. Nabila menatapnya dengan lembut.

"Ayo, kamu keluar," lanjut Arman lagi.

"Tapi bagaimana kalau ...."

"Sudah ... dia akan menyussui baby Enzo, jadi sebaiknya kamu keluar saja!" Arman menarik lengan Lani hingga mau tak mau wanita itu terpaksa keluar.

Pintu kemudian ditutup. Nabila tersenyum mengagumi wajah bule Enzo. Dengan mata berwarna hazel, rambut yang pirang dan kulit putihnya, bayi itu tampak seperti boneka. Disentuhnya hidung kecil Enzo yang terlihat menggemaskan. "Namamu Enzo ya?" ucap Nabila dengan lembut.

Bayi itu malah tanpa sengaja menyentuh dadda Nabila yang padat. Enzo terkejut dan matanya terus menatap bentuk padat yang menggiurkan itu.

"Kamu haus?" tanya Nabila lagi.

Seketika bayi itu mulai merengek pada Nabila. Nabila tersenyum lebar. Ia mulai membuka kancing bajunya dan menggeser keluar sumber ASI yang dinantikan Enzo. Enzo seketika tak bisa diam. Ia baru diam saat sumber itu telah masuk ke dalam mulutnya. Ia meminumnya dengan rakus.

Nabila tak bisa berhenti tersenyum. Ini mengingatkannya bagaimana bayi Haris dulu juga minum. Persis seperti ini, rakus. Hampir saja air matanya jatuh mengingat ini. Namun, kemudian ia sadar, segala sesuatunya sudah ditakdirkan. Haris hanya bisa bertahan di umurnya yang baru beberapa bulan. Enzo sepertinya masih lebih muda dari Haris. Haris meninggal di umur empat bulan. Mungkin Enzo baru berusia dua bulan karena tubuhnya sangat kecil.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

Emang Bayi Haris sakit apa Tor... kok sampe meninggal...?
apa aku kelewat baca ya...🤔

2025-09-27

1

Sweet Girl

Sweet Girl

Eh!? kayak papanya tau dia sama gentongnya.

2025-09-27

1

Rahma Inayah

Rahma Inayah

suami laknat istri disiksa tp.suami malah selingkh dgb uang utk pemakaman anak mya utk.selingkuhannya

2025-09-29

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Ditinggal Pergi
2 Bab 2. Baby Enzo
3 Bab 3. Lapar
4 Bab 4. Ibu ASI
5 Bab 5. Pertahankan
6 Bab 6. Serba Salah
7 Bab 7. Sergio
8 Bab 8. Bercanda
9 Bab 9. Berjemur
10 Bab 10. Lidah Mertua
11 Bab 11. Pengertian
12 Bab 12. Siapa
13 Bab 13. Mabuk
14 Bab 14. Janji
15 Bab 15. Seblak
16 Bab 16. Dahlia
17 Bab 17. Curiga
18 Bab 18. Pecat
19 Bab 19. Ganjaran
20 Bab 20. Ponsel
21 Bab 21. Video Call
22 Bab 22. Pengganggu
23 Bab 23. Maaf
24 Bab 24. Kabur
25 Bab 25. Vila
26 Bab 26. Ngambek
27 Bab 27. Reuni Keluarga
28 Bab 28. Panik
29 Bab 29. Nama Vila
30 Bab 30. Izin
31 Bab 31. Penawaran
32 Bab 32. Menahan Amarah
33 Bab 33. Pulang
34 Bab 34. Kena Omel
35 Bab 35. Klinik
36 Bab 36. Trauma
37 Bab 37. Makam Haris
38 Bab 38. Ketahuan
39 Bab 39.Tanda Tangan
40 Bab 40 Cadar
41 Bab 41. Pelangi Setelah Hujan
42 Bab 42. Ulang Tahun
43 Bab 43. Mama
44 Bab 44. Kecelakaan
45 Bab 45. Cinta
46 Bab 46. Diincar
47 Bab 47. Minuman
48 Bab 48. Mafia
49 Bab 49. Marco Dan Sergio
50 Bab 50. Mantan
51 Bab 51. Kembali
52 Bab 52. Sarapan Lagi
53 Bab 53. Yakin
54 Bab 54. Melamar
55 Bab 55. Menikah
56 Bab 56. Bersamamu
57 Bab 57. Kembali Hilang
58 Bab 58 Mantan Terlupakan
59 Bab 59. Ngambek
60 Bab 60. Tawanan
61 Bab 61. Menunggu
62 Bab 62. Ketemu
63 Bab 63. Pencarian
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Bab 1. Ditinggal Pergi
2
Bab 2. Baby Enzo
3
Bab 3. Lapar
4
Bab 4. Ibu ASI
5
Bab 5. Pertahankan
6
Bab 6. Serba Salah
7
Bab 7. Sergio
8
Bab 8. Bercanda
9
Bab 9. Berjemur
10
Bab 10. Lidah Mertua
11
Bab 11. Pengertian
12
Bab 12. Siapa
13
Bab 13. Mabuk
14
Bab 14. Janji
15
Bab 15. Seblak
16
Bab 16. Dahlia
17
Bab 17. Curiga
18
Bab 18. Pecat
19
Bab 19. Ganjaran
20
Bab 20. Ponsel
21
Bab 21. Video Call
22
Bab 22. Pengganggu
23
Bab 23. Maaf
24
Bab 24. Kabur
25
Bab 25. Vila
26
Bab 26. Ngambek
27
Bab 27. Reuni Keluarga
28
Bab 28. Panik
29
Bab 29. Nama Vila
30
Bab 30. Izin
31
Bab 31. Penawaran
32
Bab 32. Menahan Amarah
33
Bab 33. Pulang
34
Bab 34. Kena Omel
35
Bab 35. Klinik
36
Bab 36. Trauma
37
Bab 37. Makam Haris
38
Bab 38. Ketahuan
39
Bab 39.Tanda Tangan
40
Bab 40 Cadar
41
Bab 41. Pelangi Setelah Hujan
42
Bab 42. Ulang Tahun
43
Bab 43. Mama
44
Bab 44. Kecelakaan
45
Bab 45. Cinta
46
Bab 46. Diincar
47
Bab 47. Minuman
48
Bab 48. Mafia
49
Bab 49. Marco Dan Sergio
50
Bab 50. Mantan
51
Bab 51. Kembali
52
Bab 52. Sarapan Lagi
53
Bab 53. Yakin
54
Bab 54. Melamar
55
Bab 55. Menikah
56
Bab 56. Bersamamu
57
Bab 57. Kembali Hilang
58
Bab 58 Mantan Terlupakan
59
Bab 59. Ngambek
60
Bab 60. Tawanan
61
Bab 61. Menunggu
62
Bab 62. Ketemu
63
Bab 63. Pencarian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!