Bab. 2 Geng Srikandi VS Geng Kunti

Happy reading

"Woee, berhenti!" Ayu berteriak lantang begitu tiba di Jalan Teratai, tempat anak-anak Geng Srikandi dan bocah-bocah Geng Kunti berkelahi.

Namun sayang, tidak ada yang mau mendengarnya karena terlalu fokus dengan perkelahian.

Tidak ada cara yang bisa ia lakukan untuk menghentikan perkelahian yang terlihat semakin sengit, selain ikut terjun ke medan pertempuran.

Dengan kelincahan gerakan tangannya, Ayu berhasil merebut tongkat yang dipegang oleh salah satu anggota Geng Kunti dan menjadikan Arumi sebagai incaran untuk dijadikan tawanan agar perkelahian mereka segera berhenti.

"Nyet, hati-hati! Di belakang-mu!" Nofiya berteriak ketika salah satu musuh mereka bersiap untuk memukul Ayu dari belakang.

Seseorang tiba di waktu yang tepat.

Ia berusaha melindungi Ayu dengan mencengkram kuat tongkat yang ingin diayunkan tepat ke kepala Ayu.

"Hentikan!" Titahnya--dengan suara yang terdengar menggelegar.

Seketika perkelahian pun terhenti dan atensi semua anggota geng mengarah pada sosok pemilik suara yang ternyata tidak asing.

"Pak Juna --" ucap mereka hampir bersamaan.

Mata Ayu membulat sempurna begitu wajah Arjuna memenuhi ruang pandang.

Ia tidak menyangka jika Arjuna akan menyusulnya.

"Semua bubar! Tinggalkan tempat ini dan jangan pernah berkelahi lagi!" Arjuna kembali melontarkan titah yang tak kuasa dibantah oleh semua anggota geng. Suaranya terdengar datar. Namun penuh penekanan.

Arumi sebagai ketua Geng Kunti, segera membawa anggota gengnya untuk meninggalkan tempat itu. Namun sebelum melangkah pergi, Arumi melayangkan tatapan menghunus ke arah Ayu dan mengancamnya untuk tidak mendekati Dimas.

Seperti biasa, Ayu membalas ancaman Arumi dengan memperlihatkan senyum mencemooh.

Baginya, ancaman itu hanyalah angin lalu yang tidak penting untuk ditanggapi.

"Nyit, gimana keadaan temen-temen?" Ayu bertanya pada Nofiya setelah Arumi dan anggota geng-nya menghilang dari pandangan mata.

"Noh lihat aja sendiri! Kepala Ririn sama Machan benjol!" ujar Nofiya sambil menggerakkan dagu, menunjuk ke arah Ririn dan Machan yang tampak merintih kesakitan sambil memegang dahi mereka yang benjol.

Ayu mengalihkan pandangan mata ke arah dua temannya yang ditunjuk oleh Nofiya. Benar saja, kepala mereka terlihat memar dan benjol akibat perkelahian tadi.

"Selain mereka berdua masih aman, Nyet. Temen-temen kita yang lain cuma luka ringan. Kita bisa obatin pake obat merah atau plester."

Ayu mengangguk pelan, lalu membuang napas kasar. Ia merasa bersalah karena telah datang terlambat.

"Kita bawa teman-temanmu yang terluka ke rumah sakit," tutur Arjuna--menginterupsi.

"Siapa yang akan membayar biaya rumah sakit, Pak?" Bukan Ayu yang menanggapi ucapan Arjuna, melainkan Nofiya.

"Saya yang akan membayarnya."

Ucapan Arjuna mencipta senyum di bibir Nofiya dan teman-temannya, terkecuali Ayu.

Ayu meyakini, jika setelah hari ini ... Arjuna akan selalu membuntuti dan akan membatasi ruang geraknya sebagai ketua Geng Srikandi.

"Yu, kamu ikut saya." Arjuna memecah hening yang sejenak tercipta dan membuat Ayu terhenyak.

"Nofiya dan yang lainnya gimana?" Ayu menanggapi perkataan Arjuna tanpa menatap lawan bicara yang saat ini tengah menatapnya.

