Bab. 3 Pindah Ke Apartemen

Happy reading

Seusai memasukkan beberapa stel pakaian ke dalam koper, Ayu menyapu seisi kamar dengan pandangan mata yang terbingkai sendu.

Ia serasa berat untuk meninggalkan kamarnya yang menyimpan sejuta kenangan dan belum siap jika harus pindah ke apartemen Arjuna.

Ayu masih belum mengerti, kenapa ayahnya bersikeras mengabulkan permintaan papa Arjuna dan memaksanya untuk menikah di usianya yang masih sangat belia.

Helaan napas terdengar berat dari indera penciumannya, seiring rasa sesak yang perlahan terhempas.

Ayu berusaha menenangkan hati yang terbalut resah dan meyakinkan dirinya bahwa ia mampu menjalani hidup bersama Arjuna.

"Ayu, sudah selesai belum? Juna sudah terlalu lama menunggu." Inggrid berjalan menghampiri Ayu yang kini tengah duduk di lantai kamar dengan beralaskan karpet bulu berwarna putih.

"Sudah, Bun." Ayu menjawab singkat dan menoleh sekilas ke arah bundanya.

Inggrid lantas mendaratkan bobot tubuhnya di sisi Ayu dan menatap lekat manik mata putri semata wayangnya yang terhias titik-titik embun.

"Maafkan Bunda. Seharusnya, Bunda bisa tegas menolak pernikahan kamu dengan Juna. Bukan malah membiarkan ayahmu mengabulkan permintaan sahabatnya --"

"Jujur, Bunda merasa bersalah."

Ayu memaksa dirinya untuk terlihat tegar di hadapan sang bunda dan menghias wajahnya dengan sebaris senyum.

"Bunda nggak usah merasa bersalah. Mungkin, takdirku memang begini. Aku harus menikah sama Pak Juna di usia yang masih sangat belia, Bun."

"Tapi, kamu masih SMA, Sayang. Masih banyak yang harus kamu lakukan untuk meraih impian dan cita-cita --"

"Bun, meski udah menikah ... aku masih bisa meraih impian dan cita-cita." Ayu memangkas ucapan Inggrid.

"Aku yakin, Pak Juna pasti bakal mendukung dan membatu-ku untuk meraih semua itu," imbuhnya--yang sebenarnya bertolak belakang dengan kata hati.

"Iya, Sayang. Semoga demikian."

Inggrid merengkuh tubuh Ayu, lalu membawanya ke dalam pelukan.

Sebagai seorang ibu, ia teramat menyesal karena tidak kuasa melawan kehendak suaminya. Menikahkan putri mereka di usianya yang masih sangat belia.

Cukup lama mereka saling berpeluk, diiringi tetesan air bening yang tak kuasa dibendung.

"Bun, aku pergi sekarang ya." Ayu berbisik lirih dan perlahan mengurai pelukan.

"Iya, Sayang." Inggrid membalas ucapan Ayu, lalu segera menyeka wajahnya yang basah dengan jemari tangan.

"Sering-seringlah datang ke rumah. Bunda akan selalu siap menyambut kedatanganmu dan mendengar keluh kesah mu."

"Iya, Bun. Kalau Pak Juna memberi izin, pasti aku bakal sering datang ke rumah untuk menemui Bunda."

Inggrid menerbitkan seutas senyum, lalu melabuhkan kecupan sayang di kening Ayu.

"Bunda bawakan kopermu --"

"Nggak usah, Bun. Aku bisa membawanya sendiri."

"Tapi, Bunda ingin membantumu."

"Bantu doa aja, Bun. Itu udah luar biasa buat aku." Ayu tertawa kecil dan membawa tubuhnya beranjak dari posisi duduk, disusul oleh Inggrid.

Satu tangannya menggandeng tangan sang bunda, sementara satu tangannya yang lain menarik koper.

Mereka berjalan beriringan menuruni anak tangga, kemudian mengayun kaki menuju ruang tamu untuk menghampiri Arjuna yang tengah berbincang dengan Zain.

