Mengejar Dirimu

"Jangan berpikir macam-macam kek, cukup untuk fokus dengan kesehatan kakek. Lagi pula perempuan jaman sekarang tidak ada yang seperti nenek."

Dika tersenyum tipis mendengar ucapan sang cucu. " Kalau begitu, kamu saja yang menikah lagi. Kakek ingin melihat kamu punya anak. Kita hanya berdua di dunia ini, apa kamu akan memutuskan garis keturunan Rahandika?" Raden menghela nafas panjang.

"Aku nggak membutuhkan yang namanya wanita dalam hidupku.Jika kakek ingin cucu, aku bisa saja mengusahakan nya. Aku bisa mengangkat anak tanpa harus menikah. Ada satu cara juga aku bisa lakukan, aku cukup menyewa rahim pengganti untuk melahirkan anak keturunan ku nanti." dengan entengnya Raden menjawab keresahan hati sang kakek.

Dika yang mendengar ucapan cucunya itu pun langsung melayangkan ujung tingkatnya ke arah Raden.

"Dasar cucu sial*n!! Otak kamu itu sudah nggak waras, jangan lupa kamu lahir dari perempuan jadi, jangan kamu hina harga diri perempuan serendah itu. Kakek hanya ingin di masa tuamu nanti tidak seperti ku." Dika membalikkan tubuhnya memunggungi Raden.

Rasa sesak di dadanya masih ada jika dia mengingat peristiwa kelam yang merenggut nyawa istri, anak ,juga menantunya di satu waktu. Beruntung Raden selamat karena anak itu sempat di bawa pembantunya untuk kabur.

Musuh keluarga Rahandika memanglah tidak sedikit. Apalagi mengingat persaingan bisnis begitu kejam. Tak segan-segan mereka melenyapkan saingan mereka tanpa hati.

"Kek...bukan maksud Raden membuat kakek sedih. Tapi, luka hati Raden masih belum sembuh kek..Raden dulu begitu percaya dan mencintai Celine begitu dalam, tapi nyatanya...dia tega mengkhianati Raden begitu dalam." Dika terdiam mendengar ucapan sang cucu.

Pengkhianatan Celine begitu membekas di hati Raden.Bahkan rasanya dia tak lagi percaya akan namanya cinta. "Raden, tapi cinta sejati itu ada. Tapi kamu belum menemukan nya saat ini. Jangan jadikan pengalaman buruk mu itu jadi keterpurukan. Fokus dengan tujuan hidupmu, jangan terlalu mengejar kekuasaan seperti kakek yang dulu. Karena sikap kakek dulu, banyak musuh yang mengincar keselamatan kalian. Bahkan penyesalan itu akan kakek bawa sampai kakek mati."

"Kek, semuanya sudah lama terjadi. Tapi kenapa kakek masih merasakan penyesalan? Jerih payah kakek pun tak mengkhianati hasil. Semua yang kita punya itu adalah usaha kakek dari dulu." Pandangan Dika bertemu dengan tatapan mata Raden.

"Benar, makanya kakek tidak ingin kamu mengikuti langkah ku. Kakek ingin kamu punya kehidupan yang lebih bahagia dengan keluarga kecilmu."

Raden menatap dalam mata sang kakek. Rasanya seperti melihat luka yang begitu dalam yang selama ini susah payah Dika sembunyikan dari banyak orang.

Dika melangkah perlahan dan berhenti di samping sang cucu.

"Pikirkan kata-kata kakek, kamu butuh seseorang yang patut kamu jadikan belahan jiwa kamu. Bukan sekedar untuk kepuasan batin kamu saja tapi, kamu perlu wanita untuk mengontrol jiwa iblis kamu." Dika menepuk bahu sang cucu dan kemudian melangkah keluar dari ruang kerja itu.

Raden terdiam sesaat dan kemudian dia menyusul sang kakek untuk keluar dari ruangan kerja itu. Pandangannya menyapu sekeliling ruangan. Dia melangkah ke lantai atas untuk memastikan sesuatu. Dia mengelilingi lantai dua dan tak menemukan apa yang dia cari.

"Sial..!!" Raden hanya bisa mengumpat dirinya sendiri saat apa yang dia cari sudah menghilang tanpa jejak.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Beberapa hari berikutnya, Elin bekerja seperti biasa. Dia tetap menjadi cleaning service di hotel tempat dia bekerja.

Peristiwa kelam malam itu dia simpan rapat-rapat dari siapa pun. Walaupun Sari sahabatnya pun tidak mengetahui peristiwa kelam itu.

"Elin !!" seseorang memanggil namanya membuat Elin menoleh ke sumber suara.

Ternyata yang memanggil namanya itu Sari. Terlihat Sari berjalan mendekati Elin yang baru saja selesai dengan pekerjaan nya.

"Haiii.. Sar.." Elin melambaikan tangan pada sahabatnya.

"Sudah selesai kan, kita istirahat." Elin terlihat mengangguk.

"Aku beresin ini dulu, sebentar." Elin segera membereskan peralatan kerjanya di bantu Sari agar cepat selesai.

Beberapa waktu kemudian, mereka berdua pun melangkah beriringan sembari bercerita dan bercanda sampai tak memperhatikan orang-orang yang ada di sekitar. Namun mata Elin melihat seseorang yang telah menghancurkan masa depannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Beberapa jam sebelumnya..

Raden dan asistennya Barra sedang berada di kantor Rahandika Group.

Mereka terlihat baru selesai meeting. "Den, ada informasi tentang kejadian malam itu." Raden yang sedang sibuk dengan ponselnya langsung mengalihkan perhatian nya ke arah asisten nya itu.

" Bacakan!" Raden meminta Bara membacakan informasi yang dia dapat.

" Namanya Elina Armita, dia bekerja di Menara Hotel sebagai cleaning service. Dia sudah bekerja disana kurang lebih empat tahun. Dia seorang yatim yang merantau ke Jakarta atas ajakan sahabatnya, namanya Sari."

"Kita ke Menara Hotel, sekarang!!" Raden beranjak dari tempat duduknya dan siap untuk menuju Menara Hotel tempat Elin bekerja.

"Hah..sekarang, kamu yakin..kalau kamu ke sana bisa jadi...

"Aku nggak peduli, sekarang aku putuskan untuk menemui perempuan itu." Bara hanya bisa pasrah dengan keputusan sahabatnya plus bos nya itu.

Mereka pun langsung menuju Menara Hotel untuk menemui Elin.

Tak butuh waktu lama, mereka sampai di Menara Hotel dan Bara langsung mencari informasi tentang Elin. Salah satu cleaning service pun mengatakan jika Elin sedang istirahat dan dia ada di kantin karyawan.

Mendengar penuturan cleaning service tersebut, Raden dan Bara langsung menuju ke kantin karyawan guna menemui Elin.

Mata Raden memindai kondisi kantin yang terlihat ramai itu. Dia harus menemukan Elin saat ini juga.

Di sisi lain Elin yang melihat kehadiran Raden langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain bahkan dia duduk dengan memunggungi Raden.

Raden dan Bara terus mencari keberadaan Elin. Sari yang menyadari tingkah sahabatnya yang tiba-tiba terlihat aneh membuat dirinya mengerutkan keningnya melihat Elin yang terlihat gelisah.

"Lin, kamu kenapa?" dengan suara lirih Sari menanyakan kondisi Elin yang memang terlihat tak nyaman.

"Sar, kamu sudah makannya? Kita keluar dari sini, ayo!!" Elin segera menarik tangan Sari untuk pergi dari tempat itu.

Sari yang tiba-tiba di tarik tangan nya pun langsung memekik.

"Eeehhh...Elin tungguin !!" pekikan Sari sontak membuat Raden dan Bara mendengar teriakkan Sari barusan.

Raden dapat melihat Elin yang berjalan cepat keluar dari area kantin . Raden pun segera menyusul Elin. Interaksi Elin dan juga Raden sontak menjadi sorotan orang-orang yang ada di kantin itu. Apalagi Raden sempat memanggil Elin yang terlihat semakin mempercepat langkahnya.

"Elin tunggu !!" Raden memanggil Elin membuat Sari menoleh ke arah belakang dan terlihat Sari melebarkan matanya melihat orang yang memanggil nama sahabatnya itu.

Siapa yang tidak tahu kalau Raden adalah salah satu pemegang saham terbesar di Menara Hotel itu.Bahkan dia terkenal dengan sifat dingin dan misterius nya itu.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Felycia R. Fernandez

Felycia R. Fernandez

jangan pukul rata semua wanita kek Celine lah...
klo kamu bersikap seperti itu sama aja kamu berpikir ibu mu seperti Celine

2025-08-07

0

Nar Sih

Nar Sih

raden,bljar tangung jawab kejar elin bila kmu merasa berslah dan bljar lah jadi lelaki yg baik

2025-08-07

0

Nar Sih

Nar Sih

kak puspa di tunggu lanjutan om ezan nya lho🙏

2025-08-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!