Kalila Jenar Jovanka

"Kalila, ayo bangun. Hari ini, kamu mesti ikut mama sama papa."

Kalila membuka matanya setengah, memincing menatap ke semburat mentari yang masuk lewat celah jendela. Kemarin, setelah menemani ibu dan ayah barunya di pesta perkawinan, ia memutuskan untuk pulang sedang mamanya tetap berada di rumah megah sang ayah baru.

"Mama, barang-barang aku juga belum diberesin loh." Masih setengah mengantuk, Kalila menarik lagi selimut membuat Belina jadi gemas dengan anak gadisnya itu.

"Coba bangun, lihat sekeliling kamu."

Belina menarik kembali selimut yang tadi sudah sempurna menutup anak gadisnya. Lalu ia juga menarik lengan Kalila, agar anaknya itu beranjak dari tidurnya.

Kalila mengerucut, bibirnya jadi lucu, lalu matanya yang satu terbuka. Sekelilingnya benar-benar sudah hampa. Hampa dalam artian tidak ada lagi barang lain selain ranjang yang masih ia tiduri.

"Aaaaaaaaahhhhhhh! Ma, kenapa gak ada lagi barang-barang aku? Rumah kita kemalingan ya, Ma? Atau kerampokan? Atau digondol tante Ambar?!" Kalila berseru keras, ia bahkan sudah berdiri di atas ranjang seperti mahasiswi yang terlibat orasi di depan gedung DPR.

Belina menutup telinga, suara cempreng putrinya bikin Sweety, kucing kampung berwarna belang peliharaannya jadi sakit perut pengen buang hajat. Apalagi, Kalila menyebut nama tantenya yang sering datang untuk pinjam uang. Kalila terdengar seperti rentenir yang siap menagih hutang.

"Eh eh eh, anak manis duduk dulu kenapa sih? Kamu jangan gitu dong, Mama kan jadi kaget!" Belina segera meminya putri cantiknya duduk dengan kalem. Ia sendiri sedang mengusap dada yang sempat akan lepas jantungnya karena ulah sang puteri.

"Jadi kenapa, Ma, barang aku semuanya bisa ngilang gini? Apa beneran digondol tante Ambar?"

Masih dengan mode menuduh yang bikin tante Ambar di rumah sana jadi keselek biji salak, kalila bertopang dagu. Mama Belina cuma geleng-geleng.

"Kamu tuh, dosa loh nuduh tante kamu begitu. Biar gitu dia suka bikinin kamu brownies." Mama mengingatkan Kalila agar segera mencabut tuduhannya.

Kalila yang sadar dia sudah menuduh tantenya, segera meminta maaf lewat mamanya. Anaknya benar-benar menghibur, membuat Belina meraih gemas wajah Kalila lalu mencium keningnya lembut.

"Kalila, semua barang-barang kamu, berikut barang lain di rumah ini, sudah dipindahkan ke rumah papa Mahesa. Subuh tadi, bawahan-bawahan papa Mahesa yang mindahin."

"Kok aku gak tahu, Ma?" tanya Kalila bingung.

Belina cuma geleng-geleng lagi, ia menunjuk sebuah obat flu yang memang akan berakibat ngantuk yang seringkali dikonsumsi Kalila ketika sedang musim hujan begini. Pantas saja ia tak mendengar apapun dan terbangun sudah cukup siang begini.

"Jadi, rumah ini gimana, Ma?" tanya Kalila sedih setelah rasa penasaran karena barang-barangnya yang raib sudah terjawab. Ternyata bukan karena kemalingan, kerampokan atau digondol tante Ambar, tapi karena memang sudah dipindahkan.

"Rumah ini, akan Mama jual, Kalila." Mama berkata dengan nada sedih. Kalila juga sedih. Begitu banyak kenangan di rumah sederhana yang sudah lama mereka tinggali itu. Papa Kalila sudah lama meninggal. Kata Mama, saat papa meninggal, usianya baru saja satu setengah tahun.

Mama menghidupi Kalila sebagai seorang kepala administrasi di sebuah kantor pengiriman barang. Dari sana, mereka bisa membeli rumah sederhana tapi nyaman untuk ditinggali. Kalila juga bisa bersekolah bahkan sampai sekarang mamanya masih sanggup menyekolahkan Kalila hingga ke perguruan tinggi.