"Yah, aku pamit ya," ucap Ayu begitu tiba di hadapan ayahnya.

"Iya, Sayang." Zain membalas ucapan Ayu. Lantas membawa tubuhnya bangkit dari sofa, diikuti oleh Arjuna.

"Jadilah istri yang baik dan selalu patuhi suamimu. Jangan badung dan jangan sering berkelahi lagi," tutur Zain sambil memeluk erat tubuh putrinya.

"Iya, Yah." Ayu mengangkat kedua tangannya untuk membalas pelukan.

"Maafkan Ayah. Ayah menyetujui permintaan Om Adam untuk menikahkan kamu dengan Arjuna, supaya kamu bisa berubah menjadi lebih baik. Tidak lagi badung dan menjadi seorang wanita yang berakhlak mulia."

Ayu mengurai pelukan begitu mendengar rangkaian kata yang dituturkan oleh Zain.

"Jadi, alasan Ayah mengabulkan permintaan Om Adam hanya karena itu?" Tetesan kristal bening mengiringi pertanyaan yang keluar dari bibir Ayu.

Ketegarannya melemah, bersamaan tubuhnya yang terasa lunglai.

Ia tak percaya jika ayahnya akan mengambil keputusan yang sangat tergesa.

Bukankah ada cara yang lebih bijak, selain menikahkannya dengan Arjuna?

"Yu, ayah sangat yakin ... Arjuna bisa membimbing mu dan menjadi suami yang baik untukmu. Karena itu, ayah mempercayakan kamu pada Arjuna --"

"Ayah mengerti perasaanmu. Mungkin, kamu marah dan kecewa pada Ayah. Tetapi kamu harus tau, Ayah menikahkan kamu dengan Arjuna ... karena Ayah sangat menyayangi kamu. Ayah tidak ingin, putri Ayah tumbuh menjadi seorang gadis yang bedugalan dan tidak tau aturan. Ayah juga tidak ingin, masa depan putri Ayah suram karena tidak mau belajar dengan baik dan sering berkelahi."

Zain menyeka wajah Ayu yang basah, lalu melabuhkan kecupan dalam di kening putri semata wayangnya itu.

"Ayah sangat menyayangi kamu, Yu," ucapnya dengan suara yang terdengar bergetar.

Kini Ayu dan Inggrid mengerti, kenapa Zain bersikeras mengabulkan permintaan Adam--sahabatnya. Mereka berusaha menerima alasan itu dengan hati yang lapang, meski sebenarnya teramat sulit.

"Jun, kami percayakan Ayu padamu. Jaga putri kami dan bahagiakan dia," tutur Zain sambil memeluk singkat tubuh Arjuna.

"Iya, Yah. Saya akan menjaga Ayu dan berusaha membahagiakan dia."

"Sudah malam, lebih baik kalian segera berangkat ke apartemen." Zain kembali bertutur.

"Iya, Yah." Arjuna mengangguk pelan.

Setelah berpamitan, Arjuna melangkah pergi bersama Ayu. Meninggalkan rumah minimalis yang seakan enggan melepas kepergian salah satu penghuninya--Ayunda Nafsha Azia.

"Ayu, pegangan." Arjuna memecah hening yang menyelimuti mereka selama berada di perjalanan.

Ayu membisu dan enggan mengindahkan ucapan Arjuna.

"Ayu, pegangan." Arjuna kembali mengulangi ucapannya. Namun Ayu masih setia membisu. Wajahnya tampak muram. Seperti rupa langit di malam ini.

Arjuna menoleh sekilas ke belakang, lalu memandu tangan Ayu untuk melingkar di tubuhnya.

"Yu, jangan ngambek! Orang tua kita memang salah. Tapi seperti yang ayahmu bilang tadi. Apa yang mereka lakukan, sebenarnya bukan tanpa alasan. Mereka menikahkan kita karena teramat menyayangi kita," tutur Arjuna sambil mengusap pelan punggung tangan Ayu.

"Nggak adakah cara lain yang lebih bijak, selain itu?" Ucapan Arjuna berhasil memancing Ayu untuk menanggapinya.

"Entahlah. Mungkin yang terbesit di dalam pikiran mereka, hanya itu cara yang terbaik."

"Lebih baik, kita jalani saja hubungan ini dengan ikhlas dan ridho. Berserah pada Zat Yang Maha Rahman. Saling memotivasi dan menguatkan."

Tak ada balasan yang keluar dari bibir Ayu. Hanya helaan napas berat yang mewakili.

Rasa kantuk mulai menyerang, membuat Ayu tak kuasa membuka matanya lebar-lebar. Beruntung, kuda besi yang dikendarai oleh Arjuna telah sampai di basement parkir.

"Sudah sampai," ujar Arjuna.

Ia lantas menghentikan laju kuda besinya dan meminta Ayu untuk turun.

Mata yang semula menyipit, dipaksa-nya terbuka lebar. Menghempas rasa kantuk yang sempat meraja.

"Kamu sudah ngantuk berat, Yu?"

"Iya. Tumben, jam segini aku udah ngantuk."

"Kata orang, kalau kita gampang ngantuk, berarti ada jin di dekat kita," sambungnya tanpa menatap objek yang diajaknya bicara.

Ucapan Ayu menggelitik telinga dan mencipta sebaris senyum di bibir Arjuna.

"Bener nggak ya?" Ayu bermonolog lirih. Namun terdengar oleh Arjuna.

"Benar. Di dekatmu memang ada jin."

Ucapan Arjuna mendorong Ayu untuk menanggapi. Ia mengira jika di dekat nya memang ada jin.

"Jin nya cakep apa cantik?" Ayu melirik sekilas ke arah Arjuna dan memasang wajah yang terlihat sedikit jutek.

"Cakep. Cakep banget."

"Ck, andai aja aku bisa melihatnya. Pasti aku pacarin dia."

"Kamu bisa melihatnya."

"Di mana?"

"Di depan kamu. Arjuna Tsaqif."

Ayu menghela napas dan tersenyum samar. Tak ada secuil pun keinginan untuk menimpali ucapan Arjuna.

"Bagaimana, jadi dipacarin?"

"Nggak. Aku tarik ucapanku tadi." Ayu melenggang pergi, meninggalkan Arjuna yang belum beralih dari posisinya berdiri.

🍁🍁🍁

Bersambung

Terpopuler

Comments

Be___Mei

Be___Mei

Cita-cita nggak seperti rumah yang punya pintu dan atap. Dia bebas, terhampar luas di bawah langit biru. Retaplah berusaha, Ayu 💪

