BAB 5 | HARUS JAUH-JAUH

Sahira mengambil selimut yang menggantung di nakas, menutupi tubuh mungil bayi perempuannya. Ia meletakkan bayinya di tempat tidur sebelum perlahan memutar knop pintu.

"Selamat malam, Mbak Sahira," sapa asisten Hansel dengan sopan, senyum manis menghiasi wajahnya.

"Ya, ada apa, Tuan?" tanya Sahira. "Syukurlah, yang datang dia, bukan pria dingin itu," batinnya, mengira Zander.

"Panggil Hansel atau Hans saja, Mbak. Saya hanya pelayan di sini, tidak lebih," jelas Hansel.

"Maaf, kalau begitu ada apa kau datang kemari, Ha—Hans?"

"Apakah ada kebutuhan Mbak dan bayi yang kurang?" tanya Hansel penuh perhatian, meski ia tahu itu atas perintah majikannya.

Sahira melirik ke arah bayinya. Semua kebutuhannya tersedia: popok, susu pelancar ASI, baju bayi, selimut, tisu, air mineral, dan lainnya. "Semua sudah lengkap, terima kasih, Hansel," kata Sahira tersenyum, merasa sangat terbantu.

Hansel menghela napas lega. "Saya ke sini hanya untuk memberitahumu. Jika ingin berterima kasih, bicara langsung pada majikan saya," ucapnya.

"Maksudnya ke Tuan Muda?" tanya Sahira ragu, dan Hansel mengangguk.

"Ka—kalau itu, mending kau saja yang katakan. Aku tidak berani," sambung Sahira, mulai gugup.

"Tidak bisa. Saya ada urusan lain, jadi Mbak harus menemui Tuan Muda sendiri," tolak Hansel.

"Apa harus sekarang?" gumam Sahira.

Dalam hati, Hansel tertawa kecil melihat Sahira yang kebingungan. "Apa karena kepolosan ini Tuan Muda tertarik padanya? Apakah tipe wanita Tuan memang seperti dia?" pikirnya.

"Kalau bukan sekarang, kapan lagi, Mbak? Besok Tuan Muda mau ke luar negeri lagi. Sebaiknya sampaikan saja hari ini. Lagipula, Tuan Zander memang ingin Mbak menemuinya," tutur Hansel.

"Eh, dia mau bertemu denganku? Memangnya dia mau apa?" pikir Sahira, khawatir dan penasaran.

"Ta—tapi, bagaimana dengan bayiku? Siapa yang akan menjaganya?" tanya Sahira, mencoba mencari alasan.

"Bawa saja. Tuan Muda tidak masalah dengan bayi Mbak," jawab Hansel, menunjuk bayi Sahira.

Karena desakan itu, Sahira terpaksa pergi menghadap Zander, daripada kehilangan pekerjaannya.

TOK TOK…

"Masuk!" sahut Zander dengan suara berat yang khas. Ia yang sedang membaca buku, langsung berpaling ke arah Sahira yang masuk. Namun, Zander pun kembali menunduk, pura-pura membaca.

"Maaf, Tuan Muda. Mengapa Anda memanggil saya?" tanya Sahira sambil menggendong bayi perempuannya yang mengantuk di depan Zander.

Zander hanya diam, membuat Sahira merasa tidak nyaman. "Tuan..." panggil Sahira pelan.

Zander mengangkat jarinya, lalu menunjuk ke arah tempat tidurnya tanpa melihat Sahira.

Kening Sahira berkerut, tak paham. "Maaf, apa maksudnya, Tuan?" tanyanya bingung. "Apa dia mau aku tidur di sana? Ih, aku mikir apa, sih?!" batin Sahira menggelengkan kepala, ia heran mengapa pikiran itu terlintas.

"Bayinya lapar!" kata Zander, menunjuk lagi.

Sahira makin bingung. Di kamar itu hanya ada satu bayi, dan di tempat tidur tidak ada bayi lain. Jadi, apa yang ditunjuk Zander?

"Pria aneh ini maunya apa?" pikir Sahira, mulai kesal. Tiba-tiba terdengar suara bayi. Sahira menatap bayi perempuannya, tapi ia sudah tidur pulas.

"Di mana asal suara bayi itu?" gumam Sahira.

"Bayinya di sana!" Zander menunjuk ke arah tempat tidurnya lagi. Sahira menghela napas, lalu menatap Zander yang menatapnya juga, meski wajah Zander setengah ditutupi buku. "Dia seperti malu-malu, atau memang tidak suka wajahnya dilihat orang?" itulah isi pikiran Sahira.

"Maaf, Tuan. Tapi di sana cuma ada bantal guling, tidak ada bayi," kata Sahira.

"Coba ke sana!"

Lagi-lagi, Zander hanya berucap dua atau tiga kata. "Apa pria aneh ini memang pelit bicara?" pikir Sahira makin kesal, tapi ia harus sabar demi menjadi ibu susu profesional.

Sahira mengambil tujuh langkah hingga tiba di sisi ranjang Zander. "Oh?" Matanya terpaku pada sosok mungil yang menggeliat di balik bantal guling. Tapi, ada yang aneh.

"Kenapa diam saja?" tanya Zander sambil meletakkan bukunya di meja. Dengan bingung, ia menatap Sahira yang tak melakukan apa-apa.

"Bayi Tuan tidak menangis, melainkan tidur," jawab Sahira, melihat Beby Zee yang pulas di sana. Sahira sedikit mundur ketika Zander meninggalkan kursinya. Matanya menatap Zander yang berjalan mengelilingi ranjang, lalu berhenti di sisi bayi itu.

Oekkk... oekkk...

Sahira terlonjak kaget karena Zander mencubit Beby Zee hingga bayi itu terbangun dan menangis.

"Dia kenapa, sih? Apa dia sengaja agar aku mendapat masalah? Jangan-jangan dia membenciku dan ingin cari ribut denganku malam ini?" pikir Sahira kesal, tak tega melihat Beby Zee dicubit sekeras itu.

"Kasih dia makan!" perintah Zander dengan arogan sebelum duduk di kursinya lagi.

"Hai, kau mau ke mana?" tanya Zander, kaget melihat Sahira hendak membawa bayinya keluar dari kamar.

"Ke kamar, kasih makan mereka, Tuan," jawab Sahira polos.

"Siapa suruh kau keluar? Duduk sana!"

Sahira tercengang.

"Ka-kalau begitu, Tuan yang keluar," pinta Sahira. Mana mungkin ia menyu-sui Beby Zee jika Zander masih ada di kamar itu.

Sayangnya, Zander hanya membuang muka dan diam, melanjutkan bacaannya. Tak peduli permintaan Sahira.

"Oke, tenang Sahira. Demi 2 miliar dan bayimu, kau tidak boleh membuat gunung es ini marah. Kau harus sabar! Semangat!" batin Sahira. Ia terpaksa duduk di tepi ranjang, membelakangi Zander yang diam-diam melirik ke arahnya.

Zander senang bisa menahan Sahira, tetapi ia juga kesal karena Sahira tidak menghadap ke arahnya. "Apa wajah tampanku ini tidak membuatnya terpesona?" pikir Zander heran. Banyak wanita di luar sana yang tergila-gila padanya, tapi Sahira benar-benar berbeda. "Apa dia memang tidak suka pria ganteng dan hot sepertiku?" Zander mulai meragukan dirinya sendiri.

Tiba-tiba, suara desahan yang tak sengaja Sahira keluarkan akibat gigitan Beby Zee, membuat dada Zander tersentak. Sahira segera menutup mulut lalu melirik Zander yang pura-pura melihat ke arah lain.

"Auw... jangan digigit..." desah Sahira lagi. Seketika ia membisu saat Zander mendadak masuk ke kamar mandi. Karena ini kesempatannya, Sahira buru-buru keluar dari kamar Zander, membawa Beby Zee ke kamarnya sendiri.

"Dia aneh! Aku harus jauh-jauh darinya!” batin Sahira.

Episodes
1 BAB 1 | TIDAK SELAMAT
2 BAB 2 | BAYI TABUNG
3 BAB 3 | MENGGODA TUAN RUMAH
4 BAB 4 | DEMI 2 MILIAR
5 BAB 5 | HARUS JAUH-JAUH
6 BAB 6 | SAMPAI TENGAH MALAM
7 BAB 7 | BERBAHAYA
8 BAB 8 | MULAI MANJA
9 BAB 9 | JANDA ANAK SATU
10 BAB 10 | BAUNYA NGGAK ENAK
11 BAB 11 | HANYA UNTUK SAHIRA
12 BAB 12 Rencana Menikah Lagi
13 BAB 13 Masa Lalu Zander
14 BAB 14 Aku Merindukannya!
15 BAB 15 Masih Mencintai
16 BAB 16 Memang Tidak Berguna
17 BAB 17 #Peluang Baru
18 BAB 18 Ini Bukan Salahnya
19 BAB 19 Lupakan Aku
20 BAB 20 Ada Aku Di Sini
21 BAB 21 #Mayat Dalam Koper
22 BAB 22 #Salah Kirim
23 BAB 23 #Jangan Ceraikan Aku
24 BAB 24 #Terbongkar
25 BAB 25 #Terbongkar ll
26 BAB 26 #Harus Jadi Milikku
27 BAB 27 #Aku Duda, Kau Janda
28 BAB 28 #Rumah Lama Sahira
29 BAB 29 #Harus Hamil Anakku
30 BAB 30 #Lamaran Pernikahan
31 BAB 31 #Memohon Kesempatan
32 BAB 32 #Dendam Sahira
33 BAB 33 #Lucu dan Baik
34 BAB 34 #Celem Kaya Gocilla
35 BAB 35 #Kesukaan Zander
36 BAB 36 #Lebih Baik Dari Rames
37 BAB 37 #Calon Istriku
38 BAB 38 #Masih Perawan?
39 BAB 39 #Rencana Pindah Rumah
40 BAB 40 #Pergi Dari Rumah
41 BAB 41 #Sudah Meninggal
42 BAB 42 #Malu-Malu Kucing
43 BAB 43 #Tunggu, Aku Cuma Bercanda!
44 BAB 44 #Kecurigaan Sahira
45 BAB 45 #Gatal-Gatal
46 BAB 46 #Bukan Wanita Lemah
47 BAB 47 #Masuk Jebakan Zander
48 BAB 48 #Denda Seratus Juta
49 BAB 49 #Mama...
50 BAB 50 #Masih Hidup
51 BAB 51 #SAAAHHHHHH!!
52 BAB 52 #TERGILA-GILA
53 BAB 53 TAKUT MALAM PERTAMA
54 BAB 54 Lebih Perkasa Dari Rames
55 BAB 55 Bertemu Ibu Sahira
56 BAB 56 Kejutan Untuk Sahira
57 BAB 57 Tidak Seperti Dulu Lagi
58 BAB 58 Di Kejar Penguntit
59 BAB 59 Sahira vs Mantan Suami
60 BAB 60 Punya Hubungan
61 Bab 61. GARA-GARA AKU
62 BAB 62. MAAFKAN IBU, NAK
63 BAB 63. Mau Apa, Sayangku?
64 BAB 64. Tolong Sayang
Episodes

