Ceklek...
Pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan sosok Raden yang keluar dari kamar mandi dengan rambut setengah basahnya dan hanya memakai handuk yang melilit di pinggang nya.
Elina perlahan beranjak dari tempat tidur dengan kemeja kebesaran milik Raden. Dengan menahan rasa perih di bawah sana, Elin dengan mata sembabnya memberanikan diri membalikkan tubuhnya menatap ke arah Raden.
"Kenapa kamu pakai ..
"Maaf tuan, baju saya semalam anda rusak." dengan sedikit rasa takut akan tatapan Raden yang menatap dirinya tajam, Elin bicara dengan sedikit terbata.
"Katakan ,berapa yang kamu minta untuk semalam" ucapan Raden sontak membuat Elin melebarkan matanya. Dia mengepalkan kedua tangannya dan mengeraskan rahangnya menatap Raden dengan tatapan bencinya.
"Apa maksud tuan, saya bukan pelc*r !! Anda semalam memaksa saya! bahkan saya sudah meminta anda untuk melepaskan saya tapi, anda tidak memperdulikan saya, bahkan anda menganggap saya Celine perempuan entah, bahkan saya tidak tahu! Anda sudah mengambil satu-satunya harta yang saya punya, satu-satunya yang saya jaga hanya untuk suami saya!!"
Ucapan Elin yang begitu panjang kali lebar membuat Raden semakin mengeraskan rahangnya dan ingin rasanya dia menyumpal mulut Elin untuk tidak menyebut nama orang yang sudah membuat patah hatinya.
Raden dapat melihat tatapan mata Elin yang menyiratkan benci padanya. Raden mengambil jas nya dan mengambil cek yang selalu ada di kantong jasnya, dia menulis sebuah nominal di sana dan menandatangani nya. Dia menyodorkan ke arah Elin. "Saya harap ini cukup untuk semua yang terjadi semalam. Jangan khawatir, kamu nggak akan hamil. Saya di nyatakan mandul oleh dokter."
Elin mengambil cek yang ada di tangan Raden membuat laki-laki itu tersenyum sinis. "Ternyata kamu ...
Sretttt...sreetttt...
Raden melebarkan matanya dan mengehentikan ucapannya saat melihat Elin merobek kertas cek yang Raden berikan padanya.
"Anda bisa saja membayar perempuan liar di luar sana, tapi...saya perempuan baik-baik yang punya marwah. Kesucian saya tidak untuk di perjual belikan. Saya harap anda tidak akan tenang hidupnya setelah ini, permisi.." Elin mengambil tas miliknya yang tergeletak di lantai kamar dan segera pergi meninggalkan kamar yang penuh dengan kenangan kelam itu.
Dia tak menghiraukan rasa sakit di intinya. Dia hanya ingin cepat-cepat sampai di kosan milik nya. Elin melangkah cepat di sepanjang trotoar. Sesekali dia menoleh ke arah belakang untuk menghentikan taxi untuk mengantar dirinya pulang.
Tak lama dia melihat sebuah taxi dan dia pun langsung menyetop nya dan masuk ke dalam nya. Dia menyebut alamat tujuannya. Elin menyandarkan tubuhnya di jok dan sedikit merebahkan kepalanya dan menatap langit-langit mobil. Mengingat kembali apa yang terjadi padanya membuat dirinya menangis .
Sedangkan Raden yang sempat membiarkan Elin pergi, namun kini sibuk meminta asisten nya untuk mencari Elin.
"Gue nggak mau tahu, lo harus cari perempuan itu!!" Raden semakin frustasi saat melihat bekas bercak darah yang ada di sprei kamar itu dan ternyata memang benar, Elin masih virgin saat Raden renggut.
"Tenanglah , gue akan cari perempuan itu. Gue mau cek Cctv sekitar kamar Lo, tapi...sekarang Lo harus meeting. Habis meeting gue minta seseorang buat cari perempuan itu."
Raden menatap Bara sang asisten nya dengan tatapan tajamnya. "Ingat, jangan sampai Lo gagal !" peringatan Raden itu hanya jawab dengan anggukan kepala Bara.
Raden menarik sprei bekas semalam, dia taruh di plastik besar dan meminta Bara membawanya. Bara hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah bos plus sahabatnya itu.
