Chapter 2 : Selamat Datang

Calista berjalan tak tentu arah, hanya mengikuti langkah kakinya dibanding apa yang dikatakan hatinya. Seakan tubuhnya bergerak sendiri untuk melarikan diri, "Bagaimana kalau sekarang kos-kosan itu sudah penuh?" sambil menendang udara tapi hampir saja dia jatuh karena travel bag yang diselempangkan di bahu membuatnya kesulitan untuk menyeimbangkan diri. Calista menyadari bahwa pikirannya ingin pergi jauh dari kos-kosan itu dan ia tahu kalau selama ini pikirannya sudah menyelamatkannya berkali-kali. Tapi hatinya ingin segera kembali kesana, bagaimanapun dia tidak memiliki banyak uang dan itu membuat pilihannya begitu terbatas. Namun selama ini Calista tahu jika lebih memilih mendengarkan hatinya maka ia harus bersiap untuk terluka.

Setelah mengelilingi banyak kos-kosan, Calista menyadari betapa realistis biayanya. Tidak seperti kos-kosan 100 ribu itu, "Kalau dengan biaya semahal ini, aku tidak akan mampu membeli buku tapi makan pun akan kesulitan. Tunggu, sejak kapan aku begitu emosional begini? Kenapa aku begitu percaya pada rasa takutku dibanding fakta yang jelas bahwa kos-kosan itu satu-satunya harapanku." Calista menghentikan diskusi dengan dirinya sendiri setelah mendengar handphone nya berbunyi.

Setelah menutup panggilan itu, Calista berbalik dan mulai berlari dengan sekuat tenaga menuju kos-kosan 100 ribu itu, "Berhantu? Biar saja! Coba saja lawan aku, tidak ada yang bisa mengalahkan seseorang yang sudah putus asa." Calista tidak peduli lagi, setelah mendapat panggilan dari orangtuanya di desa jika tidak akan bisa mengirim uang bulan depan, semuanya merubah pandangan Calista tentang kos-kosan itu. Bukan sebagai tempat berhantu lagi tapi sebagai satu-satunya pilihan.

Bersamaan saat Calista berlari, sedang ada barisan tentara baru juga yang sedang latihan berlari. Tapi Calista berlari lebih cepat dari mereka membuat semua tentara baru itu kaget dan merasa termotivasi untuk berlari lebih cepat. Tapi Calista yang bahkan membawa tas besar dan berat masih jauh lebih cepat.

Malam telah tiba, kos-kosan murah itu masih terlihat indah untuk dikatakan berhantu. Calista panik ketika melihat ada orang lain yang sedang menyerahkan uang pada Nayla.

"Aku datang lebih dulu, aku datang daritadi sebelum dia!" Calista takut jika sudah kehabisan kamar, sambil memohon dengan keringat yang bercucuran di wajahnya seakan habis kehujanan. Bahkan dia sudah lupa ketakutan saat berlari tadi, bagaimana dia bisa memberanikan diri masuk setelah insiden sesak napas yang dialaminya. Tapi karena pesaing yang terlihat, Calista melupakan semua perdebatan di dalam kepalanya.

"Apa-apaan?! Jelas-jelas aku disini lebih dulu! Kau sudah gila ya?" kata laki-laki itu terlihat begitu marah dengan perkataan Calista yang tiba-tiba.

"Aku datang dari tadi siang, hanya saja keluar dulu sebentar ...." saat Calista mencari alasan Nayla menyela mereka berdua untuk melanjutkan perdebatan sia-sia mereka itu.

"Hei, tenang saja. Masih banyak kamar yang kosong! Dan kamar laki-laki dan perempuan ada di bagian yang berbeda. Laki-laki di sebelah kiri dan perempuan di sebelah kanan." Nayla bangun menjelaskan dengan tegas.

"Ah, masih banyak yang kosong ...." Calista dan laki-laki itu merasa malu sendiri. Terlebih lagi tempat laki-laki dan perempuan yang berbeda, membuat mereka lebih malu lagi karena ternyata telah memperdebatkan hal yang tidak perlu.

"Hai Calista, kau berubah pikiran?" sapa Nayla.

Alvarino Dhipta menghentikan langkahnya setelah mengambil kunci kamarnya karena mendengar dan melihat Nayla dengan ekspresi yang berbeda, "Dia menjadi seperti orang lain ...." Alvarino mengira dia sedang diperlakukan berbeda karena dirinya laki-laki.

Calista kembali mematung, "Sepertinya aku tidak ingat kalau aku pernah menyebutkan nama, atau aku sudah memperkenalkan diri ya?!" tapi Calista mengurungkan pikiran buruknya dan segala macam investigasi yang sedang dilakukan oleh otaknya sekarang.