"Mereka diantar Pak Hasan--sopir papa."

"Tapi, aku ingin menemani mereka --"

"Ririn, Machan, dan yang lainnya terluka karena aku datang terlambat," imbuh Ayu.

"Kita bisa bertemu mereka di rumah sakit."

"Tapi --"

"Kamu ikut saya atau --"

"Baiklah. Aku ikut kamu."

Ayu segera memangkas perkataan Arjuna. Seolah ia bisa menebak apa yang ingin dilontarkan oleh pria menyebalkan itu.

Ancaman.

Arjuna bisa saja membeberkan pernikahan mereka pada semua orang, jika perintahnya tidak diindahkan.

Dengan sangat terpaksa, Ayu menuruti perintah Arjuna dan membiarkan teman-temannya masuk ke dalam mobil bersama Hasan. Sementara dia, membonceng kuda besi milik Arjuna.

"Sesuai dugaan saya, kamu tidak pergi ke minimarket. Kamu sengaja berbohong supaya bisa menyusul teman-teman kamu dan ikut berkelahi bersama mereka," ucap Arjuna sambil fokus melajukan kuda besi.

"Makanya, saya meminta Pak Hasan untuk ikut bersama saya, karena saya yakin pasti banyak yang terluka akibat perkelahian tadi," sambungnya.

"Bagaimana Pak Juna bisa tau kalau aku nggak ke minimarket?"

"Tadi, saya mendengar obrolanmu dengan Nofiya. Mungkin kamu berpikir, suara kamu pelan dan tidak mungkin didengar oleh siapapun kecuali lawan bicara."

Huft ....

Ayu membuang napas kasar. Ia merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa berbicara lebih pelan, sehingga Arjuna mendengar obrolannya dengan Nofiya.

"Sebenarnya, apa yang membuat kalian sering berkelahi dengan Geng Kunti?"

Ayu membisu. Ia serasa enggan untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Arjuna.

"Apa karena ... kamu dan Arumi memperebutkan Dimas?" tebak Arjuna sambil menoleh sekilas ke belakang, sehingga memaksa Ayu untuk membalasnya.

"Nggak. Sebenarnya, Arumi cuma salah paham aja. Dia cemburu, karena aku deket sama Dimas. Tapi kedekatan kami cuma sekedar teman, nggak lebih."

"Kenapa kamu tidak menjelaskannya pada Arumi? Supaya dia tidak terus menerus salah paham."

"Males, Pak. Yang namanya cemburu, dijelasin seperti apapun, nggak bakal percaya."

"Berarti kamu harus menjaga jarak dengan Dimas."

"Kenapa aku harus menjaga jarak dengan Dimas? Aku dan Dimas berteman dari kecil. Jadi wajar, kalau kami deket. Arumi-nya aja yang terlalu pencemburu dan terobsesi sama Dimas."

"Yu, status kamu sudah bukan gadis lajang lagi. Jadi, kamu harus bisa menjaga Marwah sebagai seorang istri."

"Maksud Pak Juna apa?"

"Nanti malam saya jelaskan. Supaya kamu paham, apa saja hak dan kewajiban kamu sebagai seorang istri."

Ck ...

Ayu berdecak dan memutar bola mata malas.

Selayaknya seorang remaja yang masih berusia belia, Ayu ingin menikmati masa muda dan belum siap menjadi seorang istri.

Apalagi menjalankan kewajiban yang pastinya teramat berat.

Tak terasa, roda kuda besi yang dikendarai oleh Arjuna sudah menginjak area parkir rumah sakit.

Tanpa diminta oleh Arjuna, Ayu bergegas turun dari jok sepeda motor.

"Kita susul teman-teman kamu. Mungkin mereka di UGD."

"Iya." Ayu mengangguk pelan, lalu membawa kakinya melangkah mengikuti ayunan kaki Arjuna.

Setibanya di UGD, Arjuna dan Ayu disambut ramah oleh seorang dokter berparas cantik yang kebetulan mengenal Arjuna.

Dia ... Dira. Saudara Arjuna.

"Jun, semua murid-mu yang terluka sudah kami obati. Mereka bisa langsung pulang," tutur Dira diiringi seutas senyum yang membingkai wajah cantiknya.