Elin sampai di kamar kosnya langsung menuju kamar mandi. Dia menyalakan shower dan berdiri di bawah shower dan kembali tenggelam dalam tangisan pilunya.
Di kantor Raden, setelah meeting Bara masuk ke dalam ruangan Raden. "Bos, kita sudah mencari bukti untuk menjebloskan perempuan itu ke dalam jeruji besi, ternyata memang dia meminta salah satu orang staf untuk mencampur minuman bos dengan obat yang biasa di gunakan untuk penambah stamina. Namun, saat dosis yang di berikan itu berlebih, obat itu akan menjadi obat perangsang yang cukup tinggi."
Penjelasan Bara membuat Raden mengeraskan rahangnya kembali.Matanya menggelap menyiratkan dendam yang begitu besar.
...----------------...
Elin melangkah keluar dari kamar mandi lelah menangis dan kedinginan karena terlalu lama di bawah kucuran air dingin.
Elin memakai pakaian nya dan kemudian dia naik ke ranjang berukuran sedang di kamar itu. Dia terlihat meraih benda pipih miliknya yang dia taruh di tasnya.
Terlihat ada beberapa pesan yang sampai di nomernya. Semuanya menanyakan keberadaan dirinya. Elin pun meminta sahabatnya untuk meminta ijin pada pimpinan untuk dirinya beberapa hari kedepan.
Elin menarik nafas panjang. Rasanya tubuh nya begitu lelah. Dia butuh waktu untuk menenangkan dirinya.
Beberapa hari bersembunyi dari teman-teman nya, haru ini Elin memutuskan untuk kembali bekerja.
Tok tok tok
Suara pintu kamarnya di ketuk, siapa pagi-pagi sekali bertamu pikir Elin. Dia pun langsung membuka pintu kamar nya.Terlihat sahabatnya Sari yang sudah berdiri di depan kamarnya.
"Sari, kamu ada perlu apa pagi-pagi begini ke sini?"
Saru menyerobot masuk ke dalam kamar Elin dan duduk di kursi rias.
"Mau cari kamu lah, lagian ponsel kamu kemana? Sedari beberapa hari ini mati. Kalau kamu bilang jangan ganggu kamu beberapa hari, jadi aku lakukan tapi, ini sudah hampir seminggu kamu menghilang. Makanya aku kesini.Lin, hari ini kamu suruh gantiin Dea di mansion Rahandika."
Elin mengernyitkan dahinya. "Kenapa aku, bukannya Dea pelayan sementara disana?" Saru mengangguk mengiyakan.
"Iya, benar. Pak Wiryo minta aku buat kasih tahu kamu kalau untuk sementara kamu gantikan Dea disana, jadi...sekarang cepat berangkat. Kalau sampai kamu telat, potong gaji."
"Hehh ..mana bisa, aku selama tujuh hari nggak masuk saja sudah di potong. Terus kalau aku telat juga di potong juga, lama-lama habis gajiku."
Sari yang melihat sahabatnya sudah rapi, dia pun mengambil tas milik Elin yang tergeletak di meja dan menyodorkan nya ke arah Elin.
"Cepat ambil, buat berangkat kesana aku antar. Nanti pulangnya pun kamu tunggu aku atau kamu bisa pesan ojek online. Di sana nggak ada taxi lewat, karena disana kawasan elite yang keamanan nya ketat, ayo !!"
Dengan sedikit malas, akhirnya Elin pun mengikuti Sari dan mereka pun menuju alamat dimana mansion Rahandika berada.
Elin menatap sekeliling jalan yang dia lalui di perumahan elit itu, rasanya jika dia ditinggal bisa jadi dia akan kesasar entah kemana. Benar-benar kawasan elite penuh tantangan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Delvyana Mirza
Lanjuuut thor daubel kenapa if nya biar gak jafi kentang goreng baca mya,
2025-08-04
0
Felycia R. Fernandez
kenapa gak di laminating aja,pajang tuh dikamar mu Raden 😆😆😆😆
2025-08-04
0
Felycia R. Fernandez
Raden akan dihantui karma tanggung jawab pada Elin
2025-08-04
0