Tak terasa sudah 3 bulan Nada dan Ali menjalin kisah asmara. Ali merasa senang bisa memiliki seorang kekasih yang baik, cantik dan perhatian seperti Nada. Dia belum sanggup memberitahu semua yang telah terjadi, dia sangat takut kehilangan Nada.
Hari ini jadwal kerja Nada sedikit longgar, dia telah mewawancarai seorang motivator muda untuk tabloid tempatnya bekerja. Nada sengaja datang mengunjungi kampus Ali, dia juga membawa makan siang untuk kekasihnya itu.
Nada menunggu Ali di Taman belakang kampus. Ali tersenyum dari jauh melihat wajah Nada yang menurutnya semakin hari semakin cantik dan berkharisma. Ali dengan segera menghempaskan tubuhnya, duduk di samping Nada.
Ali membelai rambut Nada dengan senyuman yang terbias dari wajah arabnya yang cukup tampan, “Hai sayang, kamu udah lama nunggu aku ya? Maaf ya kalau kamu harus nunggu lama. Tadi ada materi tambahan soalnya.”
“Gak begitu lama kok. Kamu kok ngos-ngosan gitu sih? Kamu tadi lari kesininya ya?” ucap Nada sembari mengambil tisiu untuk membasuh keringat di kening Ali.
“Iya, aku kan gak mau bikin malaikat aku ini nunggu aku lama-lama.”
Nada tersenyum dibuat Ali, “Mulai deh gombalnya. Tapi kamu kok ngeliatin aku terus sih sayang? Emang di muka aku ada kotoran apa?”
“Bukan.”
“Terus apaan dong? Ngeliatnya sampe gitu banget lagi. Aku kan ngerasa gak enak.”
Ali mengusap pipi chubby Nada, “Aku bahagia dan bangga banget. Aku punya pacar cantik seperti kamu. Kamu itu udah baik, cantik tapi hati kamu lebih baik lagi.”
Nada menutup wajahnya yang mulai memerah, “Udah ah puji akunya.. Aku gak bisa tau kalau dipuji kamu kayak gini. Nanti kalau aku kesenengan terus gak bisa tidur gimana?”
Ali tersenyum, mencoba membuka wajah Nada kembali. “Eh kok jadinya ditutup gini. Dengerin aku sayang, kalau kamu gak bisa tidur aku akan tanggung jawab. Aku akan temenin kamu ngobrol sampai subuh.”
“Beneran??”
“Iya dong, masa aku bohongin kamu sih? Gak mungkin itu.”
“Makasih ya sayang…”
“Tapi sayang aku terkadang merasa kamu ini seseorang yang luar biasa. Sampai aku sering mikir pacar aku ini malaikat bukan ya?? Ada sayapnya gak sih di punggung kamu?” ucap Ali sembari memeriksa punggung Nada dengan isengnya.
Nada tersenyum lebar, “Kamu itu lebay banget tau gak. Aku ini masih manusia, tempatnya salah. Cuma kita kan sebagai manusia harus bisa take control hati dan perasaan kita. Biar gak terjadi perpecahan di negri kita tercinta ini.”
Ali melirik Nada dan tersenyum kecil, “Oh sayangku ini ternyata calon Bu Menteri juga ya. Sampai mikirin negri ini lho. Hebat.”
”Ah.. Ali ngeledek mulu sih.”
Ali semakin menggoda pacarnya, “Mau ngambek? Gimana sayangku kalau lagi ngambek ya? Udah lama banget rasanya gak ngeliat kamu ngambek.”
Nada melihat jam tangannya, “Sayang, kamu gak pergi sholat jumat? Udah mau waktunya nih. Kan kalau kaum lelaki melakukan kewajiban sholat jumat bersama-sama, dapat menambah pahala dan mengurangi dosa manusianya.”
Ali melirik jam tangannya, “Oiya, sudah hampir waktunya ya. Tapi, emang kamu tau waktu sholat jumat? Sok tahu banget sih kamu..”
“Kan aku pacarnya kamu, masa gak tau kapan pacarnya ngelakuin kewajibannya sholat jumat sih. Meskipun aku bukan Muslim, tapi aku gak mau kamu meninggalkan kewajibanmu kepada sang Pencipta.”
Ali memandang wajah Nada dengan tatapan kagum miliknya, “Makasih ya sayang. Kamu selalu dukung aku, support aku. Aku merasa menjadi manusia yang lebih baik semenjak aku deket sama kamu lho. Kamu juga selalu ngingetin aku jika aku melakukan sesuatu hal yang salah.”
Nada tersenyum bahagia, “Kalau seperti itu ya Puji Tuhan. Itu kan kewajiban aku sebagai pacar kamu, sayang. Aku seneng juga bisa jadi penolong untuk kamu. Udah kita jangan ngobrol terus, nanti kelewatan lho waktu sholatnya.”
Ali bangkit, mengusap rambut pendek model terbaru milik Nada. “Terima kasih ya. Kamu tunggu disini sebentar ya. kalau kamu bosen, kamu bisa ke Café di dekat kantin.”
“Iya, kamu tenang aja. Nanti kalau kamu udah selesai telepon aku aja.”
Ali meninggalkan Nada untuk menjalankan kewajiban sholat jumat. Nada pergi ke kapel kampus untuk berdoa di sana.
Sesudah berdoa di kapel, Nada menunggu Ali di lorong penghubung Mushola dengan kampus. Tak disangka Ali bertemu dengan Rezky dan Bisma yang hendak menuju parkiran mobil. Parkiran motor dan mobil berada di dekat Mushola.
Rezky dan Bisma diam, terpanah melihat penampilan Ali yang masih memakai peci. Mereka datang berlari menghampiri Ali.
Mereka berdua memperhatikan Ali dari ujung kepala sampai ujung kaki. Selepas Ali menjalin hubungan dengan Nada, mereka jarang sekali bertemu. Ali lebih sering menggunakan waktunya untuk bertemu bersama Nada.
“Ky, gw gak salah liat nih. Seorang Aliansyah Syakieb sholat? Sejak kapan dia sholat? Waktu puasa aja kita ajakin sholat, dia nolak kan..”
“Rasanya mata lu gak salah deh bro. Gw ngeliat pemandangan yang sama seperti yang lu liat. Jangan-jangan si Ali punya kloningan yang alim lagi.” ucap Rezky dengan polosnya
Ali memberi salam kepada Rezky dan Bisma, “Assalamualaikum..”
Bisma dan Rezky menjawab salam yang baru saja diberikan Ali, “Wa.. Waalaikumsalam..”
Ali menepuk lengan Bisma dan Rizky, “Kalian gak ikut sholat jumat? Sebagai umat muslim seharusnya menunaikan kewajiban kita untuk sholat jumat.”
Bisma mencubit pipi Ali, “Lu beneran Ali?”
Ali melepaskan tangan Bisma dari pipinya, “Lu apaan sih Bis, sakit. Iyalah gw Ali, mau siapa lagi coba.”
Rezky dan Bisma saling memperhatikan satu sama lainnya. “Lu kok berubah gini sih? Mana Ali yang selama ini kita kenal?”
“Gw tetep Ali yang kalian kenal kok, Cuma memang gw sekarang mau jadi manusia yang lebih baik lagi aja.”
“Ini pasti gara-gara. cewek itu kan? Cewek tua itu kan..”
Sinar mata Ali berubah, “Tolong jaga pembicaraan lu Bis, dia itu cewek gw.”
Rezky juga ikutan berkomentar, “Lu kok mau diperdaya cewek gitu sih? Mana Ali yang katanya playboy kelas kakap itu?”
Ali tersenyum kecil tidak mengerti jalan pikiran kedua sahabatnya ini, “Gw gak ngerti deh sama kalian. Bukankah lebih bagus jika gw sama Nada dan gw menjadi manusia yang lebih baik? Tapi kenapa kalian malah mempersalahkan dia?? Ini sama sekali gak menguntungkan dia, ini untuk diri gw sendiri.”
“Bentar deh Li, lu itu kayak artis tau gak? Lu itu terlalu mendalami peran lu, lagipula itu kan semua karena taruhan. Coba kalau gak ada taruhan itu mana bisa lu kenal dan deket sama cewek tua itu?”
“Iya gw akuin ini semua karena taruhan itu. Tapi gw sangat bersyukur arena taruhan konyol itu, lewat dia gw bisa jadi pribadi yang seperti ini.”
“Li, come on sadar Li.. Lu itu cuma lagi eksperimen doang bro, mainan baru. Gw bisa jamin lu bukan bener-bener suka sama doi.”
Ali mulai tak mengerti, keningnya terlihat mulai berkerut. “Sekarang gw mau tanya sama lu Bis, lu ada masalah apa sih sama Nada? Bukannya waktu itu lu yang nyuruh gw deketin dia dan menjadikan dia barang taruhan? Sekarang kenapa gini? Kenapa sekarang lu keliatan gak suka banget kalau gw jadian beneran sama dia?”
Emosi Bisma mulai keluar, dia tidak dapat menahannya. “Asal lu tau aja ya, dia mutusin saudara sepupu gw dan dia gak pernah jelasin permasalahan yang sesungguhnya. Kenapa dia niggalin saudara gw, dimana yang salah atas hubungan mereka. Gw sengaja nyuruh lu deketin dia itu untuk buat dia ngerasain apa yang saudara gw rasain!”
“Alasan seperti apa lagi ini! Masalah lu bukan urusan gw, man. Kalau lu mau sana suruh saudara lu tanya ke dia kenapa hubungan mereka waktu itu bisa berakhir. Jangan jadiin gw alat untuk membalaskan dendam saudara lu!” ucap Ali kesal.
Nada berdiri mematung tak jauh dari mereka yang sedang berbincang. Nada menutup mulutnya, air matanya keluar begitu saja. Nada berlari meninggalkan mereka. Tidak ada seorangpun yang menyadari keberadaan Nada disana.
“Gw bener-bener berterima kasih sama kalian. Kalau bukan karena taruhan itu gw gak akan pernah kenal dia. Tapi dia gak seburuk apa yang kalian kira. Selama gw sama dia, gw ngerasain perubahan yang cukup berarti di diri gw. Meskipun perbedaan kita banyak tapi selalu ada cara untuk saling mengerti dan memahami. Dan tolong jangan ganggu hubungan gw sama Nada. Karena gw bener-bener sayang dia.”
Ali meninggalkan Bisma dan Rezky yang sama sekali tidak ucapkan Ali.
“Gw ngerasa dia seperti bukan Ali deh. Apa bener cinta dapat merubah kepribadian seseorang? Apa bener cara pikir gw kepada Nada tidak beralasan?” tanya Bisma kepada Rezky.
“Gw juga bingung Bis. Tapi kayaknya dia bener-bener udah berubah deh.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments