Hitung Mundur

Cermin yang dibalut debu itu tetap memperlihatkan wajah dan tubuhnya dengan jelas. Arum masih tidak percaya dengan ini, tapi bibirnya langsung tersenyum jahat.

"Akan aku balas mereka!"

"Balas apa rum?" Arum langsung merubah ekspresi wajahnya. Senyuman jahat itu langsung menjadi kecil.

"Tidak ada bude." Ujar Arum.

"Kepala mu sudah tidak panas lagi?" Tanya bude.

"Sudah mendingan budhe." Jawab Arum sambil memegangi kening nya.

"Baguslah. Budhe khawatir melihat mu pingsan saat memetik daun teh." Jelas budhe dengan wajah khawatir.

"Aku sudah tidak apa budhe."

"Kalau begitu, makan lah lagi. Budhe harus ke kebun teh lagi. Kalau tidak nanti kena marah." Arum mengangguk.

"Hati-hati budhe."

"Iya, kamu juga." Budhe pergi dengan keranjang di punggungnya, meninggalkan pintu kayu kamar Arum yang reot.

"Mungkin ini sekitar 15 tahun atau 20?" Pikir Arum, mengingat tahun dia kembali.

"Artinya, mungkin tidak lama lagi. Aku akan bertemu dengan nya." Matanya memicing melihat jendela yang menampakkan pepohonan di belakang kamarnya.

********************

Topi berbentuk segitiga itu sudah berada di kepala untuk melindungi mereka dari panasnya matahari yang akan datang. Tak lupa dengan tangan mereka yang sibuk memetik daun teh dan memasukkan nya kedalam keranjang.

"Akhirnya datang juga." Mendengar suara itu, sontak mereka serempak melihat sosok yang datang dengan tersenyum kecil.

"Iya, belum telat kan?" Tanyanya sambil melirik ke sekeliling.

"Belum, mungkin sebentar lagi! Ayo cepat!" Budhe Arum mengangguk dan menuju tempat nya.

"Gimana keadaan nya si Arum?" Tanya salah satu diantara mereka.

"Sudah sadar. Demam nya sudah turun." Jawab budhe.

"Baguslah! Artinya harus kerja lagi kan?"

"Iya."

"Pastinya, kalau tidak mau kerja apa?"

"Siapa tau jajakan tubuhnya kan?" Celetuk salah satu diantara mereka. Sosok itu menatap tidak suka pada budhe Arum.

"Eh, Lastri. Ngomong sembarangan, ndak boleh!" Tegur salah seorang.

"Aku ngomong benar kan? Ndak sembarangan. Kalau ndak mau kerja seperti ini, mau kerja apalagi?"

"Kalau begitu putrimu begitu kah?" Sontak wajah itu langsung merah dengan tatapan tidak terima.

"Sembarangan! Putriku hidupnya terjamin! Mau dipinang anaknya pak kawo yang punya tanah dan perkebunan karet!" Ucapnya.

"Kalau begitu, kenapa masih kerja disini?"

"Aku kerja biar ndak bosan di rumah. Nggak kayak kalian! Buat beli beras kan? Hmph!"

"Ada apa ini!" Sontak semuanya diam.

"Tidak ada Tuan." Pria yang memegang tembakau di tangannya itu menatap sejenak kumpulan wanita dengan rentang usia remaja dan paruh baya.

"Ya sudah! Kerjakan dengan baik! Jangan ngomong!" Pria itu melanjutkan langkahnya ditemani dengan pesuruh nya.

***************

Cuaca yang panas terik membuat tenggorokan pekerja kering. "Aduh, ndak sanggup aku. Masih lama untuk istirahat nya?"

"Iya, perut ku juga sudah lapar." Untuk makan saja mereka harus menunggu perintah. Perut mereka yang sudah waktunya untuk diisi harus bersabar lagi. Jika melanggar mereka bisa dipecat dan dihukum.

Aliran air itu membersihkan tangan yang berkutat dengan daun teh itu. Lekas, air itu dituangkan mengalir ke tenggorokannya. Rasa haus akhirnya terobati. "Ayo kita makan! Waktunya cuma sebentar!"

"Iya-iya!"

**********************

Suara ketukan pintu itu membuat Arum yang tengah menikmati makan nya bangun dari kursi bambu itu. "Arum!" Ujar sosok dari balik pintu itu.

'Dia ....' batin Arum.

"Aku dengar kau sakit. Sudah baikan?" Tanyanya.

"Sudah."

"Aku bawakan buah pisang. Dimakan ya." Jelasnya sambil memperlihatkan pisang yang dibawanya.

"Terimakasih."

"Boleh aku masuk rum?" Tanyanya.

'Kenapa justru dia yang datang? Seharusnya bukan. Ada apa ini?' bingung Arum, apakah ada yang berbeda dari jalan cerita sebelumnya?

"Rum."

"Di luar saja."

"Baik." Pria muda itu tersenyum sambil mendudukkan dirinya. Matanya menatap Arum dengan penuh damba. Ari, dia adalah anak kepala desa.

"Budhe mu pergi."

"Iya, seperti biasa."

"Besok kerja lagi?"

"Iya, kalau tidak mau makan apa." Jawab Arum.

"Arum. Begini ..... Jawaban mu bagaimana?"

'Jawaban? Jawaban apa?' bingung Arum.

"Kalau kau setuju. Kita bisa segera menikah. Kau tidak perlu bekerja di perkebunan teh itu lagi." Jelas Ari.

'Ah ya. Aku ingat! Tapi sayang sekali, kali ini aku tidak mau.' Arum ingat, dulu dia begitu bahagia mendengar pinangan pria ini. Tapi kedua orang tua Ari justru menolaknya karena dia hanya gadis miskin. Mereka menghina Arum ditengah lamaran.

"Kalau aku setuju. Apakah orang tua mas, setuju? Aku ini gadis miskin."

"Tentu saja ....."

"Kalau begitu, nanti setelah menikah aku mau pisah rumah. Bagaimana?" Ari langsung diam.

"Rum, kalau itu ....."

"Aku tidak bisa menikah denganmu. Status sosial diantara kita memberikan jarak. Aku tidak mau nantinya ada pertentangan di tengah pernikahan kita nantinya. Aku sudah jawab, aku masuk dulu." Arum langsung masuk meninggalkan Ari yang bingung.

"Aku tidak akan menikah dengan mu. Karena dendam ku harap dibalas kan! Mungkin dengan kedua orang tua mu juga. Tapi nanti, ada waktunya."

*******************

"Bagaimana tuan? Semua gadis sudah saya keluarkan." Manik biru itu menatap deretan gadis di hadapannya.

"Tidak! Aku ingin gadis yang masih p3rawan! Jangan pikir aku tidak tau, kau mencoba menipu ku?"

"Ampun tuan! Jangan hukum saya. Saya bersalah! Maafkan saya!"

"Aku akan maafkan dirimu. Kalau kau temukan gadis yang aku inginkan!"

**************

"Sebentar lagi!" Arum seolah menghitung mundur apa yang dia tunggu.

"Tolong!"

"Jangan! Pak! Tolong aku pak!" Teriakan menggema di gelapnya langit yang meliputi desa itu.

"Cari setiap rumah! Kalau perlu dobrak saja! Bawa gadis-gadis di desa ini!" Jangan ada yang tersisa!" Titahnya.

Bersambung.......

Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak 🥰 🥰 🙏

Terpopuler

Comments

░▒▓█►─═HeSideMySelf ═─◄█▓▒░

░▒▓█►─═HeSideMySelf ═─◄█▓▒░

ini jaman menir kah/Bye-Bye//Grin/

2025-09-16

3

💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩

💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩

aku like di pertama dan like di bab terakhir update ya Kak... takut buat Retensi nya anjlok