"Alhamdulillah. Makasih, Mbak."

"Sama-sama."

"Luka mereka nggak ada yang parah 'kan, Mbak?"

"Alhamdulillah, nggak ada."

"Syukurlah, kalau begitu aku tinggal dulu ke bagian administrasi --"

"Mau ngapain? Semua biaya pengobatan mereka sudah aku bayar."

"Waduh, malah merepotkan Mbak Dira."

"Nggak juga, Jun. Udah, santai saja. Aku nggak merasa direpotkan."

"Sekali lagi ... makasih ya, Mbak."

"Sama-sama. Salam buat Om Adam dan Tante Alisa ya."

"Iya, Insya Allah nanti aku sampaikan."

"Sip. Aku tinggal dulu ya. Ada pasien yang harus segera dioperasi."

"Iya, Mbak. Semoga lancar operasinya."

"Aamiin."

Dira kembali menerbitkan senyum, lalu melangkah pergi--meninggalkan Arjuna dan Ayu untuk melanjutkan tugas.

"Sepertinya, Pak Juna akrab banget sama bu dokter tadi." Ayu membuka obrolan.

"Iya. Dia ... Mbak Dira. Anak Om Firman--kakaknya papa."

"Owhh, aku kira mantan Pak Juna --"

"Seharusnya, Pak Juna memiliki istri seperti Dokter Dira. Cantik, lembut, cerdas, dan baik hati. Bukan seperti aku. Bedugalan." Ayu menyambung ucapannya, lantas mengayun kaki tanpa menunggu balasan dari Arjuna.

Andai kamu tau, Yu. Sebelum kita bertemu, aku pernah menjalin hubungan serius dengan seorang dokter. Hubungan kami kandas, karena dia lebih memilih pria lain yang mungkin lebih baik dari-ku.

Arjuna menghela napas dalam, lalu menghembuskan nya perlahan. Menghempas rasa sesak yang memenuhi rongga dada.

Setiap mengingat sang mantan kekasih, segumpal daging yang bersemayam di dalam dadanya terasa ngilu.

Rasa sakit karena pengkhianatan Cathy masih tersisa dan belum sembuh sepenuhnya, hingga membuat Arjuna enggan menjalin hubungan dengan wanita lain.

Namun demi menuruti permintaan papanya, ia terpaksa menikahi Ayu--muridnya sendiri dan berusaha ikhlas menjalani goresan takdir yang dikehendaki oleh Sang Penulis Skenario.

🍁🍁🍁

Bersambung

Terpopuler

Comments

Ririn Rira

Ririn Rira

Ke rumah sakit dokter Zevin ya Bapak guru biar ketemu suami manja dokter Zi disana masih aktif kok dia 😅