Updated 64 Episodes

1
BAB 1 | TIDAK SELAMAT
2
BAB 2 | BAYI TABUNG
3
BAB 3 | MENGGODA TUAN RUMAH
4
BAB 4 | DEMI 2 MILIAR
5
BAB 5 | HARUS JAUH-JAUH
6
BAB 6 | SAMPAI TENGAH MALAM
7
BAB 7 | BERBAHAYA
8
BAB 8 | MULAI MANJA
9
BAB 9 | JANDA ANAK SATU
10
BAB 10 | BAUNYA NGGAK ENAK
11
BAB 11 | HANYA UNTUK SAHIRA
12
BAB 12 Rencana Menikah Lagi
13
BAB 13 Masa Lalu Zander
14
BAB 14 Aku Merindukannya!
15
BAB 15 Masih Mencintai
16
BAB 16 Memang Tidak Berguna
17
BAB 17 #Peluang Baru
18
BAB 18 Ini Bukan Salahnya
19
BAB 19 Lupakan Aku
20
BAB 20 Ada Aku Di Sini
21
BAB 21 #Mayat Dalam Koper
22
BAB 22 #Salah Kirim
23
BAB 23 #Jangan Ceraikan Aku
24
BAB 24 #Terbongkar
25
BAB 25 #Terbongkar ll
26
BAB 26 #Harus Jadi Milikku
27
BAB 27 #Aku Duda, Kau Janda
28
BAB 28 #Rumah Lama Sahira
29
BAB 29 #Harus Hamil Anakku
30
BAB 30 #Lamaran Pernikahan
31
BAB 31 #Memohon Kesempatan
32
BAB 32 #Dendam Sahira
33
BAB 33 #Lucu dan Baik
34
BAB 34 #Celem Kaya Gocilla
35
BAB 35 #Kesukaan Zander
36
BAB 36 #Lebih Baik Dari Rames
37
BAB 37 #Calon Istriku
38
BAB 38 #Masih Perawan?
39
BAB 39 #Rencana Pindah Rumah
40
BAB 40 #Pergi Dari Rumah
41
BAB 41 #Sudah Meninggal
42
BAB 42 #Malu-Malu Kucing
43
BAB 43 #Tunggu, Aku Cuma Bercanda!
44
BAB 44 #Kecurigaan Sahira
45
BAB 45 #Gatal-Gatal
46
BAB 46 #Bukan Wanita Lemah
47
BAB 47 #Masuk Jebakan Zander
48
BAB 48 #Denda Seratus Juta
49
BAB 49 #Mama...
50
BAB 50 #Masih Hidup
51
BAB 51 #SAAAHHHHHH!!
52
BAB 52 #TERGILA-GILA
53
BAB 53 TAKUT MALAM PERTAMA
54
BAB 54 Lebih Perkasa Dari Rames
55
BAB 55 Bertemu Ibu Sahira
56
BAB 56 Kejutan Untuk Sahira
57
BAB 57 Tidak Seperti Dulu Lagi
58
BAB 58 Di Kejar Penguntit
59
BAB 59 Sahira vs Mantan Suami
60
BAB 60 Punya Hubungan
61
Bab 61. GARA-GARA AKU
62
BAB 62. MAAFKAN IBU, NAK
63
BAB 63. Mau Apa, Sayangku?
64
BAB 64. Tolong Sayang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!