Pertemuan

Dari balik kaca besar ruang kerjanya, Zayn Alvaro menatap awan kelabu yang menggantung, seolah mencerminkan isi hatinya sendiri.

Arvin berdiri beberapa langkah di belakangnya, memegang sebuah tablet dengan jadwal yang sudah tersusun rapih. Namun ia tahu, ada satu hal yang lebih penting daripada rapat atau laporan hari ini. Perintah tuannya malam kemarin.

“Bagaimana?” suara Zayn akhirnya terdengar, dalam dan berat.

Arvin mengangkat wajah. “Saya sudah menemukan beberapa kandidat, Tuan. Namun ada satu yang menurut saya paling sesuai dengan kriteria Anda.”

Zayn memutar kursi kulitnya, kini menghadap penuh pada asistennya. Sorot mata abu-abu itu menusuk, membuat siapa pun merasa seperti ditelanjangi. “Siapa dia?”

Arvin menarik napas, lalu menjelaskan dengan tenang. “Namanya Alisha Putri. Gadis cantik berusia 22 tahun. Latar belakang hidupnya sederhana. Ia pendatang baru di Jakarta. Gadis itu pindah beberapa bulan yang lalu untuk mencari pekerjaan. Gadis itu… jauh dari dunia sosialita. Tidak punya catatan buruk, tidak terlibat dalam gosip murahan. Dari yang saya selidiki, karakternya mandiri, cukup tangguh, tapi juga polos.”

Zayn mengangkat alis tipis. “Polos?”

“Ya, Tuan. Tidak banyak tingkah, tidak neko-neko. Dan—” Arvin menekankan nada suaranya, “—ia sedang berada dalam situasi yang sulit. Keluarganya di desa membutuhkan biaya besar untuk adik bungsunya yang sakit parah. Itu artinya, ada kemungkinan besar ia bersedia menerima tawaran ini… asal Tuan serius.”

Ruangan yang di dominasi warna putih dan abu-abu itu seketika hening. Zayn menatap meja di depannya, jari-jarinya mengetuk pelan permukaan kayu mahal dengan ukuran elegan itu. Situasi sulit berarti kebutuhan mendesak, dan kebutuhan berarti peluang.

“Aku tidak suka basa-basi, Arvin. Atur pertemuan segera,” ujarnya datar.

“Kapan, Tuan?”

“Sekarang.”

Arvin mengangguk hormat. “Baik, Tuan. Saya akan mengatur makan malam pribadi. Tidak formal, hanya untuk perkenalan.”

Zayn kembali menyandarkan tubuh. Wajahnya tetap dingin, namun dalam hati ia merasakan sesuatu yang jarang ia alami, yaitu rasa penasaran.

Sore itu, langit sudah berubah jingga. Arvin mengendarai mobil hitam elegan menuju sebuah restoran fine dining yang terletak agak tersembunyi di sudut kota besar itu. Restoran mewah itu terkenal privat, kerap kali menjadi pilihan para pebisnis untuk mengadakan pertemuan tanpa sorotan publik.

Di dalam, suasana terasa tenang dengan cahaya lampu kuning hangat. Musik piano mengalun lembut, menambah kesan intim.

Gadis cantik bernama Alisha duduk dengan gugup di kursi yang sudah disiapkan. Ia mengenakan gaun sederhana berwarna biru muda, bukan gaun mahal, namun cukup sopan untuk acara makan malam. Tangan mungil dengan jemari lentik itu meremas tas kecil di pangkuan. Ia berusaha mengendalikan dirinya yang gugup, perutnya bahkan sedikit mulas.

Alisha tidak tahu siapa yang akan ditemuinya malam ini. Yang ia tahu hanyalah Arvin, pria berpenampilan rapih yang dikenalnya beberapa hari yang lalu. Pria yang menawarkan pekerjaan, yang bisa membantu keluarganya. Tawaran itu terdengar samar, penuh tanda tanya, tapi Alisha terlalu putus asa untuk menolak, karena dirinya juga merasa seperti di kejar sesuatu yang tak terlihat, namun sangat terasa menegangkan.

Saat jarum jam hampir menunjuk pukul tujuh, pintu kaca terbuka. Seorang pria bertubuh tinggi, tegap, masuk dengan jas hitam yang yang membalut tubuh kekarnya. Langkahnya mantap, sorot matanya dingin. Membuat siapapun yang di hampiri nya akan merasa terintimidasi.

Alisha menoleh, dan saat itu juga seketika napasnya tercekat.

Zayn Alvaro.

Sosok yang familiar. Wajah tampannya terlihat jauh lebih berkarisma dibanding foto-foto di majalah bisnis yang sesekali pernah Alisha lihat. Namun aura yang memancar darinya bukan sekadar kekayaan atau status, melainkan kekuasaan dan kesepian.

Arvin segera berdiri untuk menyambut tuannya. “Tuan Zayn, silakan.”

Zayn hanya mengangguk tipis, lalu melangkah menuju meja. Tatapannya tertuju pada gadis di depannya, yang jelas-jelas gugup hingga menundukkan kepala, tangannya saling meremas.

“Alisha Putri?” suaranya dalam, berat, nyaris tanpa intonasi.

Alisha mendongak perlahan. “Iya, saya.”

Zayn menarik kursi dan duduk berhadapan dengannya. Pelayan segera datang, menu dibuka, tapi suasana begitu tegang. Terlebih malam itu benar-benar hanya ada mereka, tidak ada pengunjung lain.

Arvin memberi kode singkat pada Alisha agar rileks dan tetap tenang, lalu mundur beberapa langkah, memberi ruang bagi keduanya.

Zayn membuka percakapan dengan kalimat yang membuat gadis itu hampir terbatuk.

“Aku dengar kau sedang membutuhkan uang.”

Alisha membeku. Wajahnya memerah, bukan karena marah, tapi karena malu. “Saya… iya, Tuan. Adik saya sakit. Biaya pengobatannya besar.”

Zayn menatapnya tajam, seakan menimbang sesuatu. “Kalau begitu, aku akan langsung pada intinya. Aku ingin kau menikah denganku.”

Alisha terbelalak. Pikirannya kacau, seakan kalimat itu terlalu mustahil untuk diproses. Ia mencoba untuk mencerna ucapan yang terdengar ambigu itu.

“A—apa maksud Anda?” suaranya bergetar.

“Aku tidak percaya cinta,” lanjut Zayn, tenang namun dingin. “Aku tidak butuh janji manis atau drama rumah tangga. Yang kubutuhkan hanya seorang istri. Seseorang yang bisa menjalankan perannya di sisiku. Di rumah, maupun di depan publik. Aku akan menanggung seluruh kebutuhanmu, termasuk keluargamu. Sebagai gantinya, kau akan menikah denganku sesuai kesepakatan.”

Alisha menggigit bibir bawahnya, hatinya berdebar kencang. Tawaran itu terdengar gila. Menikah dengan pria asing, apalagi miliarder sekelas Zayn Alvaro? Tapi di sisi lain, inilah kesempatan besar untuk menyelamatkan adiknya.

“A—apa saya tidak salah dengar?” suaranya nyaris berbisik.

“Kau tidak salah dengar,” jawab Zayn mantap. “Ini bukan lamaran romantis. Ini perjanjian. Kau bisa menolak. Tapi jika kau menerima, semua masalah finansialmu selesai.”

Hening panjang menyelimuti meja itu. Musik piano yang mengalun seolah hanya menjadi gema jauh.

Alisha menunduk, matanya berkaca-kaca. Ia ingat wajah adiknya di rumah sakit, ingat ibunya yang menangis cemas, ingat hutang-hutang yang kian menumpuk.

Lalu ia menatap pria di hadapannya—dingin, tajam, tak terbaca.

“Boleh saya berpikir dulu?” tanyanya lirih.

Zayn mengangguk singkat. “Kau punya waktu tiga hari. Setelah itu, tawaranku hangus.”

Arvin yang sejak tadi menunggu di dekat pintu, mendekat kembali. “Tuan, apakah ada lagi yang ingin Anda sampaikan?”

Zayn bangkit berdiri, merapikan jasnya. “Tidak.”

Ia menatap Alisha sekali lagi. Tatapan itu bukan tatapan pria yang jatuh cinta, melainkan seorang pengusaha yang baru saja mengajukan kontrak.

Lalu ia pergi, meninggalkan Alisha yang masih terpaku, jantungnya berdegup tak karuan.

.....

Di dalam mobil, Zayn bersandar ke kursi belakang, memejamkan mata sejenak. Untuk pertama kalinya sejak lama, ia merasa melakukan sesuatu yang berbeda dari rutinitasnya.

Apakah ini keputusan tepat?

Ia tidak tahu.

Namun yang jelas, permainan sudah dimulai.

Dan tanpa ia sadari, gadis sederhana itu akan menjadi titik balik dalam hidupnya.

Terpopuler

Comments

Linda Liddia

Linda Liddia

Eleh kebanyakan mikir lo Alisha begaya amad tinggal Terima aja sih udh tau lg butuh bgt

2025-10-04

0

Lisa

Lisa

Ceritanya menarik nih..

2025-09-05

1

lihat semua
Episodes
1 Tiada Arti
2 Pertemuan
3 Tiga Hari
4 Persiapan
5 Hari Itu Tiba
6 Pergantian status
7 Malam pertama yang tertunda
8 Masih butuh waktu
9 Bibit-bibit krikil
10 Pulang kampung
11 Kedatangan abang bule
12 Tanggung jawab Zayn
13 Pertahanan yang mulai runtuh
14 Perasaan aneh Zayn
15 Hampir
16 Patuh pada suami
17 Duaarrr!
18 Tertangkap basah
19 Godaan Zayn
20 Pemandangan indah
21 Pesta
22 Perkenalan Lucas
23 Resleting gaun yang macet (21+)
24 Wajah baru Zayn
25 Terganggu
26 Omar
27 Racun halus
28 Zayn siaga
29 Kepanikan suami Alisha
30 Terkecoh
31 Pelan tapi pasti
32 Ketenangan sesaat
33 Zayn memulai permainannya
34 Melewati batas
35 Rapuhnya Alisha
36 Duka dan murka
37 keluarga yang retak karena kehilangan surga
38 Kembali ke Jakarta
39 Fase masa subur
40 Dendam Zayn
41 Guru sementara
42 Perang itu terjadi
43 Kalah
44 Janji Zayn
45 Ketenangan yang kembali
46 (21+) Gempuran Zayn
47 Setelah malam itu
48 (21+) Lelah yang nikmat
49 Drama Bima yang menggemparkan seisi rumah
50 Gathering tipis-tipis
51 Mama muda (simulasi)
52 Kejutan
53 (21+ tipis-tipis) Hanya satu kali
54 Nasi goreng spesial
55 Es krim stroberi
56 Positif
57 Membesuk pria pelangi
58 Isak tangis Alisha
59 Gugur
60 Axel
61 Deg-degan
62 Prioritas utama
63 Lemah karena sepiring nasi
64 Rujak date di taman belakang
65 Memang pedas
66 Kebaikan bukan kelemahan
67 Sorot mata yang tidak asing
68 Ikut bekerja bersama suami tampan
69 Salah masuk toilet
70 Turun jabatan
71 Mohon bersabar, Tuan Zayn
72 Demam absurd
73 Upsss... Kejutan!
74 Akankah ada dendam yang di wariskan?
75 Nasi padang penyelamat hidup
76 Apa yang terjadi?
77 Nyaris hilang kesadaran
78 Saat Zayn sadar
79 Tak sengaja
80 Kebetulan yang tak biasa
81 Janji
82 Chef kecil dan salad buah
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Tiada Arti
2
Pertemuan
3
Tiga Hari
4
Persiapan
5
Hari Itu Tiba
6
Pergantian status
7
Malam pertama yang tertunda
8
Masih butuh waktu
9
Bibit-bibit krikil
10
Pulang kampung
11
Kedatangan abang bule
12
Tanggung jawab Zayn
13
Pertahanan yang mulai runtuh
14
Perasaan aneh Zayn
15
Hampir
16
Patuh pada suami
17
Duaarrr!
18
Tertangkap basah
19
Godaan Zayn
20
Pemandangan indah
21
Pesta
22
Perkenalan Lucas
23
Resleting gaun yang macet (21+)
24
Wajah baru Zayn
25
Terganggu
26
Omar
27
Racun halus
28
Zayn siaga
29
Kepanikan suami Alisha
30
Terkecoh
31
Pelan tapi pasti
32
Ketenangan sesaat
33
Zayn memulai permainannya
34
Melewati batas
35
Rapuhnya Alisha
36
Duka dan murka
37
keluarga yang retak karena kehilangan surga
38
Kembali ke Jakarta
39
Fase masa subur
40
Dendam Zayn
41
Guru sementara
42
Perang itu terjadi
43
Kalah
44
Janji Zayn
45
Ketenangan yang kembali
46
(21+) Gempuran Zayn
47
Setelah malam itu
48
(21+) Lelah yang nikmat
49
Drama Bima yang menggemparkan seisi rumah
50
Gathering tipis-tipis
51
Mama muda (simulasi)
52
Kejutan
53
(21+ tipis-tipis) Hanya satu kali
54
Nasi goreng spesial
55
Es krim stroberi
56
Positif
57
Membesuk pria pelangi
58
Isak tangis Alisha
59
Gugur
60
Axel
61
Deg-degan
62
Prioritas utama
63
Lemah karena sepiring nasi
64
Rujak date di taman belakang
65
Memang pedas
66
Kebaikan bukan kelemahan
67
Sorot mata yang tidak asing
68
Ikut bekerja bersama suami tampan
69
Salah masuk toilet
70
Turun jabatan
71
Mohon bersabar, Tuan Zayn
72
Demam absurd
73
Upsss... Kejutan!
74
Akankah ada dendam yang di wariskan?
75
Nasi padang penyelamat hidup
76
Apa yang terjadi?
77
Nyaris hilang kesadaran
78
Saat Zayn sadar
79
Tak sengaja
80
Kebetulan yang tak biasa
81
Janji
82
Chef kecil dan salad buah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!