2025-09-18

1

Machan

Machan

dokter Dira juga ada di sini, berarti saling menyambung ceritanya

2025-08-18

1

Ririn Rira

Ririn Rira

Pantesan puyeng ternyata kepala ku kena pentok 😅

2025-09-18

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Mendadak Nikah
2 Bab. 2 Geng Srikandi VS Geng Kunti
3 Bab. 3 Pindah Ke Apartemen
4 Bab. 4 Bie ....
5 Bab. 5 Kening Yang Terno-da
6 Bab. 6 Posesif
7 Bab. 7 Sudah Ada Yang Punya
8 Bab. 8 Geng Brawijaya
9 Bab. 9 Biasa Terluka
10 Bab. 10 Arjuna VS Ryuga
11 Bab. 11 Sudah Menikah
12 Bab. 12 Ketahuan
13 Bab. 13 Istri Bar-Bar
14 Bab. 14 Masih Sangsi
15 Bab. 15 Suami Idaman
16 Bab. 16 Bukit Bintang
17 Bab. 17 Dua Remaja
18 Bab. 18 Doi
19 Bab. 19 Rival
20 Bab. 20 Seburuk Itu?
21 Bab. 21 Bukti
22 Bab. 22 Tuduhan
23 Bab. 23 Everlasting Love
24 Bab. 24 Malu
25 Bab. 25 Jerat Dosa
26 Bab. 26 Seberapa Pantas
27 Bab. 27 Sempurna
28 Bab. 28 Hanya Berteman
29 Bab. 29 Cemburu?
30 Bab. 30 Love Language
31 Bab. 31 Rahasia Yang Terungkap
32 Bab. 32 Menjaga Syah-Wat
33 Bab. 33 Zizi
34 Bab. 34 Sumpah Seorang Gadis Kecil
35 Bab. 35 Tidur Seranjang
36 Bab. 36 Jianayu
37 Bab. 37 Tuan Muda
38 Bab. 38 Mansion
39 Bab. 39 Insting
40 Bab. 40 Pilihan Yang Sulit
41 Bab. 41 Masih Perja-ka
42 Bab. 42 Tak Sempat Memiliki
43 Bab. 43 Malu
44 Bab. 44 Photo Booth
45 Bab. 45 Pelukan
46 Bab. 46 Mas Damkar
47 Bab. 47 Nitip Hati
48 Bab. 48 Kata Maaf
49 Bab. 49 Pakaian Dinas
50 Bab. 50 You Are The Best Partner
51 Bab. 51 Stelan Pabrik
52 Bab. 52 Dekapan
53 Bab. 53 Pagutan Bi-bir
54 Bab. 54 Miliki Aku Seutuhnya
55 Bab. 55 Menyatu
56 Bab. 56 Candu
57 Bab. 57 Eskul Dua Puluh Satu Plus
58 Bab. 58 Siasat
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Bab. 1 Mendadak Nikah
2
Bab. 2 Geng Srikandi VS Geng Kunti
3
Bab. 3 Pindah Ke Apartemen
4
Bab. 4 Bie ....
5
Bab. 5 Kening Yang Terno-da
6
Bab. 6 Posesif
7
Bab. 7 Sudah Ada Yang Punya
8
Bab. 8 Geng Brawijaya
9
Bab. 9 Biasa Terluka
10
Bab. 10 Arjuna VS Ryuga
11
Bab. 11 Sudah Menikah
12
Bab. 12 Ketahuan
13
Bab. 13 Istri Bar-Bar
14
Bab. 14 Masih Sangsi
15
Bab. 15 Suami Idaman
16
Bab. 16 Bukit Bintang
17
Bab. 17 Dua Remaja
18
Bab. 18 Doi
19
Bab. 19 Rival
20
Bab. 20 Seburuk Itu?
21
Bab. 21 Bukti
22
Bab. 22 Tuduhan
23
Bab. 23 Everlasting Love
24
Bab. 24 Malu
25
Bab. 25 Jerat Dosa
26
Bab. 26 Seberapa Pantas
27
Bab. 27 Sempurna
28
Bab. 28 Hanya Berteman
29
Bab. 29 Cemburu?
30
Bab. 30 Love Language
31
Bab. 31 Rahasia Yang Terungkap
32
Bab. 32 Menjaga Syah-Wat
33
Bab. 33 Zizi
34
Bab. 34 Sumpah Seorang Gadis Kecil
35
Bab. 35 Tidur Seranjang
36
Bab. 36 Jianayu
37
Bab. 37 Tuan Muda
38
Bab. 38 Mansion
39
Bab. 39 Insting
40
Bab. 40 Pilihan Yang Sulit
41
Bab. 41 Masih Perja-ka
42
Bab. 42 Tak Sempat Memiliki
43
Bab. 43 Malu
44
Bab. 44 Photo Booth
45
Bab. 45 Pelukan
46
Bab. 46 Mas Damkar
47
Bab. 47 Nitip Hati
48
Bab. 48 Kata Maaf
49
Bab. 49 Pakaian Dinas
50
Bab. 50 You Are The Best Partner
51
Bab. 51 Stelan Pabrik
52
Bab. 52 Dekapan
53
Bab. 53 Pagutan Bi-bir
54
Bab. 54 Miliki Aku Seutuhnya
55
Bab. 55 Menyatu
56
Bab. 56 Candu
57
Bab. 57 Eskul Dua Puluh Satu Plus
58
Bab. 58 Siasat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!