Bisma mengajak teman-temannya untuk datang ke Café miliknya, Café Prince. Café ini baru saja selesai di renovasi ulang karena Bisma tidak menyukai tata letak dan dekorasi yang telah dibuat Ibunya. Bisma merasa dekorasinya kurang “Laki” jadi dia meminta bantuan Mico, saudara sepupunya yang telah menjadi Desain Grafis terkenal di Ibukota.
Dari jauh terlihat seorang wanita dengan pakaian kerja masuk ke dalam café itu, duduk di seberang tempat mereka duduk. Wanita itu terlihat sedang menunggu hari agak malam agar kemacetan di Jakarta agak terurai.
Bisma melirik ke Ali dengan tatapan penuh curiga, “Lu kenapa lagi? Tumben lu diam banget? Kenapa lu? Sakit gigi?”
Ali bangun dari lamunannya, “Hm.. Siapa? Lu lagi ngomong sama gw?”
“Ya iyalah. Masa gw ngomong sama nih tembok.” Ucap Bisma sambil menunjuk tembok yang ada tepat di belakang kursi Ali.
Ali tersenyum, membenarkan posisi rambutnya yang sedikit berantakan. “Sorry gw gak dengerin lu. Lu tadi ngomong apaan?”
Bisma menggelengkan kepalanya, “Lu kenapa sih lagi sih? Dari kemarin lu aneh banget tau? Gw rasa ini bukan karena lu kangen BoNyok lu doang. Pasti ada sesuatu yang terjadi. Jangan-jangan lu udah nembak Nadia terus di tolak lagi..”
Rezky yang sedari tadi bermain games di smartphonenya akhirnya ikut dalam obrolan itu, “Lu di tolak Nadia? Playboy kita ini ditolak Nadia? Wau..”
Kenzo yang sedang membaca materi Ekonomi Bisnis mulai merasa terganggu dengan kebisingan yang mereka buat, “Kalian ngapain sih berisik banget? Kepo banget sih? Mungkin Ali lagi capek kali. Udah deh jangan usil jadi orang.”
“Kita bukannya Kepo, Bro Ken. Tapi ngeliat seorang Ali seperti ini itu seperti bukan dia gitu bro.” Ucap Bisma dengan senyuman mengembang di bibirnya.
Ali mengangkat kepalanya, melirik Rezky dan Bisma sinis. “Tuh dengerin Kenzo ngomong. Lagipula siapa bilang gw di tolak Nadia? Mana ada cewek yang bisa nolak gw!”
“Pertanyaannya bukannya mana ada cewek yang bisa nolak lu tapi siapa cewek yang mau pacaran sama model cowok seperti lu.” Bisma semakin menggoda.
“Udah deh ngaku aja lu. Kalau bukan karena ditolak Nadia, gak mungkin wajah lu kusut begitu.” Rizky membantu Bisma mem-bully Ali.
Ali memegang kepalanya, “Terserah kalian aja deh. Gw agak pusing aja. Bukan karena apapun itu.”
Kenzo menutup bukunya, “Udahlah man. Dia lagi sakit, biarrin dia istirahat dulu. Ntar kita kelas sampai sore lho. Kasian dia nanti gak konsen belajarnya, kita kan udah semester 4. Jangan menyia-nyiakan waktu.”
Bisma terlihat belum puas untuk melayangkan Bullynya kepada Ali, “Itu Cuma alesan dia doang kali bro. Kita ini udah kenal Ali lama, masa lu tetep bisa dikibulin Ali sih? Alesan doang lu. Cowok cemen.”
“Gw beneran kok, ngapain gw bohong? Apa untungnya buat gw kan.”
“Sekarang lu liat di depan sana ada cewek cantik. Dia mantan pacar Sepupu gw Si James, Kalau lu bener-bener playboy kelas kakap, dapetin dia jadi cewek lu.”
“Kak Mico bukannya sepupu lu paling tua Bis? Tuh cewek juga udah tua doang?” ucap Rizky dengan polosnya.
Bisma menganggukan kepalanya, “Cewek itu namanya Kak Nada, umurnya diatas kita 7 tahun. Gimana? Lu mampu gak nerima tantangan ini?”
Ali memandang gadis yang ditunjuk Bisma, “Waw.. But Okelah. Umur bukan masalah buat gw, gw untuk beberapa waktu doang kan. Sekarang apa taruhannya?”
Rezky dan Bisma saling melirik dan berbisik. Kenzo dengan tenang hanya memandang mereka tanpa respon apapun.
“Lu serius mampu? Dia bukan cewek sembarangan lho Li, Lu bakal mampus kalau ketahuan mainin dia. Tapi kalau memang mau terima tantangan gw, kalau lu menang, lu boleh pinjem motor moge gw dan mobil sport Rizky selama 1 minggu. Tapi kalau lu kalah, lu harus nembak Nadia di parkiran kampus sampai seluruh mahasiswa ngeliat ke lu. Gimana?”
Ali diam sejenak, mengerutkan keningnya, “Oke, deal.”
Kenzo menggelengkan kepalanya, dia sebenarnya tidak suka jika teman-temannya mulai melakukan taruhan terhadap wanita. Tetapi dia tidak mempunyai kuasa apapun terhadap teman-temannya. Ingatannya kembali saat dia harus kehilangan adik perempuan yang sangat dia sayangi karena kecelakaan lalu lintas 4 tahun yang lalu.
Mungkin dapat dikatakan semenjak kehilangan adiknya, Kenzo menjadi pribadi yang tertutup dan susah untuk melihat senyuman mengembang di bibirnya. Karena kebahagiaannya hanya berada saat dia berada bersama adik kecilnya.
Ali meluncurkan serangannya. Bisma dan Rezky memperhatikan setiap tingkah Ali. Ali berjalan ke meja Nada, duduk di depan Nada. “Sorry ganggu, gw mau tanya alamat ini lu tau gak dimana?”
Nada memperhatikan kertas yang di sodorkan Ali, “Sorry, Aku kurang tau jalan. Kamu tanya yang lain aja.”
“Oh gitu, ya udah. Sorry banget gw ganggu waktunya ya. Oiya boleh kenalan atau tukar nomer hp?”
Nada tersenyum dengan tak mengerti, "Ngapain ini bocah nanya nomer HP segala? Buat apaan coba? Iseng banget dah.."
"Maaf tapi buat apa ya?"
"Tolong gw dong.. Gw kalah main games, jadi hukumannya gini. Bantuin dong..."
Nada menghela nafanya, "Ya udah aku bantuin. Tapi awas kalo berani macem-macem ya... Awas kalau ganggu gak jelas."
"Iya tenang aja, gak bakalan kayak gitu kok. Mana berani gw ganggu cewek kayak gitu. Gw kan cowok gentle, jadi gak myngkin aneh-aneh dah. Percaya... "
Mereka akhirnya berkenalan dan tukar nomer HP. Tak butuh waktu lama Ali menggencarkan aksinya. Rizky dan Bisma hanya memberikan waktu kepada Ali mendekati Nada hanya 2 minggu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments