2 minggu pun hampir berlalu, Ali semakin mendekati Nada. Nada merasa nyaman berada di dekat Ali, Nada sudah menganggap Ali seperti adiknya sendiri. Karena umur Ali hampir sama dengan umur adik lelakinya yang telah meninggal 3 tahun lalu.
Waktupun cepat berlalu, hari ini adalah deadline hidup dan mati penentuan nasib Ali. Ali telah mengatur semuanya, dia telah reservasi sebuah café dekat tempat kerja Nada. Dia ingin menyatakan cintanya di tempat tersebut.
Ali menunggu Nada untuk beberapa menit. Awalnya Ali ingin menjemput Nada di kantornya tetapi usulan itu ditolak mentah-mentah oleh Nada, Nada tidak ingin temannya berpikir macam-macam karena kemunculan Ali disana. Tak lama berselanh Nada terlihat masuk dan mencari keberadaan Ali.
“Sorry ya telat. Macet banget di luar terus dapet mikroletnya lama.” Ucap Nada sembarri membereskan rambutnya yang sedikit berantakan terkena angin.
Ali tersenyum, “Gapapa kok. Gak lama juga nunggunya. Kamu pasti udah laper banget ya?”
“Lumayan sih. Tapi kok kamu tumben banget ngajak aku makan di tempat seperti ini? Bukannya ini restorannya kalau pasangan dinner ya?”
Ali tidak menjawab pertanyaan Nada, “Aku udah pesenin menu istimewa buat kamu.”
Ali melambaikan tangan memanggil waiters, tak beberapa lama makanan pun datang.
Mereka makan sambil mengobrol, mereka saling bertukar cerita. Apa saja yang telah mereka lakukan hari ini, sekali-kali Ali membuat lelucon agar dapat membuat Nada tertawa. Makan malam pun . usai, Ali mengajak Nada ke taman kecil café.
Ali memegang jemari lentik Nada, duduk di bangku taman. Suasana taman yang telah diset membuat suasana makin romantis, terdengar alunan instrument kesukaan Nada diputar. Ali tersenyum memandang Nada.
“Kamu kenapa? Kok ngeliat aku seperti itu? Trus kenapa kok pegang tangan aku seperti ini?”
“Enggak. Aku cuma berpikir kamu itu cewek yang unik banget.”
“Maksudnya?”
Ali membelai rambut panjang Nada, “Iya kamu unik. Umur kamu tua tapi tingkah dan perilaku kamu kayak bocah. Awal aku ketemu kamu, aku gak sadar lho kalau umur kamu jauh lebih tua dari aku 7 tahun. Soalnya kamu masih imut banget, jangan-jangan kamu pake cream korea atau operasi plastik ya?.”
Nada mencubit Ali, “Ah.. Ali.. Tega ya.. Oke fine.. Ngambek aku.”
Ali tersenyum lebar, “Ngambek kok ngomong-ngomong sih? Udah tua juga pake acara ngambek.”
Nada bangkit dari tempat duduknya, “Ya udahlah, aku pulang aja. Kamu mah cuma pengen bully aku disini.”
Ali menahan tangan Nada, “Hei bentar dong, aku kan belum selesai ngomong. Ada yang mau aku bicarain. Sini duduk dulu.”
Nada kembali duduk di samping Ali, “Kamu mau ngomong apa lagi? Mau ledekin aku lagi?”
Ali memandang wajah Nada dengan serius, “Enggak, aku mau ngobrol serius sama kamu. Selama aku deket sama kamu, aku merasa nyaman. Kamu selalu bisa ngertiin aku, kamu selalu kasih nasehat yang baik buat hidup aku.”
Nada tersenyum kecil, “Apaan lagi ini? Kamu lagi mau ledekin aku lagi kan..”
Ali mengenggam jemari Nada, “Aku mau kita bukan sekedar teman aja. Aku mau kita saling sayang dan saling ada. Aku mau kamu jadi pacar aku.”
Nada terlihat menahan tawanya yang akan pecah begitu saja, “Lelucon macam apa lagi ini Ali? Kamu kalau becanda jangan berlebihan gini dong. Kalau orang lain yang gak tau sifat kamu, bisa dikira beneran lho ini. Gak lucu ah..”
Ali menatap Nada dengan penuh harap, “Aku beneran Nada. Ini sama sekali bukan bercanda. Coba tatap mata aku, gak ada kepura-puraan di dalamnya. Kamu mau ya jadi pacar aku?”
Nada tertawa terbahak, “Bentar deh, kamu salah minum obat tadi? Kamu kan tau sendiri perbedaan kita itu terlalu besar, kita seperti membangun cinta yang sia-sia.”
Ali mencoba menyakinkan Nada, “Aku gak perduli apapun yang terjadi. Aku gak peduli apa omongan orang tentang hubungan kita, yang terpenting kamu selalu bersama aku.”
Nada menepuk pipi Ali, “Hey, ini bukan masalah yang sesimple itu Ali. Apa yang kita hadapi di depan itu sangat berat. Dan aku rasa kita gak akan bisa mampu bertahan.”
“Tapi aku cinta kamu Nada. Aku bener-bener sayang kamu, aku butuh kamu. Hanya kamu yang bisa ngerti dan mengatur aku.” ucap Ali mengenggam jemari Nada dengan eratnya.
“Cinta kan gak harus memiliki Ali. Akupun memiliki perasaan yang sama dengan kamu. Aku merasa aman, nyaman berada didekat kamu, Kamu sebagai pengganti adik untukku. Tapi itu bukan alasan untuk kita dapat sama-sama kan.”
Ali berlutut di hadapan Nada, “Tolong kasih kesempatan aku untuk mencintai kamu. Aku janji aku gak akan pernah membuat kamu bersedih bahkan menangis.”
“Aku jamin kamu tidak akan mampu bertahan dan kamu akan mendustai janji yang telah kamu ucapkan. Aku sudah beberapa kali mendapatkan lelaki sepertimu yang sering mengucapkan janji palsu seperti itu. Kita seperti akan membangun istana pasir di tengah laut dengan ombak yang deras, sekuat apapun kita berusaha endingnnya pasti akan sia-sia.” Nada memberikan nasehat kepada Ali, lelaki yang sangat dia sayang.
“Biar ombak deras datang, angin pantai mengamuk tapi tolong tetap ijinkan aku untuk membuat istana pasir itu untukmu Nada. Aku yakin bisa melalui semuanya jika aku berjalan bersama dirimu.”
Nada tersenyum, memandang mata indah Ali lekat-lekat, “Jika itu sudah menjadi keputusanmu, tapi aku benar-benar tidak yakin kamu dapat bertahan.”
Ali bangun, memeluk Nada. “Makasih kamu sudah memberikan aku kesempatan. Aku janji aku gak akan mengecewakanmu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments