Kata yang Menusuk

Langkah kaki Nina menggema pelan di lorong rumah besar itu, saat melangkah pelan menuju kamarnya. Terlalu bersih dan rapi. Terlalu sepi dan sunyi. Tak ada suara tawa atau obrolan ringan yang menandakan adanya kehidupan mengisi rumah ini.

Hanya suara detak jam dan desahan napasnya sendiri, yang kadang terasa seperti beban.

Kamar tidur nya terasa sangat besar untuk dua orang yang tidak saling bicara. Tempat tidur king size hanya dipakai separuh, seolah ada garis tak terlihat yang membatasi dunia Nina dan dunia Jefan.

Dan di tengah itu semuanya, Nina mulai gila dalam sunyi.

Terkadang dia ingin berteriak, atau bahkan ingin menghancurkan sesuatu, hanya agar dirinya merasa hidup dalam kesunyian ini.

Nina menghembuskan napas nya panjang "Sebenarnya untuk apa dia menjadikan ku istri? Apa karena saat itu dia kasihan padaku?

Ceklek~

Suara pintu kamar terbuka, Nina yang sedang berbaring langsung membangkitkan dirinya. Jefan memasuki kamar dengan langkah tenang tanpa suara. Alis Nina mengkerut, ini pertama kalinya Jefan pulang lebih awal semenjak mereka menikah.

“Kau pulang lebih awal hari ini?”

Jefan tidak menjawab, ia meletakkan tas kerja nya di sofa kecil yang ada dikamar, dan mengendurkan dasi yang terlilit rapih dikerahnya.

Nina tertawa sinis "Apa kau tuli? Atau kau bahkan tak menganggap ku ada disini?"

Perkataan itu berhasil membuat Jefan meliriknya sekilas.

"Kau mengharapkan apa?" ujarnya dengan suaranya pelan.

Dan suara pelan itu menghantam keras hati Nina seketika. Ia berdiri menatap tajam ke arah suami nya itu, ingin rasanya Nina memaki sekencang-kencangnya.

"Sebenarnya kenapa kau melakukan ini padaku?"

"Apanya?"

"Menyeretku menjadi istrimu, bahkan kau tidak mencintai ku bukan? Apa karena kasihan?"

"Ya kau memang terlihat sangat menyedihkan waktu itu"

Nina meremas bajunya menahan luapan emosi, matanya sedikit memerah bukan hanya karena sakit hati tapi karena ia merasa sangat rendah dihadapan suami yang dibencinya ini.

"Lalu kenapa harus menikahiku? Kau kan bisa memerasku dengan hal lain"

Jefan menatap dalam diam, sejenak keheningan menyelimuti, ia terpaku menatap Nina tanpa ekspresi.

"Bukankah tidak ada hal lain lagi yang berharga dihidupmu?"

Kamar luas itu kembali terjebak dalam keheningan sesaat. Menyisakan dua orang yang berdiri kaku saling adu tatap.

Nina kemudian sedikit tertawa dengan mata yang berair, badannya bergetar karena tawa yang ia keluarkan. "Kau benar-benar berhasil membuatku semakin membencimu tau"

Jefan hanya menatap gadis itu yang masih tertawa pilu. Meski begitu ekspresi nya tak bergeming, tak ada tatapan bersalah karena ucapan nya barusan.

"Teruslah membenciku, itu lebih baik" ucap Jefan sarkas dan melangkah keluar dari kamar. Meninggalkan Nina yang tersungkur ke lantai begitu pintu kamar tertutup.

Pertahanan nya runtuh seketika, ia meremas dadanya yang terasa sangat sakit. Nina menggigit bibir bawahnya untuk menahan isak tangis yang berusaha keluar dari mulutnya.

"Bodoh! Harusnya aku melawannya, harusnya aku memakinya! Kenapa aku malah seperti itu!" Nina memukul kepalanya berulang kali.

"Padahal dia sudah membuat hidupku hancur dulu, kini dia mau menambah lukaku lagi?"

Tangan nya menyikapi dress selutut yang ia kenakan, memperlihatkan paha kanannya yang putih namun terdapat bekas luka goresan yang cukup mengerikan.

Kilasan suara masa lalu muncul tiba-tiba, begitu nyata. Nina memeluk lututnya, tangan kananya meremas rambutnya mencoba menghilangkan bayangan gelap yang kembali menghantui nya.

Namun hal itu tak berhasil, napas Nina semakin terasa sesak beriringan dengan kenangan kelam yang terus berputar.

Dengan tubuh gemetaran, Nina merangkak menuju meja rias dan mengambil obat yang ia simpan didalam lacinya, meminumnya dua butir bulat-bulat lalu tergeletak sepenuhnya kelantai.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pagi harinya Nina sudah terbangun diatas kasur, ia mengucek matanya perlahan dan menyingkirkan selimut yang menutupi tubunya.

Nina menoleh kesamping ranjangnya, sudah kosong dan rapi. Tentu saja, Jefan pasti sudah pergi bahkan sebelum Nina membuka matanya.

Tapi...

Bukankah semalam dirinya tak sadarkan diri dilantai? Jadi Jefan memindahkan nya? Apa dia lagi-lagi terlihat menyedihkan di matanya?

Nina menggelengkan kepalanya kencang-kencang "Memalukan sekali"

Nina berjalan gontai keluar kamar, matanya memandang ruangan luas yang kosong, hari nya selalu terasa sesak tiap menghabiskan waktu dirumah seluas ini, sendirian.

Saat tiba di dapur, Nina membuka tudung saji yang ada dimeja makan, sudah bersih tak ada lagi makanan yang tersisa, entah kenapa hatinya selalu lega tiap melihat makanan yang sudah disiapkannya habis.

Jefan memang selalu menghabiskan makan malam yang Nina siapkan apapun itu, meski Nina sendiri tidak pernah benar-benar menyaksikan lelaki itu melahap masakannya, tapi tiap pagi ia selalu mendapati masakan yang memang sengaja Nina buatkan untuk suaminya itu bersih dari meja makan.

Jadi, Nina berpikir bahwa Jefan selalu menghabiskannya sesudah pulang kerja.

Sedangkan untuk sarapan, Nina bahkan tidak pernah benar-benar tau kapan lelaki yang menyandang sebagai suaminya itu membuka mata.

"Apa yang harus kumasak hari ini?" gumamnya sembari membuka kulkas.

Hanya tersisa beberapa potong tahu, dan beberapa butir telur saja dikulkas besar itu. Nina sekarang selalu merasa jengah tiap melihat kekosongan dalam bentuk apapun itu.

"Baiklah, aku harus berbelanja dulu" Nina melangkahkan kakinya kembali menuju kamar untuk membasuh diri. Mengambil dompet yang ada didalam tasnya.

Sebelum benar-benar keluar, Nina membuka dompet nya, terdapat dua kartu debit didalamnya, satu miliknya. satu ia dapat dari Jefan tanpa instruksi apapun, sehari setelah menikah ia menemukan ini diatas tas nya. Tanpa meninggalkan catatan atau pesan apapun.

Nina mengerti ini sengaja Jefan berikan karena bagaimana ia adalah istrinya, tapi untuk apa memakainya? Nina tidak mau terlihat se-membutuhkan pada uang. Dan mau dianggap sangat bergantung pada power laki-laki itu.

Jika untuk kebutuhan sehari-hari, tabungan Nina dari kerja paruh waktunya sebelum menikah masih sangat cukup, setidaknya untuk beberapa bulan kedepan.

"Sepertinya, aku harus mencari kerja lagi setelah ini" ucap Nina dan melangkah kan kaki nya menuju supermarket yang tidak begitu jauh.

Episodes
1 Awal yang Tak Diinginkan
2 Bagai Barang Jual Beli
3 Kata yang Menusuk
4 Untuk Merasa Hidup
5 Hati yang Mudah Goyah
6 Dua Sisi yang Terluka
7 Perasaan Tak Terbaca
8 Manis dan Pahit
9 Terpikat yang Tersembunyi
10 Penerus dan Ancaman
11 Dua Orang yang Sama
12 Terbelenggu Rantai Keluarga
13 Hukuman yang Pantas
14 Haruskah Terus Terluka
15 Rindu Jadi Satu
16 Ungkapan Gairah Cinta
17 Trauma dan Rahasia.
18 Dia yang Terus menyakiti
19 Luka Favoritnya
20 Tidak Akan Terusik
21 Duri yang Tercabut
22 Bagaimana Dia Tau?
23 Masa Lalu Itu
24 Kisah dibalik Trauma
25 Obat Favorit
26 Parasite
27 Api Cemburu
28 Berhentilah, kumohon..
29 Roti Manis
30 Parasite Terus Menempel
31 Kue Istriku
32 Sudah Cukup
33 Botol Hijau
34 Resah dan Gelisah
35 Berita Mengejutkan
36 Pembawa Sial
37 Hancur
38 Pada Akhirnya...
39 Rindu
40 Untuk Pertama Kali
41 Kilat Nakal
42 Stampel Semangat
43 Secepat Cahaya
44 Jangan Tinggalkan Aku
45 Darah Arkansa
46 Ramuan Cinta (?)
47 Tidak Akan Lama
48 Bertahan atau Melepaskan
49 Dia pergi
50 Sisa Luka
51 Terus Menunggu
52 Penantian yang Diharapkan
53 Dia Sudah Bahagia?
54 Aku Harus Melepasnya
55 Lepaskan Saja!
56 Fakta & Frisca
57 Apa yang Terjadi?!
58 Anak Kita
59 Detak Jantung
60 Kehilangan
61 Lukanya
62 Bersimpuh
63 Hukuman
64 Akhir yang Di Harapkan
65 Extra Part 1
66 Extra Part 2
67 Extra Part 3
68 THE LAST
69 DERMAGA JINGGA (NEW STORY)
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Awal yang Tak Diinginkan
2
Bagai Barang Jual Beli
3
Kata yang Menusuk
4
Untuk Merasa Hidup
5
Hati yang Mudah Goyah
6
Dua Sisi yang Terluka
7
Perasaan Tak Terbaca
8
Manis dan Pahit
9
Terpikat yang Tersembunyi
10
Penerus dan Ancaman
11
Dua Orang yang Sama
12
Terbelenggu Rantai Keluarga
13
Hukuman yang Pantas
14
Haruskah Terus Terluka
15
Rindu Jadi Satu
16
Ungkapan Gairah Cinta
17
Trauma dan Rahasia.
18
Dia yang Terus menyakiti
19
Luka Favoritnya
20
Tidak Akan Terusik
21
Duri yang Tercabut
22
Bagaimana Dia Tau?
23
Masa Lalu Itu
24
Kisah dibalik Trauma
25
Obat Favorit
26
Parasite
27
Api Cemburu
28
Berhentilah, kumohon..
29
Roti Manis
30
Parasite Terus Menempel
31
Kue Istriku
32
Sudah Cukup
33
Botol Hijau
34
Resah dan Gelisah
35
Berita Mengejutkan
36
Pembawa Sial
37
Hancur
38
Pada Akhirnya...
39
Rindu
40
Untuk Pertama Kali
41
Kilat Nakal
42
Stampel Semangat
43
Secepat Cahaya
44
Jangan Tinggalkan Aku
45
Darah Arkansa
46
Ramuan Cinta (?)
47
Tidak Akan Lama
48
Bertahan atau Melepaskan
49
Dia pergi
50
Sisa Luka
51
Terus Menunggu
52
Penantian yang Diharapkan
53
Dia Sudah Bahagia?
54
Aku Harus Melepasnya
55
Lepaskan Saja!
56
Fakta & Frisca
57
Apa yang Terjadi?!
58
Anak Kita
59
Detak Jantung
60
Kehilangan
61
Lukanya
62
Bersimpuh
63
Hukuman
64
Akhir yang Di Harapkan
65
Extra Part 1
66
Extra Part 2
67
Extra Part 3
68
THE LAST
69
DERMAGA JINGGA (NEW STORY)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!