Kalila sayang sekali dengan ibunya. Kalila juga pernah memergoki ibunya menangis sembari melihat foto ayahnya. Entah mengapa, ibunya masih menyimpan kesedihan mendalam perihal kematian sang ayah.

Padahal, ayahnya meninggal sudah hampir dua puluh tahun. Karena itu, saat Kalila mendengar ibunya akan menikah lagi setelah bertahun-tahun lamanya menjanda, ia menyambut baik hal itu. Ia malah mendukung penuh, ia tahu, Oom Mahesa yang sekarang sudah jadi papanya, adalah pria baik yang sangat mencintai ibunya.

"Gak papa, Ma. Jual aja rumah ini. Aku cuma berharap semoga Mama benar-benar bahagia sekarang. Aku gak mau lagi lihat Mama nangis."

Belina mengangguk, menatap dalam matanya anaknya. Permata hati yang telah ia jaga selama ini. Namun, setiap melihat mata anaknya, ia seolah melihat sesuatu yang sudah membuatnya terluka begitu dalam.

Kalila, mandi ya. Mama tunggu di bawah."

Kalila segera mengangguk. Ia akan segera masuk ke kamar mandi saat mamanya kembali memanggil.

"Kalila, papa Mahesa juga punya anak. Laki-laki dan sekarang sudah jadi kakak kamu. Kemarin, Mama juga belum sempat ketemu. Dia pergi, kata papa dia pergi ke luar kota karena ada urusan. Mungkin, beberapa hari lagi kita bisa ketemu dia."

Kalila mengangguk paham, ia segera pergi ke kamar mandi dan membersihkan diri. Belina sendiri tidak pernah bertemu secara langsung dengan putera dari suaminya sekarang. Menurut suaminya, anaknya itu sangat susah diatur. Tapi Belina selalu bisa meyakinkan suaminya untuk memahami sikap sang putera.

Di dalam kamar mandi, Kalila bersenandung riang. Ia bahkan sudah menggunakan odol untuk konser dadakan di dalam kamar mandinya. Kalila sudah tidak sabar, ingin bertemu saudara tirinya. Ia berharap bisa menjadi adik dan saudara yang baik untuk kakak tirinya itu.

Selama ini, Kalila kesepian. Selain mama, dia tidak punya teman kalau sudah di rumah. Cuma Sweety, kucing kampung belang yang jadi temannya. Tapi kalau di luar, Kalila punya banyak teman. Ia pribadi yang hangat dan ceria.

Maka ketika mama mengatakan ia akan mendapatkan kakak tiri, ia senang sekali. Ia tidak pernah tahu, kakak tiri macam apa yang akan segera bertemu dengannya.

"Kakak tiri aku, pasti seramah papa Mahesa," gumam Kalila sambil tersenyum.

Kalila segera menyelesaikan acara mandi disertai konser dadakan itu. Ia juga segera meraih hairdryer lalu mengeringkan rambut panjangnya. Tak lupa, ia mengikat rambutnya jadi ekor kuda. Kalila mematut penampilannya di cermin, dengan setelah kaus putih yang pas di tubuhnya juga celana jeans dan sepatu sport ia turun. Digendongnya Sweety yang akan dibawa turut serta.

"Udah siap?" tanya mamanya yang sudah masuk ke dalam mobil dengan supir yang bekerja pada Mahesa.

Kalila mengangguk cepat, Sweety begitu tenang dalam gendongannya. Mungkin, kucing itu juga tahu bahwa sebentar lagi ia akan tinggal di dalam istana megah milik papa Mahesa.

"Ma, aku kok deg-degan ya, rasanya kayak pertama kali dapet nilai merah di pelajaran matematika."

Belina mencubit gemas hidung mancung putrinya. Bisa-bisanya putrinya itu membuat guyonan semacam itu. Kalau ada Kalila, suasana memang akan jadi ramai.

Tapi memang betul, Kalila sedang berdebar saat ini. Tidak tahu juga mengapa ia bisa deg-degan seperti ini. Yang jelas, ia seperti akan segera bertemu sesuatu yang penuh misteri.

Ia jadi tak sabar, ingin segera bertemu dengan anak dari lelaki yang sudah menjadi suami ibunya. Sumber rasa gugupnya saat ini.

Episodes
1 Produk Broken Home
2 Kalila Jenar Jovanka
3 Step Bro?
4 Kesepakatan Absurd
5 Magang, Bro!!!!
6 Pembaiatan Dimulai!
7 Peraturan Macam Apa Itu?
8 Terekspos!
9 Manusia Kalong
10 Dia Suka Kucing
11 Wine KW
12 Memberi Perhitungan
13 Adek Tiri
14 Kamu Jahat, Tapi Enak
15 Ingat Si Bocah
16 Kamu Seperti Hantu
17 Kalila Meresahkan
18 Tugas Edan Dari Ratu
19 Ternyata Perintah Palsu
20 Terbius
21 Cium Gue
22 Kepergok
23 Cuma Adik Tiri
24 Salken Guys
25 Berangkat Bareng
26 Bella Merasa Tersaingi
27 Suka?
28 Undangan Pesta
29 Diam-diam Perhatian
30 My Sweet Step Sister
31 Kiss In The Rain
32 Weather Darling
33 Siapa Yang Tidak Bisa Lupa?
34 Jealous
35 Ha*rat Terlarang
36 Khilaf Yang Disengaja
37 Aroma Yang Sama
38 Jaga Image
39 Apologize
40 Kencan Ganda
41 Absurd Tapi Indah
42 Step Brother With Benefit
43 Garang Di Luar Lembut Di Dalam
44 1000 Alasan
45 Sumpah Demi Emak Tiri
46 L*ngerie
47 Ada Lipstik Di Lehernya
48 Tegang Urat
49 Buka Kartu
50 Gara-gara Meisya
51 Bukan Cinta Monyet
52 Love And Lust
53 Kacau Kacau !
54 Jatuh Cinta Itu Omong Kosong
55 Bukan Siti Nurbaya
56 Meninggalkanmu Sesaat
57 Backstreet
58 Bella Memang Kampret
59 Menyatakan Perasaan
60 Vc
61 Jepang Dingin, Tapi Candra Panas
62 Resiko Jadi Orang Cantik
63 Menolak Libra
64 Touch Me
65 H0rny Moon
66 Wish List
67 Mendadak Pulang
68 Mengingkari Kesepakatan
69 Libra VS Candra
70 Overprotektif
71 Saran By Fren
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Produk Broken Home
2
Kalila Jenar Jovanka
3
Step Bro?
4
Kesepakatan Absurd
5
Magang, Bro!!!!
6
Pembaiatan Dimulai!
7
Peraturan Macam Apa Itu?
8
Terekspos!
9
Manusia Kalong
10
Dia Suka Kucing
11
Wine KW
12
Memberi Perhitungan
13
Adek Tiri
14
Kamu Jahat, Tapi Enak
15
Ingat Si Bocah
16
Kamu Seperti Hantu
17
Kalila Meresahkan
18
Tugas Edan Dari Ratu
19
Ternyata Perintah Palsu
20
Terbius
21
Cium Gue
22
Kepergok
23
Cuma Adik Tiri
24
Salken Guys
25
Berangkat Bareng
26
Bella Merasa Tersaingi
27
Suka?
28
Undangan Pesta
29
Diam-diam Perhatian
30
My Sweet Step Sister
31
Kiss In The Rain
32
Weather Darling
33
Siapa Yang Tidak Bisa Lupa?
34
Jealous
35
Ha*rat Terlarang
36
Khilaf Yang Disengaja
37
Aroma Yang Sama
38
Jaga Image
39
Apologize
40
Kencan Ganda
41
Absurd Tapi Indah
42
Step Brother With Benefit
43
Garang Di Luar Lembut Di Dalam
44
1000 Alasan
45
Sumpah Demi Emak Tiri
46
L*ngerie
47
Ada Lipstik Di Lehernya
48
Tegang Urat
49
Buka Kartu
50
Gara-gara Meisya
51
Bukan Cinta Monyet
52
Love And Lust
53
Kacau Kacau !
54
Jatuh Cinta Itu Omong Kosong
55
Bukan Siti Nurbaya
56
Meninggalkanmu Sesaat
57
Backstreet
58
Bella Memang Kampret
59
Menyatakan Perasaan
60
Vc
61
Jepang Dingin, Tapi Candra Panas
62
Resiko Jadi Orang Cantik
63
Menolak Libra
64
Touch Me
65
H0rny Moon
66
Wish List
67
Mendadak Pulang
68
Mengingkari Kesepakatan
69
Libra VS Candra
70
Overprotektif
71
Saran By Fren

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!