Bab. 4 Bie ....

Happy reading

Selayaknya seorang remaja, Ayu masih labil.

Terkadang, ia belum bisa menerima pernikahannya dengan Arjuna. Terlebih, Arjuna merupakan pria paling menyebalkan sedunia baginya.

Namun terkadang juga, ia bisa legawa. Menerima pernikahan mereka dan berusaha menjalaninya dengan lapang dada.

Entah, kelak bagaimana jadinya rumah tangga mereka jika badai ujian datang menyapa ....

Arjuna memandu Ayu untuk masuk ke dalam ruangan berukuran enam puluh meter persegi.

Dekorasi di dalam ruangan itu tertata rapi meski penghuninya seorang pria muda.

"Mulai malam ini, kamu tidur di kamar saya." Arjuna menunjukkan kamarnya yang didominasi oleh warna putih.

Ayu menyapu seisi ruang dengan mengedar pandangan mata. Meski kamar Arjuna tampak bersih dan rapi, tetapi tidak bisa menggantikan kamar kesayangannya yang selalu menghadirkan rasa nyaman.

"Aku tidur di kamar ini, Pak?" Ayu bertanya untuk memastikan ucapan Arjuna.

"Iya."

"Kalau aku tidur di kamar ini, Pak Juna tidur di mana?" Ayu kembali bertanya. Namun tanpa menatap lawan bicara.

"Di kamar ini juga."

Dahi Ayu mengerut, hingga kedua pangkal alisnya saling bertaut.

Bagaimana mungkin dia tidur sekamar dengan gurunya sendiri.

Ayu terlupa jika hubungan mereka bukan lagi sekedar guru dan murid, melainkan sepasang suami istri yang halal untuk tidur bersama.

"Nggak ada kamar lain?"

"Nggak ada."

"Kalau Pak Juna tidur di kamar ini ... aku tidur di ruang tamu aja."

"Kita sudah menikah, jadi tidak masalah jika tidur sekamar dan seranjang."

"Nggak! Aku nggak mungkin bisa tidur seranjang sama Pak Juna."

"Kenapa?"

"Aku takut hamil." Ayu beralibi. Selain takut hamil, ia juga malas untuk tidur bersama pria yang paling menyebalkan baginya--Arjuna Tsaqif.

"Tenang saja. Meski kita tidur seranjang, saya tidak akan menggauli kamu sebelum kamu memberi izin. Jadi, kamu tidak akan hamil."

"Menggauli? Maksud Pak Juna gimana? Aku nggak ngeh."

Arjuna menghela napas dalam, lalu menerbitkan seutas senyum.

Ia tidak menyangka, muridnya yang dikenal badung ternyata masih sangat polos dan belum mengerti makna dari kata 'menggauli'.

"Maksudnya, melakukan hubungan suami istri," tuturnya seraya menjelaskan.

Ayu terdiam dan berusaha menelaah penjelasan singkat yang dituturkan oleh Arjuna.

"Sekarang, kamu paham 'kan?"

Ayu mengangguk ragu. Ia masih belum paham sepenuhnya tentang hal yang baru saja dijelaskan oleh Arjuna.

Deretan kalimat tanya masih bersarang di otak. Namun ia ragu untuk mengutarakan.

"Berarti, kalau kita cuma tidur seranjang ... aku nggak bakalan hamil? Gitu maksudnya?"

"Benar, kecuali kalau saya khilaf dan ingin menggauli kamu."

Ayu kembali terdiam dan tampak berpikir. Ia berusaha mencari cara agar Arjuna tidak memaksanya untuk tidur seranjang.

"Gini aja, Pak. Saya tetap tidur sekamar sama Pak Juna, tapi saya tidur di sofa atau di karpet. Biar aman, sekaligus mengantisipasi kekhilafan."

"Sepertinya kamu takut banget kalau saya khilaf."

"Pasti. Aku belum mau hamil." Ayu menyahut, sambil mendaratkan bobot tubuhnya di sofa.

"Hmmm, baiklah. Senyaman kamu."

Arjuna turut mendaratkan bobot tubuhnya di sofa, bersebelahan dengan Ayu.

"Mulai malam ini jangan panggil saya 'Pak', kecuali saat kita berada di sekolah," ucapnya kemudian.

"Lalu, aku mesti manggil Pak Juna apa?"

"Seperti yang mama bilang. Kamu bisa memanggil saya 'Mas' --"

"Aku nggak mau."

"Kenapa nggak mau?"

"Aneh aja. Kaya' panggilan orang sepuh."

"Mmm, bagaimana kalau 'Yang' atau 'Beb'."

"Lebay."

"Menurut kamu bagusnya apa?"

Ayu mengendikkan bahu. Menurutnya tak ada panggilan manis yang pantas untuk Arjuna.

"Bagaimana kalau 'Bie'? Dari kata 'hubby'. Yang berarti suami."

"Lumayan."

"Kamu memanggil saya 'Bie'. Dan saya memanggil kamu 'Ay'."

Ayu mengangguk samar, mengiyakan ucapan Arjuna.

"Selain panggilan yang diubah, cara bicara juga diubah. Supaya tidak terkesan kaku."

"Terserah aja."

"Tapi tidak berlaku ketika kita berada di sekolah."

Hening. Tidak ada balasan yang keluar dari bibir Ayu. Hanya suara detak jarum jam dinding yang mengiringi kebisuan.

"Oya, kamu masih lapar nggak, Ay?" Arjuna mengalihkan topik obrolan untuk mencairkan suasana. Ia mulai memanggil Ayu dengan sebutan 'Ay' dan berbicara dengan gaya khas yang terdengar santai. Tidak kaku.

"Nggak. Tadi 'kan udah makan di rumah sama ayah-bunda."

"Ya kali aja kamu masih lapar."

"Nggak. Aku nggak laper."

"Tapi aku masih sedikit lapar. Temani aku makan ya."

Arjuna beranjak dari sofa sambil menarik pelan tangan Ayu, sehingga Ayu terpaksa membawa tubuhnya berdiri.

Keduanya lantas berjalan beriringan menuju dapur, tanpa disertai obrolan.

Sesampainya di dapur, Arjuna segera menyalakan kompor dan meminta Ayu untuk menyiapkan semua bahan yang disimpannya di dalam kulkas.

Ayu menurut. Ia menyiapkan semua bahan yang disebutkan oleh Arjuna.

"Tadi siang kamu bilang, mau ngejelasin hak dan kewajiban seorang istri." Ayu memecah hening.

Arjuna melirik sekilas ke arah Ayu dan menarik kedua sudut bibirnya, hingga membentuk seutas senyum.

"Nanti, aku jelasinnya setelah kita selesai makan yamie ayam ala Chef Juna. Karena mungkin bisa panjang lebar. Itu pun kalau kamu nggak keburu ngantuk."

Ayu mengangguk, mengindahkan ucapan Arjuna. Lantas segera menyiapkan peralatan makan di atas meja.

Masakan Arjuna menguarkan aroma yang menggugah selera, hingga tanpa sengaja bibir Ayu memuji. "Sepertinya lezat."

"Memang lezat. Makanya, kamu harus bersyukur dan berterima kasih sama papaku --"

"Jarang lho wanita yang punya suami seperti aku. Bisa masak, bisa ngajar, dan bisa menjadi teman."

Ayu mencebik dan enggan menimpali dengan kata-kata.

"Tapi bener 'kan?"

Ayu mengendikkan bahu.

Lagi-lagi ia menanggapi ucapan Arjuna dengan bahasa tubuh, bukan dengan kalimat yang keluar dari bibirnya.

"Kenapa dari tadi kamu cuma menanggapi ucapanku dengan bahasa tubuh?"

"Karena aku nggak tau mesti menanggapinya gimana. Aku bukan pengamat para wanita yang udah bersuami."

"Oiya, aku lupa kalau istriku masih bocah."

"Ck, aku bukan bocah, tapi anak paud." Ayu berdecak. Ia tidak terima disebut bocah oleh Arjuna.

"Udah, nggak usah ngambek. Nih, yamie nya sudah matang."

Dua mangkuk yamie ayam tersaji di atas meja, ditemani dua gelas air putih yang siap untuk dinikmati.

"Gimana ... enak nggak, Ay?" Arjuna bertanya setelah Ayu menyuapkan satu sendok kuah yamie ke dalam mulut.

"Lumayan. Sebelas dua belas sama yamie ayam Pak Ndut."

"Yamie ayam Pak Ndut?" Arjuna mengangkat satu alisnya dan menatap Ayu.

"Iya, yamie ayam langganan bunda. Tapi yang jual udah meninggal."

"Owh. Sekarang beralih di mana? Yamie ayam Pak Min?"

"Bukan. Yamie ayam Chef Juna." Meski terdengar datar, ucapan Ayu mencipta senyum di wajah Arjuna.

Suasana sesaat hening. Hanya terdengar denting sendok dan garpu yang menari di atas mangkuk keramik.

Mulai malam ini Arjuna tidak akan lagi berteman sepi, sebab Illahi telah menganugerahi-nya seorang teman hidup.

Seusai menandaskan yamie ayam olahan tangan Arjuna, Ayu mencuci semua peralatan dapur yang kotor. Tentu saja dibantu oleh Arjuna.

"Laki-laki seperti kamu, pasti punya banyak mantan."

"Nggak juga. Aku cuma punya satu mantan."

"Cantik?"

"Ya begitulah. Nggak usah dibahas. Kita ngobrol yang lain."

"Maaf --"

"Nggak pa-pa."

Raut wajah Arjuna seketika berubah ketika Ayu bertanya tentang mantan. Suasana kembali hening dan serasa tidak mengenakkan.

Ayu dihinggapi rasa bersalah. Ia menyesal telah bertanya sesuatu yang membuat suasana hati Arjuna menjadi buruk.

"Bie ... maaf ya," ucapnya lirih. Namun terdengar di telinga Arjuna.

Ayu terpaksa memanggil Arjuna dengan sebutan 'Bie' untuk menebus rasa bersalah. Karena dialah yang membuat Arjuna bermuram durja.

"Apa? Coba ulangi lagi! Aku nggak denger."

"Bie ... maaf ya." Ayu mengulangi ucapannya dan sukses melukis senyum di wajah Arjuna yang semula terlihat muram.

"Terdengar sweet."

"Apanya?"

"Panggilan sayang-mu. Bie ...." Arjuna mengembangkan senyum, lalu melabuhkan kecupan pertama di kening Ayu.

Gelenyar aneh tercipta karena kecupan itu. Membuat tubuh Ayu seketika mematung dan lidahnya serasa kelu untuk berucap.

🍁🍁🍁

Bersambung

Nb: Ada revisi sedikit di Bab. 3 🙏🏻

Terpopuler

Comments

Najwa Aini

Najwa Aini

Ayu blak-blakan ya..
bener² khas remaja 17-an.
Gemmesin.

2025-08-18

1

Ririn Rira

Ririn Rira

Ceplas ceplos langsung kepada inti takut hamil

2025-09-22

1

Ririn Rira

Ririn Rira

Bener lagi 🤭

2025-09-22

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Mendadak Nikah
2 Bab. 2 Geng Srikandi VS Geng Kunti
3 Bab. 3 Pindah Ke Apartemen
4 Bab. 4 Bie ....
5 Bab. 5 Kening Yang Terno-da
6 Bab. 6 Posesif
7 Bab. 7 Sudah Ada Yang Punya
8 Bab. 8 Geng Brawijaya
9 Bab. 9 Biasa Terluka
10 Bab. 10 Arjuna VS Ryuga
11 Bab. 11 Sudah Menikah
12 Bab. 12 Ketahuan
13 Bab. 13 Istri Bar-Bar
14 Bab. 14 Masih Sangsi
15 Bab. 15 Suami Idaman
16 Bab. 16 Bukit Bintang
17 Bab. 17 Dua Remaja
18 Bab. 18 Doi
19 Bab. 19 Rival
20 Bab. 20 Seburuk Itu?
21 Bab. 21 Bukti
22 Bab. 22 Tuduhan
23 Bab. 23 Everlasting Love
24 Bab. 24 Malu
25 Bab. 25 Jerat Dosa
26 Bab. 26 Seberapa Pantas
27 Bab. 27 Sempurna
28 Bab. 28 Hanya Berteman
29 Bab. 29 Cemburu?
30 Bab. 30 Love Language
31 Bab. 31 Rahasia Yang Terungkap
32 Bab. 32 Menjaga Syah-Wat
33 Bab. 33 Zizi
34 Bab. 34 Sumpah Seorang Gadis Kecil
35 Bab. 35 Tidur Seranjang
36 Bab. 36 Jianayu
37 Bab. 37 Tuan Muda
38 Bab. 38 Mansion
39 Bab. 39 Insting
40 Bab. 40 Pilihan Yang Sulit
41 Bab. 41 Masih Perja-ka
42 Bab. 42 Tak Sempat Memiliki
43 Bab. 43 Malu
44 Bab. 44 Photo Booth
45 Bab. 45 Pelukan
46 Bab. 46 Mas Damkar
47 Bab. 47 Nitip Hati
48 Bab. 48 Kata Maaf
49 Bab. 49 Pakaian Dinas
50 Bab. 50 You Are The Best Partner
51 Bab. 51 Stelan Pabrik
52 Bab. 52 Dekapan
53 Bab. 53 Pagutan Bi-bir
54 Bab. 54 Miliki Aku Seutuhnya
55 Bab. 55 Menyatu
56 Bab. 56 Candu
57 Bab. 57 Eskul Dua Puluh Satu Plus
58 Bab. 58 Siasat
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Bab. 1 Mendadak Nikah
2
Bab. 2 Geng Srikandi VS Geng Kunti
3
Bab. 3 Pindah Ke Apartemen
4
Bab. 4 Bie ....
5
Bab. 5 Kening Yang Terno-da
6
Bab. 6 Posesif
7
Bab. 7 Sudah Ada Yang Punya
8
Bab. 8 Geng Brawijaya
9
Bab. 9 Biasa Terluka
10
Bab. 10 Arjuna VS Ryuga
11
Bab. 11 Sudah Menikah
12
Bab. 12 Ketahuan
13
Bab. 13 Istri Bar-Bar
14
Bab. 14 Masih Sangsi
15
Bab. 15 Suami Idaman
16
Bab. 16 Bukit Bintang
17
Bab. 17 Dua Remaja
18
Bab. 18 Doi
19
Bab. 19 Rival
20
Bab. 20 Seburuk Itu?
21
Bab. 21 Bukti
22
Bab. 22 Tuduhan
23
Bab. 23 Everlasting Love
24
Bab. 24 Malu
25
Bab. 25 Jerat Dosa
26
Bab. 26 Seberapa Pantas
27
Bab. 27 Sempurna
28
Bab. 28 Hanya Berteman
29
Bab. 29 Cemburu?
30
Bab. 30 Love Language
31
Bab. 31 Rahasia Yang Terungkap
32
Bab. 32 Menjaga Syah-Wat
33
Bab. 33 Zizi
34
Bab. 34 Sumpah Seorang Gadis Kecil
35
Bab. 35 Tidur Seranjang
36
Bab. 36 Jianayu
37
Bab. 37 Tuan Muda
38
Bab. 38 Mansion
39
Bab. 39 Insting
40
Bab. 40 Pilihan Yang Sulit
41
Bab. 41 Masih Perja-ka
42
Bab. 42 Tak Sempat Memiliki
43
Bab. 43 Malu
44
Bab. 44 Photo Booth
45
Bab. 45 Pelukan
46
Bab. 46 Mas Damkar
47
Bab. 47 Nitip Hati
48
Bab. 48 Kata Maaf
49
Bab. 49 Pakaian Dinas
50
Bab. 50 You Are The Best Partner
51
Bab. 51 Stelan Pabrik
52
Bab. 52 Dekapan
53
Bab. 53 Pagutan Bi-bir
54
Bab. 54 Miliki Aku Seutuhnya
55
Bab. 55 Menyatu
56
Bab. 56 Candu
57
Bab. 57 Eskul Dua Puluh Satu Plus
58
Bab. 58 Siasat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!