"Kukira sudah penuh ...." Calista sekedar berbasa-basi sambil membaca setiap detail surat perjanjian itu. Tapi tetap saja, Calista tidak bisa menyembunyikan bagaimana tidak wajarnya surat itu. Bahkan menurut Calista, lebih baik jika sebenarnya kos-kosan itu dilaporkan saja ke polisi.

"Kos-kosan ini tidak akan pernah penuh. Tapi akan selalu ramai." Nayla dengan wajah datar.

Calista mencoba memberanikan diri menyebutkan soal rumor tentang kos itu, "Apa karena disini berhantu?" sambil tertawa kecil.

"Kau mendengarnya darimana? Kalandra?" kata Nayla kini sambil tersenyum.

"Kalandra?" Calista mencoba mengingat nama itu, "Aku seperti pernah mendengar nama itu ... Ah, orang aneh tadi ...."

"Kau bertemu dengannya? Bagaimana dia terlihat sekarang?" Nayla terlihat benar-benar penasaran soal itu.

"Jadi, kalian berdua saling kenal?" Calista merasa sangat lega, "Berarti bisa saja orang aneh itu hanya mengada-ada karena bertengkar dengan kakak ini. Mencoba menghancurkan bisnis orang lain karena sebuah urusan pribadi dan menyebut tempat ini berhantu adalah sebuah tindakan yang sangat kekanak-kanakan." tapi Calista kembali menatap surat perjanjian sewa kamar itu dan menurutnya semuanya sangat konyol, "Apa ini semacam prank? Atau hanya karena aku saja yang belum terbiasa hidup di kerasnya kota?"

"Kenal? Ya. Bisa dibilang begitu." kata Nayla kembali dengan wajah datar.

"Dia ... Em, sehat. Maksudku baik-baik saja." Calista mencoba menjawab pertanyaan Nayla yang sebelumnya walau tidak tahu jika itu adalah jawaban yang diinginkan Nayla atau bukan.

Elvara datang dengan banyak tas belanjaan sambil menyapa Nayla dan Calista, "Hai, Kak Nayla dan Hai Teman ... Eh tetangga baru! Salam kenal, aku Elvara di kamar 2013. Aku baru saja membeli seprai baru dan selimut baru, pokoknya segala hal baru untuk kamar baruku yang cantik hahahaha." Elvara sambil berputar-putar layaknya boneka barbie diatas music box yang terlihat begitu bahagia.

Calista dan Nayla hanya terdiam dengan kemunculan tiba-tiba Elvara yang seperti tuan puteri tanpa ada beban sama sekali.

"Hai, akk ...." Calista hendak memperkenalkan diri juga tapi ditahan oleh tangan Nayla yang begitu dingin seperti es batu.

"Lebih baik kau tidak mengenalnya."

"Kak Nayla baik-baik saja?" Calista merasa khawatir. Sementara Elvara sudah naik ke lantai dua seperti memiliki sayap dikakinya karena langkah kakinya begitu ringan melompat-lompat.

Nayla menunjuk AC untuk menjawab pertanyaan Calista, seakan sudah tahu apa yang dipikirkan Calista.

"Aku punya ini!" Calista menyerahkan sepasang kaos tangan rajut buatannya sendiri setelah mencari di dalam tasnya, "Ini tidak aku beli, jadi Kak Nayla tidak perlu sungkan." Calista biasanya tidak menunjukkan kebaikan seperti itu terlebih lagi pada orang yang baru saja dikenalnya.

"Kau punya koin seribu?" tanya Nayla.

"Sepertinya ada ...." Calista yang sudah menerima kunci kamar mengurungkan niatnya untuk berpamitan dan kembali memeriksa dompetnya, "Ini!"

"Ketuk kamarmu terlebih dahulu sebelum kau masuk." Nayla mengambil koin itu tanpa menjelaskan apapun.

"Apa-apaan? Dia mengambil koinku begitu saja?" Calista mengabaikannya saja kerena tidak mau menjadi orang pelit aneh hanya untuk uang seribu, tapi bagi Calista seribu begitu berharga kini. Terutama setelah resmi menjadi mahasiswa yang jauh dari orangtua dan menjadi anak kos-kosan. Seakan dunianya langsung dijungkir-balikkan didepan matanya sendiri tanpa persiapan mental terlebih dahulu.

Saat menaiki tangga, Calista melihat kesegala arah karena gelisah tapi lebih dari itu dia tidak merasa takut sama sekali. Nuansa kos itu terlalu mewah untuk dirinya merasa takut, "Hantu? Menurutku lebih cocok peri yang tinggal disini." Calista memegang pegangan tangga dan mendengar decitan khas sebuah benda yang sangat bersih.

Perasaan Calista menjadi lebih tenang tapi saat memutar kunci kamar, dia teringat perkataan Nayla untuk mengetuk pintu terlebih dahulu. Dia mengira itu konyol tapi Calista juga berasal dari desa yang penuh dengan banyak budaya dan mitos jadi hal seperti itu tidak terlalu aneh baginya, "Mungkin ini hanya seperti ritual kebiasaan aneh di daerah ini, kukira di kota tidak akan ada yang percaya hal seperti ini ...." meski dengan segala macam keluhan tapi Calista tetap melakukannya. Dia mengetuk pintu sambil menertawakan dirinya sendiri.

"Selamat Datang!" sebuah kumpulan dari banyak suara yang tidak didengar menyambut kedatangan Calista.

...-BERSAMBUNG-...

Terpopuler

Comments

Hasan Kumasi Junior

Hasan Kumasi Junior

Thor.....Fantasimu tinggi buanget ya..?! tapi asyiiiik... jalan trussss semangat Thor..!! jarang-jarang nih orang yang ber imaginasi macam begini...💪👍👍👍👍

2025-09-25

2

◌ᷟ⑅⃝ͩ●Mita⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ❤️⃟Wᵃf℘ℯ𝓃𝓪

◌ᷟ⑅⃝ͩ●Mita⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ❤️⃟Wᵃf℘ℯ𝓃𝓪

makin menarik kakak

2025-09-22

2

Arin

Arin

lajut terus kak

2025-08-23

2

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Awal yang Merupakan Akhir
2 Chapter 2 : Selamat Datang
3 Chapter 3 : Lorong Tak Berujung
4 Chapter 4 : Dalam Mimpi Buruk
5 Chapter 5 : Pahlawan yang Diharapkan
6 Chapter 6 : Teman Sekamar
7 Chapter 7 : Langkah Berani
8 Chapter 8 : Penjara yang Aman
9 Chapter 9 : Seperti Senja Terakhir
10 Chapter 10 : Pengejar Matahari
11 Chapter 11 : Calista yang Beruntung
12 Chapter 12 : Hantu Tetaplah Hantu
13 Chapter 13 : Musuh Jadi Teman?
14 Chapter 14 : Kuliah Tamu
15 Chapter 15 : Si Petualang
16 Chapter 16 : Apa yang Tidak Membunuhmu akan Membuatmu Kuat
17 Chapter 17 : Piala Shavira
18 Chapter 18 : Shavira adalah Hantu! (ps: yang nulis judul beliau)
19 Chapter 19 : Bahagia adalah Kunci Utama
20 Chapter 20 : Mencari Kamar Rahasia
21 Chapter 21 : Satu Kaki
22 Chapter 22 : Memorial
23 Chapter 23 : Menara Merana
24 Chapter 24 : Akhirnya di Dunia yang Sama
25 Chapter 25 : Trust Issue
26 Chapter 26 : Perisai Manusia
27 Chapter 27 : Mengenali Pola
28 Chapter 28 : Makhluk Dengan Jari Kaki Lonceng Kepala Manusia
29 Chapter 29 : Saling Membantu
30 Chapter 30 : Dari Jari Kaki Lonceng Menjadi Gua
31 Chapter 31 : Dukun Calista (ps : Shavira ketawa)
32 Chapter 32 : Jiwa Yang Hilang
33 Chapter 33 : Jalan Buntu
34 Chapter 34 : Suara Yang Menjadi Ramah Ditelinga
35 Chapter 35 : Keluar Dari Penjara dan Berhutang
36 Chapter 36 : Pemicu Perang
37 Chapter 37 : Anggota Baru
38 Chapter 38 : Tidak Cocok
39 Chapter 39 : Damai
40 Chapter 40 : Malam yang Tidak Membosankan
41 Chapter 41 : Malam Mendebarkan
42 Chapter 42 : Zivana vs Hantu Merah
43 Chapter 43 : Jangan Bermain-main dengan Hantu
44 Chapter 44 : Resiko Sebelum dan Setelah Bebas
45 Chapter 45 : Alumni 206
46 Chapter 46 : Aku Benci Hantu -Calista
47 Chapter 47 : Darah Pahit
48 Chapter 48 : Bertamu
49 Chapter 49 : Hantu yang Siap Bekerja
50 Chapter 50 : Lelucon Takdir
51 Chapter 51 : Menerima Takdir
52 Chapter 52 : Harapan Seperti Racun
53 Chapter 53 : Selamat Datang Kembali
54 Chapter 54 : Permintaan
55 Chapter 55 : Rencana Calista
56 Chapter 56 : Superhero di Dunia Hantu
57 Chapter 57 : Pilihan Sulit
58 Chapter 58 : Jawaban dari Pertanyaan
59 Chapter 59 : Ucapan Terakhir
60 Chapter 60 : Jalan, Seribu Jalan
61 Chapter 61 : Cari aku!
62 Chapter 62 : Makanan yang Tidak Bisa Dimakan
63 Chapter 63 : Rapat Perdana
64 Chapter 64 : Kotak Pandora Terbuka
65 Chapter 65 : Agenda Baru
66 Chapter 66 : Hantu 201
67 Chapter 67 : Jalan-Jalan yang Tidak Biasa
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Chapter 1 : Awal yang Merupakan Akhir
2
Chapter 2 : Selamat Datang
3
Chapter 3 : Lorong Tak Berujung
4
Chapter 4 : Dalam Mimpi Buruk
5
Chapter 5 : Pahlawan yang Diharapkan
6
Chapter 6 : Teman Sekamar
7
Chapter 7 : Langkah Berani
8
Chapter 8 : Penjara yang Aman
9
Chapter 9 : Seperti Senja Terakhir
10
Chapter 10 : Pengejar Matahari
11
Chapter 11 : Calista yang Beruntung
12
Chapter 12 : Hantu Tetaplah Hantu
13
Chapter 13 : Musuh Jadi Teman?
14
Chapter 14 : Kuliah Tamu
15
Chapter 15 : Si Petualang
16
Chapter 16 : Apa yang Tidak Membunuhmu akan Membuatmu Kuat
17
Chapter 17 : Piala Shavira
18
Chapter 18 : Shavira adalah Hantu! (ps: yang nulis judul beliau)
19
Chapter 19 : Bahagia adalah Kunci Utama
20
Chapter 20 : Mencari Kamar Rahasia
21
Chapter 21 : Satu Kaki
22
Chapter 22 : Memorial
23
Chapter 23 : Menara Merana
24
Chapter 24 : Akhirnya di Dunia yang Sama
25
Chapter 25 : Trust Issue
26
Chapter 26 : Perisai Manusia
27
Chapter 27 : Mengenali Pola
28
Chapter 28 : Makhluk Dengan Jari Kaki Lonceng Kepala Manusia
29
Chapter 29 : Saling Membantu
30
Chapter 30 : Dari Jari Kaki Lonceng Menjadi Gua
31
Chapter 31 : Dukun Calista (ps : Shavira ketawa)
32
Chapter 32 : Jiwa Yang Hilang
33
Chapter 33 : Jalan Buntu
34
Chapter 34 : Suara Yang Menjadi Ramah Ditelinga
35
Chapter 35 : Keluar Dari Penjara dan Berhutang
36
Chapter 36 : Pemicu Perang
37
Chapter 37 : Anggota Baru
38
Chapter 38 : Tidak Cocok
39
Chapter 39 : Damai
40
Chapter 40 : Malam yang Tidak Membosankan
41
Chapter 41 : Malam Mendebarkan
42
Chapter 42 : Zivana vs Hantu Merah
43
Chapter 43 : Jangan Bermain-main dengan Hantu
44
Chapter 44 : Resiko Sebelum dan Setelah Bebas
45
Chapter 45 : Alumni 206
46
Chapter 46 : Aku Benci Hantu -Calista
47
Chapter 47 : Darah Pahit
48
Chapter 48 : Bertamu
49
Chapter 49 : Hantu yang Siap Bekerja
50
Chapter 50 : Lelucon Takdir
51
Chapter 51 : Menerima Takdir
52
Chapter 52 : Harapan Seperti Racun
53
Chapter 53 : Selamat Datang Kembali
54
Chapter 54 : Permintaan
55
Chapter 55 : Rencana Calista
56
Chapter 56 : Superhero di Dunia Hantu
57
Chapter 57 : Pilihan Sulit
58
Chapter 58 : Jawaban dari Pertanyaan
59
Chapter 59 : Ucapan Terakhir
60
Chapter 60 : Jalan, Seribu Jalan
61
Chapter 61 : Cari aku!
62
Chapter 62 : Makanan yang Tidak Bisa Dimakan
63
Chapter 63 : Rapat Perdana
64
Chapter 64 : Kotak Pandora Terbuka
65
Chapter 65 : Agenda Baru
66
Chapter 66 : Hantu 201
67
Chapter 67 : Jalan-Jalan yang Tidak Biasa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!