2025-09-19

1

kriwil

kriwil

kok kayak jaman mak lampir cari mangsa buat tumbal perawan🤣

2025-10-04

1

lihat semua
Episodes
1 Kematian dan Kehidupan
2 Hitung Mundur
3 Dikorbankan!
4 Rumah B0rdil
5 Pertemuan!
6 Amarah dan Penantian
7 Tiba di Kediaman
8 Kurang ajar
9 Menyapu Ala Arum
10 Nyai Arum
11 Sesama Pribumi?
12 Kabar
13 Permainan sedang berlangsung
14 Tugas Arum
15 Kabar Mengejutkan!
16 Ketakutan Caroline
17 Kedatangan Polisi kota
18 Aksi Arum
19 Tidak Bisa Didengar
20 Periksa semua!
21 Keinginan Arum
22 Undangan
23 Izin
24 Pasar
25 Tiket masuk
26 Rasa Sakit Sebagai Perjuangan
27 Balasan Tamparan
28 Siapa yang tau?
29 Cambukan Caroline
30 Aku Menyukai Kegilaan ini
31 Shock!
32 Terjebak
33 Menyelinap dan Rencana
34 Tertarik
35 Dansa
36 Saling Menantang
37 Kedatangan Polisi
38 Hasil Penyelidikan
39 Saling Mempengaruhi
40 Pergi Dengan ku!
41 Percaya dalam Penantian
42 Pesan yang Tak Sampai
43 Kedatangan yang dinanti
44 Kembali Bertemu
45 Panggil Aku Nyai!
46 Masa lalu
47 Pemandangan yang menyedihkan
48 Bagaimana Bisa Tau?
49 Belenggu
50 Ke sungai
51 Aktivitas Air
52 Provokasi dan Mata-mata
53 Perkara Ubi
54 Bagaimana?
55 Tidak Menyangka
56 Tamu Tak Terduga
57 Tersembunyi dibalik Kotoran
58 Tidak Berdaya
59 Sekedar penghangat tubuh?
60 Ketenangan dan Rasa Lelah
61 Diantara Kegelapan dan Keheningan
62 Sama-sama Kesal
63 Kera VS Monyet
64 Seperti Manusia Hutan
65 Di jalur yang benar
66 Ketemu!
67 Misi
68 Penasaran
69 Pertemuan Tidak Disangka
70 Mengusik
71 Konyol sekali
72 Bergegas
73 Amarah dan Titah Arum
74 Keyakinan dan Kekuatan
75 Pemberian obat
76 Pendidikan dan Kedatangan
77 Ditemani Ombak
78 Kembali Pulang
79 Keadaan Memanas
80 Tidak bisa berkata-kata
81 Akhirnya!
82 Alasan dan Berita Mengejutkan
83 Rencana VS Rencana
84 Gantian
85 Ibu Mertua
86 Hamil?
87 Katakan saja!
88 Mana yang lebih hebat?
89 Gaun
90 Kembali Bertemu
91 Kuning pastel VS putih gading
92 Tantangan dan taruhan
93 Gaun Berdarah
94 Tidak Percaya
95 Tahan Dia!
96 Gelisah
97 Pengakuan
98 Topeng
99 Setia
100 Panas!
101 Hadiah Pernikahan kami
102 Mengusir?
103 Wanita itu? Apa aku?
104 Burung Cendrawasih
105 Tak Sadarkan diri
106 Taktik
107 Ranjang dingin
108 Terpaksa
109 Berbagi dan penolakan
110 Tidak Penting
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Kematian dan Kehidupan
2
Hitung Mundur
3
Dikorbankan!
4
Rumah B0rdil
5
Pertemuan!
6
Amarah dan Penantian
7
Tiba di Kediaman
8
Kurang ajar
9
Menyapu Ala Arum
10
Nyai Arum
11
Sesama Pribumi?
12
Kabar
13
Permainan sedang berlangsung
14
Tugas Arum
15
Kabar Mengejutkan!
16
Ketakutan Caroline
17
Kedatangan Polisi kota
18
Aksi Arum
19
Tidak Bisa Didengar
20
Periksa semua!
21
Keinginan Arum
22
Undangan
23
Izin
24
Pasar
25
Tiket masuk
26
Rasa Sakit Sebagai Perjuangan
27
Balasan Tamparan
28
Siapa yang tau?
29
Cambukan Caroline
30
Aku Menyukai Kegilaan ini
31
Shock!
32
Terjebak
33
Menyelinap dan Rencana
34
Tertarik
35
Dansa
36
Saling Menantang
37
Kedatangan Polisi
38
Hasil Penyelidikan
39
Saling Mempengaruhi
40
Pergi Dengan ku!
41
Percaya dalam Penantian
42
Pesan yang Tak Sampai
43
Kedatangan yang dinanti
44
Kembali Bertemu
45
Panggil Aku Nyai!
46
Masa lalu
47
Pemandangan yang menyedihkan
48
Bagaimana Bisa Tau?
49
Belenggu
50
Ke sungai
51
Aktivitas Air
52
Provokasi dan Mata-mata
53
Perkara Ubi
54
Bagaimana?
55
Tidak Menyangka
56
Tamu Tak Terduga
57
Tersembunyi dibalik Kotoran
58
Tidak Berdaya
59
Sekedar penghangat tubuh?
60
Ketenangan dan Rasa Lelah
61
Diantara Kegelapan dan Keheningan
62
Sama-sama Kesal
63
Kera VS Monyet
64
Seperti Manusia Hutan
65
Di jalur yang benar
66
Ketemu!
67
Misi
68
Penasaran
69
Pertemuan Tidak Disangka
70
Mengusik
71
Konyol sekali
72
Bergegas
73
Amarah dan Titah Arum
74
Keyakinan dan Kekuatan
75
Pemberian obat
76
Pendidikan dan Kedatangan
77
Ditemani Ombak
78
Kembali Pulang
79
Keadaan Memanas
80
Tidak bisa berkata-kata
81
Akhirnya!
82
Alasan dan Berita Mengejutkan
83
Rencana VS Rencana
84
Gantian
85
Ibu Mertua
86
Hamil?
87
Katakan saja!
88
Mana yang lebih hebat?
89
Gaun
90
Kembali Bertemu
91
Kuning pastel VS putih gading
92
Tantangan dan taruhan
93
Gaun Berdarah
94
Tidak Percaya
95
Tahan Dia!
96
Gelisah
97
Pengakuan
98
Topeng
99
Setia
100
Panas!
101
Hadiah Pernikahan kami
102
Mengusir?
103
Wanita itu? Apa aku?
104
Burung Cendrawasih
105
Tak Sadarkan diri
106
Taktik
107
Ranjang dingin
108
Terpaksa
109
Berbagi dan penolakan
110
Tidak Penting

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!