2025-08-17

1

Machan

Machan

tenang ayah, besok bakal ada yang jewer kupingnya klo ayu gelut lagi🤣

2025-08-21

1

Ririn Rira

Ririn Rira

Segala mau jadi jin curiga ikutan sengklek nanti 😅

2025-09-22

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Mendadak Nikah
2 Bab. 2 Geng Srikandi VS Geng Kunti
3 Bab. 3 Pindah Ke Apartemen
4 Bab. 4 Bie ....
5 Bab. 5 Kening Yang Terno-da
6 Bab. 6 Posesif
7 Bab. 7 Sudah Ada Yang Punya
8 Bab. 8 Geng Brawijaya
9 Bab. 9 Biasa Terluka
10 Bab. 10 Arjuna VS Ryuga
11 Bab. 11 Sudah Menikah
12 Bab. 12 Ketahuan
13 Bab. 13 Istri Bar-Bar
14 Bab. 14 Masih Sangsi
15 Bab. 15 Suami Idaman
16 Bab. 16 Bukit Bintang
17 Bab. 17 Dua Remaja
18 Bab. 18 Doi
19 Bab. 19 Rival
20 Bab. 20 Seburuk Itu?
21 Bab. 21 Bukti
22 Bab. 22 Tuduhan
23 Bab. 23 Everlasting Love
24 Bab. 24 Malu
25 Bab. 25 Jerat Dosa
26 Bab. 26 Seberapa Pantas
27 Bab. 27 Sempurna
28 Bab. 28 Hanya Berteman
29 Bab. 29 Cemburu?
30 Bab. 30 Love Language
31 Bab. 31 Rahasia Yang Terungkap
32 Bab. 32 Menjaga Syah-Wat
33 Bab. 33 Zizi
34 Bab. 34 Sumpah Seorang Gadis Kecil
35 Bab. 35 Tidur Seranjang
36 Bab. 36 Jianayu
37 Bab. 37 Tuan Muda
38 Bab. 38 Mansion
39 Bab. 39 Insting
40 Bab. 40 Pilihan Yang Sulit
41 Bab. 41 Masih Perja-ka
42 Bab. 42 Tak Sempat Memiliki
43 Bab. 43 Malu
44 Bab. 44 Photo Booth
45 Bab. 45 Pelukan
46 Bab. 46 Mas Damkar
47 Bab. 47 Nitip Hati
48 Bab. 48 Kata Maaf
49 Bab. 49 Pakaian Dinas
50 Bab. 50 You Are The Best Partner
51 Bab. 51 Stelan Pabrik
52 Bab. 52 Dekapan
53 Bab. 53 Pagutan Bi-bir
54 Bab. 54 Miliki Aku Seutuhnya
55 Bab. 55 Menyatu
56 Bab. 56 Candu
57 Bab. 57 Eskul Dua Puluh Satu Plus
58 Bab. 58 Siasat
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Bab. 1 Mendadak Nikah
2
Bab. 2 Geng Srikandi VS Geng Kunti
3
Bab. 3 Pindah Ke Apartemen
4
Bab. 4 Bie ....
5
Bab. 5 Kening Yang Terno-da
6
Bab. 6 Posesif
7
Bab. 7 Sudah Ada Yang Punya
8
Bab. 8 Geng Brawijaya
9
Bab. 9 Biasa Terluka
10
Bab. 10 Arjuna VS Ryuga
11
Bab. 11 Sudah Menikah
12
Bab. 12 Ketahuan
13
Bab. 13 Istri Bar-Bar
14
Bab. 14 Masih Sangsi
15
Bab. 15 Suami Idaman
16
Bab. 16 Bukit Bintang
17
Bab. 17 Dua Remaja
18
Bab. 18 Doi
19
Bab. 19 Rival
20
Bab. 20 Seburuk Itu?
21
Bab. 21 Bukti
22
Bab. 22 Tuduhan
23
Bab. 23 Everlasting Love
24
Bab. 24 Malu
25
Bab. 25 Jerat Dosa
26
Bab. 26 Seberapa Pantas
27
Bab. 27 Sempurna
28
Bab. 28 Hanya Berteman
29
Bab. 29 Cemburu?
30
Bab. 30 Love Language
31
Bab. 31 Rahasia Yang Terungkap
32
Bab. 32 Menjaga Syah-Wat
33
Bab. 33 Zizi
34
Bab. 34 Sumpah Seorang Gadis Kecil
35
Bab. 35 Tidur Seranjang
36
Bab. 36 Jianayu
37
Bab. 37 Tuan Muda
38
Bab. 38 Mansion
39
Bab. 39 Insting
40
Bab. 40 Pilihan Yang Sulit
41
Bab. 41 Masih Perja-ka
42
Bab. 42 Tak Sempat Memiliki
43
Bab. 43 Malu
44
Bab. 44 Photo Booth
45
Bab. 45 Pelukan
46
Bab. 46 Mas Damkar
47
Bab. 47 Nitip Hati
48
Bab. 48 Kata Maaf
49
Bab. 49 Pakaian Dinas
50
Bab. 50 You Are The Best Partner
51
Bab. 51 Stelan Pabrik
52
Bab. 52 Dekapan
53
Bab. 53 Pagutan Bi-bir
54
Bab. 54 Miliki Aku Seutuhnya
55
Bab. 55 Menyatu
56
Bab. 56 Candu
57
Bab. 57 Eskul Dua Puluh Satu Plus
58
Bab. 58 Siasat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!