Chapter 4 : Dalam Mimpi Buruk

"Ini ... sudah sangat aneh!" Calista gemetaran melihat luka yang muncul begitu saja tanpa penyebab apapun. Padahal jelas-jelas terlihat seperti sebuah bekas goresan, tidak mungkin luka seperti itu muncul begitu saja tanpa penyebab.

Calista akhirnya sampai di depan kamar Elvara, butuh semalaman agar dia sampai disana sehingga dia tidak mau menyia-nyiakannya dan langsung mengetuk kamar 2013 itu. Sambil melihat matahari sudah bersinar terang dari jendela besar yang ada di depan kamar Elvara, "Apa aku sedang berhalusinasi?" Calista mengingat segala makanan dan minuman yang dikonsumsinya kemarin, "Atau aku sudah gila ...." Calista memegangi kepalanya sambil masih mengetuk pintu kamar Elvara. Tanpa sadar kulit tangannya terkelupas karena sudah terlalu sering mengetuk dengan keras.

"Apakah ini yang dimaksud orang aneh itu? Dan aku mulai berpikir kalau akulah orang aneh disini ... Tapi ini bukan seperti kos-kosan berhantu yang kubayangkan, bukan seperti film yang pernah kulihat. Ini berbeda ...." Calista mulai duduk dengan seluruh tulangnya terasa bergetar ketakutan, "Ini benar-benar tidak lucu sama sekali!"

Calista cukup lama berdiam disana dengan tangan masih terus mengetuk pintu kamar Elvara walau sudah tidak ada tenaga lagi. Calista juga tidak menyadari dengan luka lain di tangannya akibat mengetuk pintu yang berulang kali itu.

"Hentikan manusia di depan kamarku!"

"Sudah kukatakan itu kamarku!"

"Itu kamarku!"

"Kamarku!"

Beberapa makhluk datang mengeluh pada Nayla yang tidur hanya dengan satu mata.

Nayla datang melihat Calista yang masih berada di depan pintu Elvara dengan pakaian sama dengan kemarin, "Akhirnya dia mulai melunasi hutang ...." Nayla tidak berbicara pada Calista tapi hanya berbicara sendiri.

Calista yang sudah kehilangan banyak tenaga dan mental yang sedang tidak baik-baik saja berusaha untuk berdiri dan menyatakan segala pernyataan dan pertanyaan pada Nayla bahwa dirinya tidaklah gila.

"Tunggu, apa tadi yang kau bilang?" Calista yang sudah mempersiapkan kalimat sanggahannya tapi kemudian dia kembali fokus dengan perkataan Nayla yang tadinya tidak didengarkan dengan baik.

"Kau tidak gila." Nayla seperti sudah tahu apa yang sedang ada dalam kepala Calista saat ini. Tapi jawabannya sangat tidak membantu Calista.

"Apa maksudnya?" Calista masih mencoba mengendalikan dirinya untuk fokus. Baginya saat ini dunia begitu cepat berlari padahal dirinya berjalan pun susah. Seakan dunia sedang meninggalkannya sendirian. Situasi saat itu susah untuk dipahami Calista yang sedang terguncang secara emosional.

Nayla membuka pintu kamar Elvara dengan kunci cadangannya, "Tidak ada orang di dalam!" Calista melihat tempat tidur dan kamar yang sudah di dekorasi dengan indah dan serba baru itu tapi ditinggal tanpa pernah digunakan, "Apa dia pindah?"

"Pindah apa? Aku sudah bilang kalau bertanya gunakan kata yang spesifik." Nayla dengan nada tinggi menyadarkan Calista yang masih dalam keadaan setengah sadar.

"Baiklah ... Tapi kenapa harus dengan berteriak?" Calista heran kenapa Nayla harus mengatakannya dengan cara seperti itu. Seakan dia sedang melakukan kesalahan besar.

"Cepat keluar!" Nayla memperingatkan akan mengunci pintu kamar Elvara seperri dia sedang buru-buru karena dikejar sesuatu.

"Tidak mungkin pindah, semua barangnya masih ada disini ...." Calista dengan wajah melongo.

"Sebenarnya apa yang terjadi disini? Kos-kosan apa ini?" Calista berteriak saat Nayla hendak meninggalkannya.

"Kau akan tahu kalau sudah waktunya." Nayla menjawab sambil memunggungi Calista.

"APA MAKSUDNYA?!!!" Calista merasa frustasi dengan apa yang sedang terjadi, "Semuanya tidak masuk akal ... Harusnya aku mendengarkan perkataan orang aneh itu, seharusnya aku tidak kesini." Calista buru-buru ke kamarnya bahkan mendahului Nayla yang berjalan seperti robot, "Aku akan pergi dari sini!" Calista mulai berpikir jernih dan menemukan solusi yakni pergi dari kos-kosan itu, "Seseorang baru saja menghilang dari kos tapi dia seperti berakting semuanya baik-baik saja ...." Calista tidak bisa menerima hal itu, menjadikan kos-kosan aneh dan penjaga tanpa ketidakpedulian seperti itu disebut sebagai rumah yang aman.

Calista yang tidak sempat makan siang kemarin, membeli makanan untuk makan saat pulang ke kos tapi kenyataannya dia bahkan tidak bisa sampai di kamarnya dan bermalam diluar. Dengan segala sisa tenaga yang dimilikinya, Calista mempercepat langkah kakinya untuk menuruni tangga, "Aku pergi!" Calista menyerahkan kunci kamarnya, "Selamat tinggal."

Nayla hanya berdiri mematung tanpa ekspresi layaknya manekin di toko baju. Kunci kamar Calista menghilang tepat dimana dia menaruhnya.

Calista berjalan cepat menuju kantor polisi meski sudah dengan penglihatan yang kabur dan kepalanya begitu pusing karena lapar. Tujuan utamanya adalah melaporkan kos-kosan aneh itu dan hilangnya Elvara, "Setelah ini aku harus mencari kos baru."

Calista begitu bahagia setelah melihat kantor polisi, dia segera berlari seperti seseorang yang tidak pernah minum melihat sungai di tengah gurun. Begitulah arti kantor polisi bagi Calista, satu-satunya bantuan meski dari orang-orang asing dimanapun dia berada.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Petugas Polisi melihat kedatangan Calista.

"Saya ingin melaporkan orang hilang, namanya ...." Calista tiba-tiba lupa nama Elvara, "Tidak mungkin aku lupa, aku menyebut namanya berulang kali saat jalan kesini ...." Calista memukul kepalanya.

"Anda baik-baik saja?" Petugas Polisi Wanita itu membantu Calista untuk duduk dan diberi air putih untuk menenangkan diri.

Bagaimanapun Calista berpikir, dia tidak bisa mengingat nama Elvara, "Baiklah, aku laporkan kos-kosan itu saja dulu sambil mengingat namanya ...."

"Kos putih yang ada di dekat Kampus J adalah kos aneh, disana sepertinya memiliki sesuatu yang aneh. Kos itu berhantu!" Calista tidak tahu bagaimana menjelaskan tanpa harus dikira gila, "Dan penjaga kos disana ...." Calista juga melupakan nama Nayla, "Penjaga kos disana juga aneh, seakan dia punya banyak kepribadian tapi kadang dia juga hanya seperti boneka tanpa jiwa sama sekali." Calista menyelesaikan kalimatnya berharap Polisi itu tidak menelepon Psikiater untuknya.

"Jadi, ada yang bisa saya bantu?" tanya Petugas Polisi itu seakan tidak mendengar penjelasan panjang Calista barusan.

"Hah?" Calista akhirnya menyadari ada lagi keanehan lainnya, "Penjaga kos disana bahkan tidak terganggu ketika ada yang menghilang tanpa kabar di kos ...." Calista masih mencoba.

"Maaf, ada yang bisa saya bantu?" Dari sudut pandang Petugas Polisi itu, Calista hanya terus diam melamun.

"Sepertinya aku tidak bisa mengatakan apapun tentang kos itu ...." Calista akhirnya pingsan sambil memegang air yang belum sempat di minumnya.

Petugas Polisi disana panik mencoba memanggil ambulance sementara membawa Calista berbaring diatas kursi panjang. Ambulance datang tapi Calista sudah tidak ada disana, "Tadi dia ada disini!" Petugas Polisi itu kebingungan.

Calista membuka matanya dan dia sudah ada di dalam kamar kosnya lagi. Dengan jantung yang berdegup kencang, Calista bangun langsung terjatuh dari tempat tidur dan berlari menuju pintu kamar untuk keluar tapi dia ingat dia tidak punya kunci.

"Tolong! Tolong! Tolong!" Calista menggedor-gedor pintu dari dalam. Lampu kamarnya juga tidak bisa dinyalakan. Calista seperti berada di dalam mimpi buruknya.

...-BERSAMBUNG-...

Terpopuler

Comments

❤️⃟Wᵃf Nesia

❤️⃟Wᵃf Nesia

loh loh

2025-08-22

2

❤️⃟Wᵃf SENJA ℘ℯ𝓃𝓪

❤️⃟Wᵃf SENJA ℘ℯ𝓃𝓪

wah kok bisa gitu 😳

2025-08-22

2

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Awal yang Merupakan Akhir
2 Chapter 2 : Selamat Datang
3 Chapter 3 : Lorong Tak Berujung
4 Chapter 4 : Dalam Mimpi Buruk
5 Chapter 5 : Pahlawan yang Diharapkan
6 Chapter 6 : Teman Sekamar
7 Chapter 7 : Langkah Berani
8 Chapter 8 : Penjara yang Aman
9 Chapter 9 : Seperti Senja Terakhir
10 Chapter 10 : Pengejar Matahari
11 Chapter 11 : Calista yang Beruntung
12 Chapter 12 : Hantu Tetaplah Hantu
13 Chapter 13 : Musuh Jadi Teman?
14 Chapter 14 : Kuliah Tamu
15 Chapter 15 : Si Petualang
16 Chapter 16 : Apa yang Tidak Membunuhmu akan Membuatmu Kuat
17 Chapter 17 : Piala Shavira
18 Chapter 18 : Shavira adalah Hantu! (ps: yang nulis judul beliau)
19 Chapter 19 : Bahagia adalah Kunci Utama
20 Chapter 20 : Mencari Kamar Rahasia
21 Chapter 21 : Satu Kaki
22 Chapter 22 : Memorial
23 Chapter 23 : Menara Merana
24 Chapter 24 : Akhirnya di Dunia yang Sama
25 Chapter 25 : Trust Issue
26 Chapter 26 : Perisai Manusia
27 Chapter 27 : Mengenali Pola
28 Chapter 28 : Makhluk Dengan Jari Kaki Lonceng Kepala Manusia
29 Chapter 29 : Saling Membantu
30 Chapter 30 : Dari Jari Kaki Lonceng Menjadi Gua
31 Chapter 31 : Dukun Calista (ps : Shavira ketawa)
32 Chapter 32 : Jiwa Yang Hilang
33 Chapter 33 : Jalan Buntu
34 Chapter 34 : Suara Yang Menjadi Ramah Ditelinga
35 Chapter 35 : Keluar Dari Penjara dan Berhutang
36 Chapter 36 : Pemicu Perang
37 Chapter 37 : Anggota Baru
38 Chapter 38 : Tidak Cocok
39 Chapter 39 : Damai
40 Chapter 40 : Malam yang Tidak Membosankan
41 Chapter 41 : Malam Mendebarkan
42 Chapter 42 : Zivana vs Hantu Merah
43 Chapter 43 : Jangan Bermain-main dengan Hantu
44 Chapter 44 : Resiko Sebelum dan Setelah Bebas
45 Chapter 45 : Alumni 206
46 Chapter 46 : Aku Benci Hantu -Calista
47 Chapter 47 : Darah Pahit
48 Chapter 48 : Bertamu
49 Chapter 49 : Hantu yang Siap Bekerja
50 Chapter 50 : Lelucon Takdir
51 Chapter 51 : Menerima Takdir
52 Chapter 52 : Harapan Seperti Racun
53 Chapter 53 : Selamat Datang Kembali
54 Chapter 54 : Permintaan
55 Chapter 55 : Rencana Calista
56 Chapter 56 : Superhero di Dunia Hantu
57 Chapter 57 : Pilihan Sulit
58 Chapter 58 : Jawaban dari Pertanyaan
59 Chapter 59 : Ucapan Terakhir
60 Chapter 60 : Jalan, Seribu Jalan
61 Chapter 61 : Cari aku!
62 Chapter 62 : Makanan yang Tidak Bisa Dimakan
63 Chapter 63 : Rapat Perdana
64 Chapter 64 : Kotak Pandora Terbuka
65 Chapter 65 : Agenda Baru
66 Chapter 66 : Hantu 201
67 Chapter 67 : Jalan-Jalan yang Tidak Biasa
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Chapter 1 : Awal yang Merupakan Akhir
2
Chapter 2 : Selamat Datang
3
Chapter 3 : Lorong Tak Berujung
4
Chapter 4 : Dalam Mimpi Buruk
5
Chapter 5 : Pahlawan yang Diharapkan
6
Chapter 6 : Teman Sekamar
7
Chapter 7 : Langkah Berani
8
Chapter 8 : Penjara yang Aman
9
Chapter 9 : Seperti Senja Terakhir
10
Chapter 10 : Pengejar Matahari
11
Chapter 11 : Calista yang Beruntung
12
Chapter 12 : Hantu Tetaplah Hantu
13
Chapter 13 : Musuh Jadi Teman?
14
Chapter 14 : Kuliah Tamu
15
Chapter 15 : Si Petualang
16
Chapter 16 : Apa yang Tidak Membunuhmu akan Membuatmu Kuat
17
Chapter 17 : Piala Shavira
18
Chapter 18 : Shavira adalah Hantu! (ps: yang nulis judul beliau)
19
Chapter 19 : Bahagia adalah Kunci Utama
20
Chapter 20 : Mencari Kamar Rahasia
21
Chapter 21 : Satu Kaki
22
Chapter 22 : Memorial
23
Chapter 23 : Menara Merana
24
Chapter 24 : Akhirnya di Dunia yang Sama
25
Chapter 25 : Trust Issue
26
Chapter 26 : Perisai Manusia
27
Chapter 27 : Mengenali Pola
28
Chapter 28 : Makhluk Dengan Jari Kaki Lonceng Kepala Manusia
29
Chapter 29 : Saling Membantu
30
Chapter 30 : Dari Jari Kaki Lonceng Menjadi Gua
31
Chapter 31 : Dukun Calista (ps : Shavira ketawa)
32
Chapter 32 : Jiwa Yang Hilang
33
Chapter 33 : Jalan Buntu
34
Chapter 34 : Suara Yang Menjadi Ramah Ditelinga
35
Chapter 35 : Keluar Dari Penjara dan Berhutang
36
Chapter 36 : Pemicu Perang
37
Chapter 37 : Anggota Baru
38
Chapter 38 : Tidak Cocok
39
Chapter 39 : Damai
40
Chapter 40 : Malam yang Tidak Membosankan
41
Chapter 41 : Malam Mendebarkan
42
Chapter 42 : Zivana vs Hantu Merah
43
Chapter 43 : Jangan Bermain-main dengan Hantu
44
Chapter 44 : Resiko Sebelum dan Setelah Bebas
45
Chapter 45 : Alumni 206
46
Chapter 46 : Aku Benci Hantu -Calista
47
Chapter 47 : Darah Pahit
48
Chapter 48 : Bertamu
49
Chapter 49 : Hantu yang Siap Bekerja
50
Chapter 50 : Lelucon Takdir
51
Chapter 51 : Menerima Takdir
52
Chapter 52 : Harapan Seperti Racun
53
Chapter 53 : Selamat Datang Kembali
54
Chapter 54 : Permintaan
55
Chapter 55 : Rencana Calista
56
Chapter 56 : Superhero di Dunia Hantu
57
Chapter 57 : Pilihan Sulit
58
Chapter 58 : Jawaban dari Pertanyaan
59
Chapter 59 : Ucapan Terakhir
60
Chapter 60 : Jalan, Seribu Jalan
61
Chapter 61 : Cari aku!
62
Chapter 62 : Makanan yang Tidak Bisa Dimakan
63
Chapter 63 : Rapat Perdana
64
Chapter 64 : Kotak Pandora Terbuka
65
Chapter 65 : Agenda Baru
66
Chapter 66 : Hantu 201
67
Chapter 67 : Jalan-Jalan yang Tidak Biasa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!